17. DAY 1

1.5K 73 7
                                    

Vote dulu guys!

Hari pertama kegiatan ulang tahun sekolah di buka dengan suara gemuruh tepuk tangan. Kini satu persatu acara lomba dimulai. Sayang sekali Ayra tak bisa mengikuti rangkaian acara itu. Jangan ditanya karena siapa. Sudah pasti gara-gara cowok tengil sekaligus menyebalkan bernama Aiden itu.

Ketika pembagian lomba kemarin, Aiden tiba-tiba saja masuk ke kelas Ayra dan melarang Ayra mengikuti semua lomba yang ada. Alasannya karena Ayra baru saja sembuh. Bahkan cowok itu memberikan ancaman untuk melaporkannya pada Dara yang merupakan mama Ayra sendiri. Entah mengapa mamanya itu lebih membenarkan ucapan Aiden ketimbang dirinya.

Kini Ayra malah harus duduk di tribun penonton lapangan basket sekolah. Jika Angga yang bertanding gadis itu akan senang hati melihatnya. Tapi kini yang bertanding adalah cowok dengan surai kepirangan yang amat menyebalkan. Mulai bosan gadis itu mengeluarkan ponselnya sambil membuka akun media sosialnya.

Tiba-tiba saja seseorang menepuk pundak Ayra. Gadis itu menoleh dan menemukan seorang cewek yang memegang mawar putih. "Kak Ayra kan?" tanya cewek itu. Ayra mengangguk.

"Ini, Kak. Ada yang nitipin ini buat kakak," ucap cewek itu sambil memberikan mawar putih itu pada Ayra. "Saya permisi dulu, Kak."

Selepas cewek itu pergi, Ayra mulai memandang sekelilingnya. Gadis itu mengedarkan pendangannya mencari sosok yang menyuruh gadis itu. Jika tebakan Ayra kemarin benar, Angga pasti ada di sekitar sini.

"Woy!" Ayra tersentak karena tiba-tiba ada yang menepuk pundaknya.

"Vania, ngagetin orang aja lo."

"Widih, bunga dari siapa nih? Kak Angga ya? Mana dianya?" tanya Vania penasaran.

"Di kampus. Lo gimana sih, kan dia harus kuliah. Nggak mungkin lah kalau dia di sini."

"Siapa tahu aja gitu. Tapi artinya bunga ini bukan dari Kak Angga dong? Terus dari siapa? Jangan-jangan lo punya secret admirer lagi?" ucap Vania.

"Apaan sih, ngaco lo!" ucap Ayra sambil menepuk Vania dengan bunga mawar putih itu pelan. Sebuah surat lalu jatuh dan membuat Vani buru-buru mengambil. Gadis itu membuka surat tersebut.

"To: Raina Ayra Davinzy. Morning, Cantik. Makin cantik lagi kalau kamu senyum. Ya ampun, Ay! Ini sweet banget. Gue yakin deh ini dari Kak Angga." Secepat mungkin Ayra menyaut kertas itu dari tangan Vania.

"Lo apa-apaan sih, Van."

"Iya deh, yang nggak terima suratnya dibaca duluan sama gue. Nih," ucap Vania sambil memberikan kertas berisi tulisan dari pengirim bunga mawar itu.

Setengah jam berlalu dan Ayra masih di tempatnya ditemani Vania. Ayra memang sedang duduk manis sambil menatap ke arah para siswa yang sibuk bertanding basket. Namun, pikirannya berada di tempat lain.

Ayra melamun memikirkan siapa sebenarnya mawar putih itu? Apakah benar yang dikatakan Vania jika itu Angga? Ayra kembali membuka lipatan kertas itu.

To : Raina Ayra Davinzy
        
Morning, Cantik. Makin cantik lagi kalau kamu senyum. Bunganya aja kalah cantik sama kamu.

                                                                  -D
Ayra lalu teringat dengan kata-kata Angga saat berada di rumah sakit waktu itu. Bisa saja memang ia yang mengirimkan bunga itu.

"Woy! Ngelamun aja lo, kesambet tau rasa!" ucap seseorang yang membuat Ayra langsung bangkit dari duduknya.

"Aiden, lo lama banget sih tandingnya. Sampai lumutan nih gue!" ucap Ayra kesal. Ayra buru-buru menyembunyikan bunga dan surat itu. Bisa dihadang seribu pertanyaan jika Aiden sampai tahu soal bunga itu. Diam-diam, Ayra menyerahkan bunga itu pada Vania sambil memberikan gadis itu kode agar mengikuti skenarionya. Vania awalnya tidak mengerti maksud Ayra, gadis itu hanya mengikuti apa yang diminta Ayra.

My Ice Prince 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang