9. MEMBINGUNGKAN

2K 98 6
                                    

Suara musik yang menggema membuat ramai tempat hiburan malam. Dengan suasana hati yang kacau, Angga memilih tempat ini untuk melampiaskan beban pikirannya. Ya, dia bukanlah Angga yang dulu lagi. Ia mulai ketergantungan dengan dunia malam. Dunia yang membuatnya melupakan semua beban hidupnya. Walaupun tak selamanya setidaknya sementara.

"Ga, sampai kapan lo kayak gini terus?" tanya Chandra yang kini duduk di samping Angga.

Bukannya menjawab, Angga malah terus-terusan menuangkan minuman lalu meminumnya. Tentunya bukan minuman biasa tapi minuman yang mengandung alkohol.

"Pergi aja lo. Bacot tau nggak?" kata-kata itu keluar dari mulut Angga begitu saja. Ia benar-benar berada di bawah pengaruh alkohol.

"Ga, lo nggak kasian sama Tante Winda? Gimana perasaan dia kalo anaknya yang dulu super perfect tiba-tiba jadi urakan kayak gini?"

"Lo juga nggak ada bedanya sama gue," itulah jawaban Angga. Setiap kali Chandra menyinggung tentang kebiasaan sekarang Angga yang berbeda dengan dulu, Angga selalu memberikan jawaban itu.

"Hai Angga," ucap Tania yang baru menghampiri Angga setelah lelah menari dengan yang lainnya.

"Udah jogetnya?" tanya Chandra.

"Apaan sih lo."

"Lo lihat sendiri kan? Semenjak lo ngenalin dunia malam ke Angga, tuh cowok berubah seratus delapan puluh derajat dari dulu."

Di saat Chandra dan Tania mengobrol, Angga terus meneguk alkohol yang membuatnya semakin tidak sadar dengan dirinya. Cowok itu benar-benar mabuk berat sekarang.

"Angga, kamu mending pulang deh," ucap Tania melihat kedaan Angga saat ini. Angga menghentikan aktivitasnya. Ia menatap lekat tepat ke mata Tania. Sebuah tatapan yang sebelumnya tak pernah Angga berikan pada siapapun.

"Ayra?" kata itu mematahkan ekspektasi Tania sebelumnya.

"Pulang lo sekarang," Chandra akhirnya menarik paksa Angga untuk pergi dari tempat itu.

❄❄❄

Bel pulng sekolah berbunyi. Saatnya para siswa untuk pulang ke rumahnya masing-masing. Satu per satu siswa mulai meninggalkan sekolah menuju rumah. Sebagian lagi ada yang masih di sekolah karena harus mengikuti ekstra atau sekedar nongkrong di warung belakang sekolah.

Ayra sendiri saat ini sibuk dengan ponselnya karena harus menunggu Vania. Hari ini mulai pendaftaran ekskul dan Vania adalah salah satu dari panitia itu, jadinya Ayra harus menunggu Vania terlebih dahulu. Sebenarnya Ayra bisa saja pulang lebih awal dengan naik kendaraan umum, tapi Vania menyuruhnya untuk menunggu sebentar karena katanya ada yang ingin dibicarakan. Ayra sendiri juga tidak tahu dengan apa yang akan dibicarakan Vania.

Saat tengah asik memainkan ponselnya, Ayra melihat Irene yang melintas beriringan dengan Raffa, si biang onar sekolah. Entah apa hubungan Irene dengan Raffa, yang pasti sejak kemarin Irene belum menjelaskan apapun soal kejadian Raffa dan Aiden. Bahkan Ayra baru bertemu dengan Irene sekarang ini.

Ayra memperhatikan Irene dan Raffa yang berjalan menuju arah parkiran. Setelah itu, Raffa berjalan ke arah motornya. Tak lama Raffa pergi meninggalkan Irene, sebelumhya Irene sempat melambaikan tangan ke arah cowok itu. Tentu saja Irene tidak pulang bersama Raffa, Irene pasti dijemput oleh papanya.

"Irene!" sapa Ayra saat Raffa sudah benar-benar menghilang. Irene yang merasa namanya dipanggil menoleh ke arah Ayra.

Ayra bangkit dari duduknya dan menghampiri Irene yang masih berdiri disana. Mungkin ini saatnya Ayra meminta penjelasan pada Irene tetang kejadian kemarin itu. Bukan apa-apa, masalahnya hubungannya dengan Angga terkena imbasnya gara-gara Angga salah paham soal Ayra yang bersama Aiden kemarin.

"Ada apa Ra?" tanya Irene.

