VOTE AND COMMENT!
.
.
.Happy Reading!
Seorang laki-laki tengah menatap keluar kamar dari jendela. Ia membenahi kerah kemejanya. Pandangannya menatap lurus ke depan. Rahang tegas, sorot mata elang, kesan garangnya sama sekali tak menghilang. Walaupun sebenarnya, tersimpan sisi kelembutan dari cowok itu.
Di ufuk sana, matahari mulai tenggelam. Ia menghembuskan napasnya sejenak. Ia mulai mengenakan tuxedo berwarna putih yang di tangannya. Ia berjalan menuju cermin besar yang terletak tak jauh dari tempat tidurnya. Ditatapnya bayangan dirinya di cermin yang ada di depannya. Ia menarik senyumnya sejenak.
"Kakek minta kita buat ketemu," ucap seseorang yang tiba-tiba masuk ke dalam kamarnya.
"Ada apa?"
"Gue juga nggak tahu. Dia dateng bareng bokap gue."
"Gimana sama acaranya?"
"Masih sekitar tiga jam lagi. Kita masih ada waktu," jawabnya.
"Okey." Mereka berdua melangkah keluar. Tepat saat itu pula, seorang wanita setengah baya menghadang mereka.
"Mama, papa di mana?" tanyanya. Wanita itu menggeleng.
"Kris, lebih baik kalian segera temui kakek kalian. Mama yakin ada sesuatu yang nggak beres."
"Iya." Kris berjalan terlebih dahulu diikuti Angga. Mereka berjalan menuju ruang khusus. Di sana, Satya, Wira, dan Fanno berkumpul.
Dari ekspresi Satya, Angga bisa menyimpulkan jika laki-laki yang merupakan kakeknya itu tengah marah besar. Saat ia dan Kris datang, Satya langsung memberikan tatapan tajam pada Angga.
"Kenapa kalian berani menentang saya?!" bentak Satya. Wira, Fanno, Kris, dan Angga menunduk. Tak ada yang berani menjawab apabila Satya tengah marah besar.
"Kenapa kalian berani merencanakan pernikahan Kris tanpa sepengetahuan saya?" ucap Satya.
"Maaf, Pa. Kris sepenuhnya tanggung jawab saya. Saya orang tuanya. Kris sudah dewasa dan dia berhak untuk membuat keputusannya," ucap Fanno. "Kami semua sengaja merahasiakan ini karena saya tahu papa tidak akan setuju," lanjutnya. Laki-laki itu menatap putranya sekilas.
Satya berdiri. Ia melangkah mendekati Angga yang berdiri di samping Kris. Laki-laki itu tampak mengamati Angga. Sementara Angga hanyalah diam.
"Kamu yang meminta Kris melakukan pernikahan ini demi investor itu?"
"Bukan karena Mavin. Itu semua kemauan saya," sela Kris. "Perusahaan keluarga terancam akan bangkrut. Dan saya rasa memanfaatkan Mavin bukan hal yang tepat."
Satya beralih menatap Kris. Cucunya satu itu memiliki wajah yang tegas. Dilihatnya Fanno, menantunya sekaligus ayah dari Kris. Satya seakan muak dengan mereka berdua. Sedari dulu, Satya memang tampak tidak menyukai mereka berdua.
"Kamu tidak perlu fokus terhadap perusahaan keluarga. Urus saja perusahaan papa kamu," ucap Satya pada Kris.
"Pa, bukankah papa sendiri yang meminta Kris untuk membantu mengurus perusahaan keluarga?" ucap Fanno membela anaknya.
"Diam! Saya tidak menyuruh kamu untuk berbicara!"
Masalah bertahun-tahun yang lalu menjadi penyebabnya. Masalah yang membuat Satya memutuskan untuk tidak memberikan perusahaan keluarga pada anaknya melainkan pada cucunya. Satya pun dapat dibilang pilih kasih. Ia lebih mengutamakan keluarga Wira daripada keluarga Fanno. Padahal jelas-jelas Amira-istri Fanno adalah anak pertamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ice Prince 2
Teen FictionSebuah hubungan pasti tak akan selalu berjalan manis. Kadang ada sebuah rintangan yang membuat hubungan itu menjadi lebih erat. Namun tak jarang hubungan itu harus kandas karena rintangan yang tak sanggup untuk dihadapi. *** Entah hanya perasaan Ayr...