Tahun ajaran baru telah dimulai. Hari ini adalah saatnya Ayra kembali bersekolah. Setelah hampir satu bulan liburan, hari pertama ke sekolah rasanya amat sangat berat. Jika biasanya Ayra bangun jam delapan pagi, hari ini jam delapan ia harus sudah mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah.
Tahun ini adalah tahun terakhir Ayra menyandang status sebagai seorang siswa SMA. Dan mulai saat ini, Ayra harus hidup mandiri dan benar-benar sendiri. Besok Ayroz akan berangkat ke Belanda untuk kuliah disana. Mama dan papanya juga kembali bekerja seperti dulu lagi.
"Kok cemberut gitu sih?" tanya Ayroz yang menyadari wajah masam adiknya itu. Saat ini ia tengah mengantarkan Ayra ke sekolah. Hari ini adalah hari terakhirnya untuk bersama dengan adiknya sebelum berangkat ke Belanda besok sore.
"Gimana enggak, besok lo udah ke Belanda. Mama sama papa juga kerja di luar kota. Sendirian deh," ucap Ayra kurang bersemangat.
"Ra, tahun ini lo udah tujuh belas tahun loh. Lo udah gede kali Ra, lo harus belajar hidup mandiri. Lagian nanti pas liburan, abang pasti pulang kok. Sekali-kali lo harus belajar mandiri Ra. Nggak selamanya gue ada buat lo. Ada saatnya gue nggak bakal ada di samping lo lagi," ucap Ayroz.
"Kok abang ngomongnya gitu sih? Gini ya, Ayra belum lama bareng sama abang habis itu kita pisah lagi. Ayra ngerasa kayak nggak punya saudara tau," ucap Ayra. Dulu saat Ayra di L.A, Ayroz memilih tinggal di Idonesia. Sekarang, Ayra di Indonesia tapi Ayroz malah akan pergi ke Belanda.
"Apaan sih Ra, alay deh lo," ucap Ayroz.
"Biarin. Gue sebenarnya punya abang tapi berasa nggak punya tau. Lo nggak kasian sama gue? Emang sih lo kuliah di luar negeri buat masa depan lo dan gue nggak bisa ngelarang itu. Tapi kenapa harus jauh-jauh sih? Kenapa nggak di Singapore aja? Kan enak, lo bisa pulang tiap bulan. Lah ini? Jauh banget tau. Gue takut dirumah kalo ngga ada lo. Ntar kalo ada orang yang gangguin gue gimana?" ucap Ayra.
"Kan ada pacar lo, kalo dia beneran sayang ya harusnya dia jagain lo dong. Gue cuma abang lo. Okey, sementara ini gue jagain lo tapi suatu saat nanti bakal ada orang lain yang gantiin tugas gue yaitu jagain lo selamanya," ucap Ayroz.
"Hm," ucap Ayra yang kembali diam.
"Eh Ra, ada tisu nggak? Terhura gue denger lo barusan," ucap Ayroz sambil tetap fokus menyetir.
"Nih," ucap Ayra tanpa menoleh ke Ayroz.
"Gitu aja ngambek lo," ucap Ayroz.
Tak lama mereka sampai di depan SMA Harapan Bangsa. Setelah hampir satu bulan Ayra tidak menginjakkan kaki di tempat itu, kini saatnya ia kembali lagi. Meskipun saat ini Ayra sudah berganti kelas yaitu kelas 12 IPA 1.
Ayroz menghentikan mobilnya tepat di depan gerbang sekolah. Ayra langsung mengambil tasnya.
"Belajar yang bener," ucap Ayroz.
"Iya-iya. Bye," ucap Ayra yang lalu turun dari mobil. Ia menunggu mobil abangnya itu menghilang kemudian baru melangkah menuju kelasnya.
"Ayra!" Seruan itu menghentikan langkah Ayra.
"Vania," ucap Ayra saat melihat Vania yang berjalan ke arahnya itu. Ternyata Vania tidaklah sendiri, ia bersama dengan Irene.
"Akhirnya bisa ngumpul lagi. Puas banget gue liburan," ucap Irene.
"Iya lah, lo liburan kan balik ke L.A. lah gue sama Ayra cuma di Jakarta aja. Iya kan Ra?"
"Iya nih si Irene. Mana nih oleh-oleh buat kitanya," tanya Ayra.
"Tenang aja, ada kok. Spesial buat kalian mah," ucap Irene. Padahal awalnya niat Ayra cuma bercanda menanyakan oleh-oleh. Tapi Irene menjawab ada, jadi tidak ada salahnya diterima kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ice Prince 2
Teen FictionSebuah hubungan pasti tak akan selalu berjalan manis. Kadang ada sebuah rintangan yang membuat hubungan itu menjadi lebih erat. Namun tak jarang hubungan itu harus kandas karena rintangan yang tak sanggup untuk dihadapi. *** Entah hanya perasaan Ayr...