"Soal kemarin lo belum jelasin ke gue loh," ucap Ayra to the point. Ia tak mau basa-basi lagi.

"Oh iya, ya udah sekarang aja gue ceritain. Ke warung deket sekolah aja yuk," ajak Irene. Ayra sedikit ragu untuk menyetujui ajakan Irene. Kata Chandra dulu, warung di deket sekolah biasa dijadikan tempat nongkrong untuk lara berandalan sekolah. Jadinya, Ayra harus berpikir dua kali untuk menginjakkan kaki di tempat itu.

"Gimana, jadi nggak."

"Jadi-jadi, tapi jangan di warung itu dong. Di taman aja, sekalian nungguin Vania," ucap Ayra memberi usul.

"Ya udah deh."

❄❄❄

"Hah?! Lo pacaran sama Raffa?!" ucap Ayra yang terkejut bukan main setelah mendengar semua penuturan Irene. Ia tak habis pikir sahabatnya itu berpacaran dengan seorang berandal yang sering keluar masuk ruang BK.

"Iya, jadi kemarin itu gue lagi ribut sama Raffa dan,,, dia nampar gue. Waktu itu lagi sepi dan nggak ada orang tapi ternyata cowok kemarin itu lewat dan liat gue nangis. Tiba-tiba dia nyerang Raffa dan lo tau sendirilah Raffa orangnya gimana," ucap Irene. Cewek itu menunduk dengan mata yang tak mampu menatap Ayra.

"Ra, gue minta maaf ya. Kalau bukan karena kejadian itu mungkin lo nggak bakal ada di UKS sama Aiden dan Angga nggak akan mungkin marah sama lo," ucap Irene dengan perasaan bersalah.

"Bukan salah lo kok, emang Angganya aja yang belum bisa percaya sama gue sepenuhnya," ucap Ayra.

Irene memperhatikan wajah sahabatnya utu yang kini terlihat murung. Kebohongan besar jika Ayra berkata kondisinya sekarang baik-baik saja. Orang yang ia sayang selalu saja menjauh pada akhirnya, Kris, Kai, dan kini Angga.

"Ra, gue yakin kok. Angga lama kelamaan bakal percaya sepenuhnya lagi sama lo. Mungkin dia berubah karena ada alasannya. Bisa jadi dia pengen kamu lebih perhatian sama dia," ucap Irene.

Semoga memang seperti itu. Ayra hanya tersenyum setelah mendengar perkataan Irene. Mungkin benar, Angga membutuhkan perhatian dari orang yang ia sayang. Ayra.

Tak lama sebuah mobil merapat ke parkiran SMA Harapan Bangsa. Bisa Ayra tebak itu adalah jemputan Irene.

"Ra, gue pulang dulu ya. Udah dijemput nih," ucap Irene.

"Oh, ya udah."

"Duluan ya Ra," ucap Irene yang kemudian melangkah pergi.

Kini Ayra sendirian menunggu Vania. Ia melirik jam tangannya, masih sekitar dua puluh menit lagi Vania akan pulang. Ayra menghela napasnya sejenak.

"Belum pulang?" ucapan itu membuat Ayra terlonjak kaget. Gadis itu bahkan sampai maju selangkah karena sura yang tiba-tiba mengalir ditelinganya.

"Woy! Siapa sih bikin kaget aja-" begitu menoleh ke belakang, keterkejutannya justru bertambah. Angga, lagi-lagi cowok itu berubah dengan senyuman tipis di wajahnya.

"Angga?"

"Hm, belum pulang?" tanya Angga mengulang pertanyaannya tadi.

Ayra menggelengkan kepalanya. Tepat saat itu juga Vania datang. Ia mendapati Ayra yang sedang bersama Angga. "Eh, e- Ra, gue kayaknya nungguin Stella deh. Lo kalau mau pulang duluan aja nggak papa," ucap Vania.

"Stella?" tanya Ayra bingung. Seingatnya teman Vania tidak ada yang bernama Stella.

"Iya, Stella Annastasya," ucap Vania. Ayra mencoba berpikir siapa pemilik nma tersebut. Tapi seperti tidak ada teman seangkatannya yang memiliki nama itu. "Udah ya Ra, gue balik ke aula," ucap Vania yang kemudian pergi meninggalkan Ayra dan Angga.

"Pulang?"

"Iya," jawab Ayra yang kemudian melangkah terlebih dahulu. Sejenak, sudut bibir Angga tertarik ke atas. Sebuah senyuman tipis yang mengekspresikan perasaannya sekarang. Cowok itu lalu ikut melangkah dibelakang Ayra.

My Ice Prince 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang