Alra terbangun dari tidur nyenyaknya. Meskipun awalnya dia berpikir kalo dia tak akan bisa tidur dengan nyaman, tapi ternyata dia salah. Dia bahkan tidur sangat sangat nyaman. Alra duduk. Memperhatikan sekitar yang baru ia sadari hanya ada dirinya. Kemana perginya si Om dingin itu?
Daripada terus berpikir yang jelas hanya akan menghabiskan waktu, Alra memilih beranjak menuju kamar mandi. Hari ini dia akan kembali memulai aktifitasnya seperti sedia kala. Bersekolah. Sejujurnya ia memang rindu akan suasana kelas. Setelah selesai bersiap dan mengenakan seragam sekolah, Alra segera turun ke lantai bawah. Berjalan menuju dapur, tak ada siapapun. Bahkan tak ada apapun juga di meja makan. Ahh, harusnya dia sadar. Ini bukan rumah dimana setiap pagi akan ada yang menyiapkan sarapan.
Alra mendesis kesal. Kalau begini, bisa-bisa dia akan terkena penyakit maag. Dan lagi, kenapa juga si om dingin itu tidak menyiapkan sarapan? Atau setidaknya memberinya uang saku. Tapi sekarang justru ia tak menemukan apapun di sini. Mungkin, ini awal dari kehidupan barunya setelah pernikahan. Tanpa sarapan dan berangkat sendirian.
Setiba di sekolah, Alra langsung menuju kelas. Tidak sabar bertemu dengan kedua sahabat gilanya itu. Dalam hati, Alra berpikir. Bagaimana jika status barunya diketahui seisi sekolah? Apa yang akan terjadi? Apa dia akan dikeluarkan? Dibully?
Tanpa sadar Alra menggelang keras. Berusaha mengenyahkan pikiran negatif yang tiba-tiba saja membelai hati. Entah karena tidak lagi fokus pada jalan, atau mungkin sebab alasan lain, Alra tak sengaja menabrak seseorang. Alra gelagapan. Perlahan ia mendongak.
What the hell! Alra berteriak dalam hati kala matanya melihat sosok berkulit putih dengan mata sedikit sipit. Seperti lelaki yang selalu ia bayangkan. Lelaki itu menatap Alra bingung.
"Sorry, oppa," ucapnya tak sadar.
Lelaki itu langsung tersenyum. Hal itu membuat Alra salah tingkah. Senyum itu benar-benar manis.
"Oppa?" lirih lelaki itu yang masih bisa di dengar Alra. Alra tersenyum canggung. Harusnya ia tidak terbawa suasana tadi.
"Daniel Choi. Kalo lo mau tau nama gue," ucap lelaki itu seraya mengulurkan tangan.
"Alra," balas Alra. Tentu saja dengan menjabat tangan Daniel. Si cowok blasteran Korea-Indo.
Daniel tersenyum saja. "Gue duluan ya," ucapnya kemudian.
Alra terpaksa mengangguk. Padahal, dia masih ingin berlama-lama dengan cowok itu. Tapi, menahannya disini juga tidak mungkin. Mereka kan tidak saling kenal? Sepertinya cowok itu murid baru di sekolah ini yang diceritakan Marta malam itu saat chat. Secara, ini pertama kalinya Alra melihat cowok dengan wajah idamannya itu.
Mengenyahkan pemikiran tentang cowok tadi, Alra melanjutkan langkahnya menuju kelas.Setibanya di kelas, Alra langsung disambut dengan kegaduhan yang sudah ia rindukan. Alra berteriak kegirangan dan segera berlari menghampiri kedua temannya. Seperti tidak bertemu bertahun-tahun, mereka bertiga berpelukan dan berteriak heboh. Untung, semua teman sekelasnya sudah hafal luar kepala akan tingkah aneh ketiga cewek itu, jadi mereka bersikap biasa saja.
***
Saat di kantin, seperti biasa Alra, Marta, dan Elis makan semangkuk bakso. Ketiganya memang penyuka daging bulat itu. Alra yang tengah asik mengunyah gumpalan daging itu, tak sengaja melihat keberadaan seseorang. Dengan antusias Alra memukul meja pelan dan menatap kedua temannya tak santai.
"Apa sih?! Kesal Elis yang merasa terganggu karena tingkah heboh Alra. Sementara Marta diam saja tak peduli.
"Itu," Alra menunjuk seorang cowok yang tengah bercengkrama dengan teman-temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Om (Sudah Terbit)
RomanceHighest rank #1in2020 (250620) #1inLove (071020) Kehidupan SMA yang harusnya penuh warna remaja, menjadi tidak karuan kala Alra dijodohkan dengan pria yang 12 tahun lebih tua darinya. Alra yang polos, lugu, dan ceria menjadi olokan si pria yang begi...