24. KELABU

1.3K 83 9
                                        


Hello
Permulaan aku mau ingetin buat vote and comment sebanyak-banyaknya

"Sesuatu yang amat berharga akan sulit dilepaskan. Apalagi digantikan."

Happy Reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.
Happy Reading

Prosesi pemakaman telah selesai. Semua orang telah meninggalkan area pemakaman kecuali tiga orang remaja yang kini menatap sendu ke arah pusara di depan mereka. Sama sekali tidak menyangka jika takdir terlalu kejam dengan mengambil salah satu bagian dari keluarga mereka dengan terlalu cepat. Reano Ayroz Davinzy.

"Ayra, pulang yuk!" ajak Evan pelan. Cowok itu menundukkan badannya memegang pundak Ayra.

"Gue masih mau di sini, Van. Gue mau temenin Bang Ayroz," ucap Ayra.

Gadis itu terisak. Meski telah mencoba menahan tangisnya, gadis itu tidak bisa terlihat baik-baik saja. Pada kenyataannya ia rapuh. Ayra pernah merasa kehilangan orang yang ia sayangi. Tapi itu tak seberapa ketimbang hari ini. Dari kecil, Ayra bersama Ayroz. Ayroz adalah malaikat pelindungnya. Setiap kali orang tuanya sibuk berkerja, selalu Ayroz yang menemaninya. Dan kini malaikat pelindung itu benar-benar pergi untuk selamanya.

Evan menatap Ayra sendu. Sepupunya itu terlihat amat sangat terpukul. Bisa terbukti dengan tatapan kosong gadis itu yang mengarah pada nisan bertuliskan nama Ayroz. Evan tahu Ayra sempat drop di masa lalu saat orang yang ia sayangi dikabarkan meninggal. Tapi lain halnya dengan saat ini. Evan tahu seberapa besar kasih sayang Ayra untuk keluarganya terlebih untuk abangnya.

"Van, gue duluan ya. Gue mau siap-siap buat besok," ucap Aiden yang sedari tadi hanya memperhatikan mereka. Evan mengangguk. Detik berikutnya Aiden melangkah meninggalkan mereka berdua.

"Van, tolong lo pergi. Gue mau sendiri dulu," ucap Ayra dengan suara seraknya.

"Gue nggak akan biarin lo sendirian."

"Lo pulang duluan aja, kasian Vania nungguin lo. Gue masih mau di sini, please." Evan tidak menjawab. Cowok itu menghela napasnya. Ia tidak tega melihat kondisi Ayra. Evan takut gadis itu melakukan hal-hal yang bisa membahanyakan dirinya saat Evan pergi meninggalkannya.

"Vania tadi udah pulang bareng Irene sama Raffa." Tadi, teman dekat Ayra datang untuk mengucapkan bela sungkawa. Hanya Vania, Irene, dan Raffa.

"Kita pulang ya, Ra. Lo nggak kasian sama Om Arez? Dia sendirian tenangin Tante Dara. Mama lo juga butuh dukungan dari lo. Mereka sama terpukulnya."

"Gue mohon, Van. Sebentar aja." Hening. Evan tak bersuara. Cowok itu membiarkan Ayra.

Tangan Ayra bergerak mengusap nisan bertuliskan nama Ayroz. Gadis itu mencoba tersenyum. Ia mencoba terlihat baik-baik saja seperti apa yang dikatakan ayahnya. "Bang, kenapa sih lo ninggalin gue secepat ini? Gue nggak siap," gadis itu kembali terisak.

My Ice Prince 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang