18. FRIENDSHIP

1.3K 67 1
                                        

Motor Angga melaju membelah jalanan ibu kota. Gumpalan awan putih di atas sana cukup bersahabat karena mampu menghalang teriknya matahari. Keadaan jalanan yang lumayan senggang membuat udara lumayan segar.

Jarak antara sekolah Ayra dengan kampus Angga tak terlalu jauh. Lima belas menit mereka telah memasuki area kampus. Seperti yang Ayra bayangkan sebelumnya, ia pasti akan merasa layaknya asing di kampus ini. Ralat, ia memang orang asing karena bukan mahasiswa di kampus ini.

Setelah sampai di parkiran, gadis itu turun dari motor Angga. Selanjutnya, ia hanya mengikuti ke mana arah langkah kaki Angga. Ayra baru sadar jika di kampus ini reputasi Angga tak jauh beda dengan saat di SMA. Sudah ia duga memang, tapi gadis itu tak menyangka sepenuhnya memang sama seperti yang ia bayangkan.

Sepanjang tempat yang Angga lewati, rata-rata banyak mahasiswi berbincang-bincang sampai tersenyum mencari perhatian di depan Angga. Lagi-lagi Ayra mendengus kesal. Tapi bisa ia tangkap dengan mata kepalanya sendiri jika Angga sama sekali tak merespon mereka semua. Cowok itu tetap memasang wajah datarnya seperti saat Ayra mengenal Angga pertama kali dulu.

Mereka memasuki gedung fakultas kedokteran. Entah apa yang Angga lakukan di fakultas ini tapi ini bukan jurusan yang dipilih Angga.

Angga nggak nyasar kan?

Cowok itu tatap melanjutkan langkahnya menuju kantin fakultas kedokteran. Suasana di kantin tak jauh beda seperti waktu di SMA, banyak yang kumpul-kumpul bersama seraya berbincang-bincang. Angga melangkah menghampiri tiga orang cowok yang masing-masing sibuk dengan ponselnya. Ada pula yang fokus menatap laptopnya seperti tengah mengerjakan sesuatu.

Angga menyapa mereka dan langsung mengambil tempat duduk di antara ketiga cowok itu.

"Loh, Ayra. Lo ngapain di sini?" tanya seorang cowok yang Ayra telah lama kenal. Dia adalah Farez, rekan satu tim olimpiade fisikanya yang dulu menggantikan Angga.

"Ikut Angga," jawab Ayra.

"Ga, siapa nih? Bawa cecan nggak kenalin ke kita-kita," ucap seorang cowok yang entah siapa namanya. Ayra belum mengenal cowok itu. Satu lagi, cowok dengan kacamata yang tengah fokus dengan laptopnya.

"Cewek gue."

"Widih! Lo normal ternyata, gue pikir lo-"

"Apa?" tanya Angga dengan tatapan mengintimidasi.

"Gue kira lo kayak Davka," ucap cowok itu dengan setengah berbisik.

"Gue denger ya, Ren," ucap cowok yang terfokus pada laptopnya itu. Mungkin cowok itu yang bernama Davka.

"Duduk aja dulu, Ay," ucap Angga. Ayra lalu mengambil rempat duduk di samping Angga. Ia merasa canggung dengan suasana ini. Pertama, ia siswa SMA sendiri.  Kedua, ia cewek sendiri di antara mereka semua. Ketiga, banyak pasang mata yang melirik ke arahnya.

Bisa Ayra akui jika ia dikelilingi empat cowok tampan di kampus itu. Meskipun mereka masih tergolong junior di kampus ini, tapi visual mereka lumayan menonjol dibanding yang lain. Mungkin itu yang membuat mahasiswi yang lain menatap sinis ke arah Ayra.

"Btw boleh kenalan nggak? Kan kalau kata peribahasa tak kenal maka tak sayang," ucap cowok itu pada Ayra.

"Sore ini gue tunggu di sasana, Ren."

"Nggak jadi deh, Ga."

"Reno, pesenin gue gih. Kayak biasa, lo semua juga kalau mau," ucap Angga. "Ay, kamu mau makan apa?"

"Enggak deh, aku minum aja. Milkshake strawberry."

"Oke, deh. Lima menit bosku," ucap Reno yang beranjak pergi setelah Angga memberikan lima lembar uang seratus ribu rupiah pada Reno.

My Ice Prince 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang