Happy Reading!
Pagi ini Ayra diizinkan untuk tidak masuk sekolah. Ia dan adik kelasnya yang bernama Clarissa ada pertemuan dengan siswa dari sekolah lain yang juga akan mengikuti seminar itu. Mereka didampingi oleh Bu Asma. Pertemuannya pun diadakan di SMA Persada.
Memasuki halaman SMA Persada, Ayra melihat ke sekelilingnya. SMA Persada adalah rival Ayra pada saat olimpade tahun lalu. Dan hasilnya pun SMA Persada yang keluar sebagai juara dan SMA Harapan Bangsa harus puas di urutan kedua.
"Kak, ini bukannya sekolah yang menangin olimpiade fisika lima tahun berturut-turut itu?" tanya Clarissa. Rupanya gadis itu juga tahu.
"Iya," jawab Ayra.
Baik Ayra maupun Clarissa, mereka sama-sama tidak memiliki kenalan di SMA Persada. Wajar saja jika mereka merasa tidak nyaman. Mereka berdua hanya mengikuti langkah Bu Asma.
Saat melewati koridor yang menghadap langsung dengan halaman sekolah, Ayra melihat beberapa murid yang tengah bertanding voli. Tentu saja didominasi siswa putra. Perlu diketahui, saat ini jam pelajaran tengah berlangsung.
Tak lama Bu Asma berhenti di depan ruangan. Rupanya tuangan itu adalah ruangan kepala sekolah SMA Persada. Setelah dipersilakan masuk, mereka bertiga melangkah. Ternyata di ruangan itu sudah ada seorang siswa laki-laki dan seorang siswi perempuan.
"Bu Asma. SMA Harapan Bangsa?" tanya seorang wanita yang usianya tidak bisa dibilang muda lagi. Kira-kira sekitar empat puluh tahunan. Beliau merupakan kepala sekolah SMA Persada.
"Iya, Bu. Dan mereka adalah siswi yang akan mewakili SMA Harapan Bangsa," ucap Bu Asma.
"Ya sudah. Silakan duduk dulu! Sembari menunggu perwakilan dari siswa SMA Persada," ucap beliau.
Ayra mengernyitkan dahi. Kalau dilihat sih memang dari seragam dua orang siswa itu tidak sama dengan seragam SMA Persada. Jadi mereka dari sekolah yang lain.
"Permisi!"
Seorang siswa laki-laki berpostur tinggi memasuki ruangan tersebut. Di belakangnya seorang laki-laki bermata sipit yang berkulit putih. Ayra semat menoleh ke Clarissa saat menyadari laki-laki seakan menyapa Clarissa.
"Siapa?" Bisik Ayra pada Clarissa.
"Kevin, calon gebetan aku." Clarissa sendiri tersenyum ke arah Kevin. Tadi pagi sebelum berangkat Ayra sempat mengobrol dengan adik kelasnya itu. Katanya ia tidak memiliki kenalan di SMA Persada, tapi kenapa ia bisa kenal Kevin?
Ayra lalu melirik sekilas sosok laki-laki di depannya. Sepertinya Ayra merasa tidak asing. Kalau tidak salah, cowok itu yang kemarin menjadi lawan timnya saat olimpiade.
Kepala sekolah menyuruh mereka duduk. Sekitar satu jam mereka diberikan wejangan tentang kegiatan mereka selama berada di Yogyakarta. Setelahnya mereka diperbolehkan untuk meninggalkan ruangan.
Bu Asma pamit terlebih dahulu. Awalnya Ayra dan Clarissa ingin kembali ke SMA Harapan Bangsa. Tapi Bu Asma menyarankan agar Ayra dan Clarissa sejenak berkeliling SMA Persada. Sekaligus agar kedua siswinya itu bisa mengenal rekan mereka nantinya. Alhasil Bu Asma kembali ke SMA Harapan Bangsa tanpa Ayra dan Clarissa.
"Ayra!" seru seorang cewek. Rupanya adalah ia adalah Prita yang datang dengan Raihan di belakangnya. Mereka adalah siswa dari Xavier International School.
"Hai! Prita, Raihan? Kalian belum pulang?" tanya Ayra.
"Udah dibolehin pulang sih sebenarnya. Tapi kita milih di sini sebentar. Sambil ngeliat-liat sekolah ini," ucap Prita.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ice Prince 2
Ficção AdolescenteSebuah hubungan pasti tak akan selalu berjalan manis. Kadang ada sebuah rintangan yang membuat hubungan itu menjadi lebih erat. Namun tak jarang hubungan itu harus kandas karena rintangan yang tak sanggup untuk dihadapi. *** Entah hanya perasaan Ayr...