Vote dulu yuk!
..
Happy Reading
.
.
.Angga masih berada di sebuah ruangan bernuansa putih. Aroma obat-obatan begitu menyeruak. Ia duduk di salah satu sofa di ruangan itu bersama Tania.
"Tuh anak daritadi tidur mulu. Heran gue," keluh Tania. Yang ia maksud adalah Chandra. Sejak ia sadar tadi, Chandra memutuskan untuk tidur karena kepalanya yang terasa pusing.
"Chandra sebenarnya kenapa sih? Kenapa dia bisa pingsan?" tanya Angga pada Tania.
"Lo nggak denger tadi kata dokter? Dia kebanyakan pikiran. Tadi juga pembantunya sempet bilang kalo tuh cowok udah dua hari nggak keluar kamar," ucap Tania.
Angga mengernyitkan dahinya. Memang sih, setelah dari rumah Ayra waktu itu Chandra sama sekali tidak menemuinya. Cowok itu juga tidak masuk kuliah. Angga kira, ia ada urusan penting dengan keluarganya. Maka dari itu ia tidak menelpon Chandra.
"Dia ada masalah?" tanya Angga.
"Pake nanya lagi. Lo pikir kalo nggak ada masalah terus dia mikirin apa? Gue heran deh sama lo. Dari kecil kan kalian selalu barengan. Kenapa lo nggak tahu apapun tentang kondisinya Chandra?"
Pertanyaan Tania membuat Angga menoleh ke arah Tania. "Gue ada urusan beberapa hari terakhir," ucap Angga.
"Urusan? Bukannya lo asik sama Ayra?" Tania terus menyudutkan Angga.
"Tan, nggak usah bawa-bawa Ayra deh."
"Gimana gue nggak bawa Ayra? Lo tuh terlalu sibuk ngurusin Ayra. Sampai-sampai masalah sahabat lo sendiri aja lo nggak tahu. Gue yakin kok kalau gue nggak nelpon elo, lo nggak bakalan tau kondisinya Chandra sekarang kan? Lo pasti sibuk pacaran sama Ayra."
"Tania, dia baru aja sedih karena kehilangan abangnya. Apa salahnya kalau gue hibur dia? Dia butuh orang buat nyemangatin dia," ucap Angga.
"Ga, temen-temennya Ayra banyak. Nggak cuma satu dua kan? Mereka bisa kok ngasih semangat buat Ayra."
"Gue pacarnya, Tan!"
"Lo nggak inget posisi elo sekarang?" Pertanyaan yang dilontarkan Tania membuat Angga bungkam. Cowok itu segera mengarahkan pandangannya ke arah lain. Sementara Tania, ia berdiri dan melangkah mendekati Chandra. "Kalau elo ada masalah, siapa yang bantuin elo? Chandra kan?"
Lagi-lagi Angga terdiam. Ponsel Angga berbunyi. Ia mengambil segera menjawab panggilan tersebut.
"Halo, gimana?"
"..."
"Oke. Besok kita atur pertemuannya. Gue mau secepatnya ini semua selesai."
"..."
"Lo tenang aja, bokap gue udah setuju."
"..."
"Thanks ya," ucap Angga sebelum sebelum mengakhiri panggilan telefonnya.
"Dari siapa?" Tanya seorang cowok. Angga menoleh dan mendapati Chandra telah terbangun. Cowok itu bertanya pada Angga. Namun ia membuang muka ke arah yang lain.
"Lo mikirin apaan? Kenapa lo nggak ngasih tau gue kalau lo ada masalah?" tanya Angga pada Chandra. Angga dan Tania melangkah menghampiri Chandra yang terbaring.
"Bisa nggak sih nggak usah ngalihin pembicaraan!" Bukanlah Chandra yang bersuara. Melainkan Tania yang tengah duduk di samping Chandra.
"Kris," jawab Angga.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ice Prince 2
Подростковая литератураSebuah hubungan pasti tak akan selalu berjalan manis. Kadang ada sebuah rintangan yang membuat hubungan itu menjadi lebih erat. Namun tak jarang hubungan itu harus kandas karena rintangan yang tak sanggup untuk dihadapi. *** Entah hanya perasaan Ayr...