"Ayra!" seru Angga dan Tania bersamaan saat mendapati Ayra yang sedang berduaan dengan Aiden di UKS. Masalahnya sekarang posisi Ayra yang pasti membuat Angga berpikiran macam-macam.
Ayra mendorong Aiden dan membuat jarak diantara mereka. Ia tak ingin pikiran Angga berlanjut dan berakhir masalah lagi. Astaga, kenapa Angga harus dateng pas waktunya nggak tepat sih?
"Ayra, lo ngapain tadi? Kenapa kalian cuma berdua? Atau jangan-jangan kalian-"
"Ngapain berduaan sama dia?" tanya Angga dengan dingin yang menyela perkataan Tania. Sepertinya Angga sedang menahan amarahnya, terlihat jelas dari sorot matanya yang terlihat tajam.
"Ga, ini semua nggak seperti yang kamu liat kok," ucap Ayra mencoba memberi penjelasan.
Angga tiba-tiba maju mendekati Ayra, cowok itu meraih tangan Ayra dan membawanya pergi dari UKS. Sekilas ia melirik ke arah Aiden yang terdiam melihat Angga membawa Ayra pergi.
Angga terus berjalan di koridor sambil menarik Ayra. Kali ini Ayra tak ingin memberontak, ia hanya sibuk dengan pikirannya tentang bagaimana membuat Angga percaya jika yang tadi dilihatnya itu bukan seperti apa yang ada dipikiran Angga.
Angga menghentikan langkhnya di depan sebuah ruangan. Ia terlihat sedang membuka pintu ruangan yang di kunci dengan password, tentunya hanya Angga dan keluarganya yang tau tentang ruangan itu.
"Masuk!" ucap Angga dingin yang membuat Ayra tak berani berbicara apapun. Ayra hanya mengikuti permintaan Angga dan masuk ke dalam ruangan itu.
"Jadi itu tadi yang kamu bilang ngajarin Devan-Devan itu?" tanya Angga.
"Ga, semuanya yang ada dipikiran kamu itu salah. Habis dari UKS aku emang langsung mau ngajarin Devan," ucap Ayra.
"Terus kenapa harus berduaan? Kenapa petugas PMR yang biasanya berjaga di UKS nggak ada?" tanya Angga lagi.
Angga seperti sedang cemburu buta dilihat dari tatapan matanya yang memancarkan kemarahan.
"Ga, tadi Aiden berantem sama Raffa. Disini posisinya Aiden itu anak baru dan dia cuma kenal sama aku, wajar dong kalau dia minta aku buat ngobatin luka memarnya. Dan soal anggota PMR itu, mungkin Aiden risih kalau ada mereka,"
"Kamu nggak bohong kan?"
"Ga, percaya sama aku. Aku nggak mungkin ngarang alasan buat bohongin kamu," ucap Ayra kembali meyakinkan Angga.
"Soal tadi lagi, kenapa dia ada di rumah kamu?"
"Dia keponakannya tetangga depan rumah aku, mama sama papa aku minta dia buat jagain aku selama mereka ada di luar negeri."
"Kenapa kamu nggak minta aku aja buat jagain kamu? Aku pacar kamu Ra, harusnya aku yang jagain kamu bukannya cowok sialan itu. Mulai sekarang, jauhin cowok itu!" terlihat kekecewaan yang mengiringi nada bicara Angga.
"Maaf, Ga."
Setelahnya Angga malah pergi meninggalkan Ayra di ruangan itu. Ia mulai menjatuhkan dirinya hingga terduduk dilantai. Sejenak Ayra memejamkan matanya sebelum akhirnya air mata yang sejak tadi ia tahan turun membasahi pipinya. Lagi-lagi ia menangis karena Angga.
Ayra tidak menyalahkan orang-orang mengatakan dirinya bodoh karena tetap bertahan dengan Angga walaupun ia terus-terusan bersedih. Toh, itu semua benr adanya. Ayra selalu tertekan selma berpacaran dengan Angga, entah itu banyaknya perempuan yang menaruh hati pada sampai sikap Angga pada Tania yang bisa dikatakan melebihi seorang teman sekalipun. Ayra akui dirinya memang bodoh.
❄❄❄
"Ayra!" seru Vania yang membuat Ayra menoleh. Awalnya gadis itu hanyalah menatap kosong sambil melangkah ke luar kelas karena bel pulang sekolah telah berbunyi tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ice Prince 2
Teen FictionSebuah hubungan pasti tak akan selalu berjalan manis. Kadang ada sebuah rintangan yang membuat hubungan itu menjadi lebih erat. Namun tak jarang hubungan itu harus kandas karena rintangan yang tak sanggup untuk dihadapi. *** Entah hanya perasaan Ayr...