Isteri yang benar-benar Isteri

29.5K 1K 26
                                    

'Mencintai tidak menyakiti. Menyakiti itu obsesi'

Follow author di wattpad dan ig @_ayumelani

Budayakan vore sebelum membaca, chingu😉

Alra mengerjakan tugas yang sebentar lagi deadline. Pusing? Iya. Tapi dia tetap anak sekolah yang harus mempertanggung jawabkan nilai.

"Masih banyak?" Diyo bertanya karena waktu telah menunjukkan pukul 23.00.

Alra menguap sebentar lalu menggeleng.

"Lanjut besok saja," saran Diyo. Dia merasa kasihan melihat gadisnya lelah.

Alra menatap Diyo, sebelum akhirnya mengangguk juga. Setelah membereskan benda-benda yang menjadi media belajarnya, dia berdiri menuju tempat tidur.

Tapi aneh. Rasa kantuknya perlahan pudar. Mungkin karena Diyo menatapnya sedari tadi.

"Apa Om?"

Diyo menggeleng. Dia hanya ingin menatap gadisnya sebelum terlelap.

Alra tak ragu untuk menghadap Diyo. Jadilah mereka tatap-tatapan dengan Alra yang memasang senyuman.

"Aku kepikiran deh Om."

"Hm?"

"Aku mau jadi istri yang benar-benar istri. Masakin Om sarapan, nganterin makan siang ke kantor Om, buatin makan malam." Alra berucap dengan senyum lebar

"Pasti seru kan?" tanya Alra heboh.

"Kamu tau? Ucapan kamu barusan cukup sensitif."

"Kenapa?" bingung Alra.

"Istri, tugasnya bukan hanya menyiapkan makan."

Alra mulai merasa aneh. Apakah dia salah membahas hal ini sekarang. Tatapan Diyo berubah. Senyumannya meskipun tipis seolah mengatakan maksud tersirat.

"A..a.pa.. la...gi?"

Bukannya menjawab, Diyo justru menarik Alra kepelukannya. Membuat gadis itu terperangah. Dia membelalakkan mata terkejut.

"Om nga..."

Belum sempat dia menyelesaikan bicaranya, Diyo sudah membungkam bibir kecil Alra. Dia tak bisa menolak. Lebih tepatnya dia mulai menyukai kebiasaan Diyo ini.

Sedangkan pria itu, tak bisa menahan diri. Tak peduli caranya masih lembut atau tidak, tapi dia mencium bibir Alra tanpa henti. Menyecap setiap rasa yang ada disana. Alra tanpa sadar mengeluarkan suara yang tidak seharusnya keluar. Hal itu membuat si pendengar semakin bersemangat. Diyo menindih Alra. Mencium gadis itu lebih leluasa. Tak ada balasan, tapi Diyo sangat bersemangat. Tangannya mulai liar, meraba tubuh kecil Alra. Gadis itu terbelalak. Kaget. Apa ini malam pertama sesungguhnya? Tapi dia takut. Dia akan mengelak, tapi Diyo lagi-lagi mendahului.

"Selain masak tugas istri juga ini," ucapnya serak.

Dia kembali mencium bibir Alra. Setelahnya, dia menuruni leher gadis itu, dia berusaha membuat tanda disana. Hal itu membuat Alra benar-benar merasa janggal.

Dengan kasar dia mendorong Diyo dari atas tubuhnya. "APA ITU TADI?!"

Diyo tersadar. Dia paham situasinya. Tak lagi dikuasai nafsu dunia. Dia menatap Alra dengan tatapan bersalah.

"Maaf."

Alra melembut. Bukan. Ini bukan salah Diyo, tapi dia belum siap melakukan hal jauh tiba-tiba.

"Bukan Om. Aku hanya belum siap."

Diyo mengangguk. "Maaf ya. Kita tidur saja."

Alra hanya mengangguk lalu mulai memejamkan matanya. Diyo tak lagi memeluknya membuat Alra merasa kecewa?

Married With Om (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang