20. DAY 2

1.6K 85 3
                                    

Suara kicau burung menjadi alarm Ayra pagi ini. Mau tak mau, gadis itu segera bangun dan bersiap untuk sekolah. Semalam, gadis itu tidur larut karena mengerjakan tugas biologi. Karena pulang terlalu sore kemarin, Ayra yang biasanya mengerjakan PR dari sore harus menunda hingga malam.

Tepat pukul 06.30 Ayra selesai bersiap. Gadis itu turun menuju meja makan. Makanan memang sudah terhidang di meja makan. Tapi, gadis itu merasa kesepian. Tak ada satu orangpun yang menemaninya sarapan. Gadis itu jadi berfikir bagaimana Angga dulu menjalani kesehariannya tanpa dampingan keluarga. Cowok itu pasti sama merasa kesepiannya dengan dirinya.

Ayra menghela napasnya. Gadis itu menarik salah satu kursi dan duduk di sana. "Bi Mira!" panggil Ayra.

"Iya, Non. Ada apa?" tanya Bi Mira yang berjalan dari dapur.

"Bibi udah sarapan? Sarapan barang Ayra yuk!" tanya Ayra.

"Jangan, Non. Bibi ngerasa nggak enak, masa bibi sarapan bareng sama Non Ayra. Bibi sarapan di belakang aja."

"Nggak papa kali, Bi."

"Nggak usah, bibi sarapan di belakang aja. Non Ayra lanjutin aja makannya. Nanti kalau ada apa-apa, panggil bibi ya. Saya permisi dulu, Non."

"Iya, Bi." Ayra sebenarnya merasa kecewa. Tampaknya hari ini ia memang harus sarapan sendirian. Ayra jadi teringat Ayroz. Biasanya cowok itu yang menemani dirinya saat sarapan. Tanpa melewatkan  pembicaraan garing dan lawakan. Ayra jadi tertawa sendiri saat mengingatnya. Ya, meskipun kadang mereka berantem tapi terasa seru. Tidak seperti sekarang, sendiri, sepi, dan sunyi.

"Sendirian aja." Ayra sontak menoleh. Gadis itu terkejut bukan main saat mendapati Aiden yang tiba-tiba berada di ruang makan.

"Lo ngapain sih di sini? Bikin gue nggak nafsu aja lo," ucap Ayra.

"Minta sarapan. Tante Gissel pergi tadi pagi-pagi, katanya gue di suruh sarapan ke rumah lo," ucap Aiden.

"Rumah gue bukan penampungan orang minta-minta kayak lo! Lagian pembantu di rumah Tante Gissel kemana sih? Lo kan bisa nyuruh dia masakin sarapan."

"Ikut sama Tante Gissel belanja katanya."

"Pantes sih. Nggak betah kalau di rumah sama lo."

"Sembarangan kalo ngomong." Aiden mengambil tempat duduk tepat di depan Ayra.

Tidak mau berlama-lama dengan Aiden, Ayra memutuskan untuk segera menghabiskan segelas susu yang tadi di siapkan Bi Mira. Tangannya menyambar beberapa slice roti lalu beranjak mengambil tas miliknya. Ia terburu-buru melangkah keluar rumah.

"Woy, Ayra! Kok gue ditinggal sih?! Lo nggak sarapan dulu?!" teriak Aiden.

"Buat lo aja!" Cowok itu melihat Ayra yang sudah berlari keluar rumah. Niatnya ia ingin mengejar Ayra. Sayang, perutnya tidak bisa diajak kompromi. Berhubung di depan mata ada makanan, cowok itu memilih untuk sarapan terlebih dahulu.

"Bodo amat lah, paling juga udah berangkat duluan tuh anak. Bi Mira! Masakannya Aiden makan ya! Kata Ayra buat Aiden semua!" teriak Aiden.

"Iya, Den!" sahut Bi Mira dari arah dapur.

Sementara itu, Ayra yang baru saja keluar rumah melihat motor Aiden yang terparkir di depan halaman rumahnya. Sebuah ide kemudian muncul di pikiran Ayra. Kapan lagi bisa membalas dendam pada cowok super menyebalkan itu.

Ayra mendekati motor Aiden dan mulai melakukan aksinya. Anggap saja sebagai bentuk balas dendam Ayra beberapa waktu yang lalu karena Aiden membuatnya telat dan dihukum. Bisa Ayra pastikan jika hari ini cowok itu akan telat dan mendapat hukuman.

My Ice Prince 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang