First Night

41.4K 1.1K 8
                                    

Setelah usrusan membereskan selesai, Alra memilih duduk di sofa ruang tamu yang menjabat sebagai ruang keluarga juga. Mungkin karena Alra yang seharian bekerja, dia jadi merasa lapar juga. Padahal sekarang masih pukul 12.00. Dia pun melirik Diyo yang tengaj asik dengan dunianya seolah tak ada siapapun disini selain dirinya. Entah kenapa hal itu membuat Alra kesal. Mungkin sebab dirinya tidak terbiasa berdiam dalam hening. Alhasil, dia pun beranjak dari duduknya dan berdiri tepat di depan Diyo yang tengah serius dengan laptop-nya.

"Om?" panggil Alra pelan.

"Apa?"

"Makan yok," ajak Alra madih dengan suara pelan.

Diyo yang mendengar itu mendongak menatap Alra yang berdiri di depannya. Dia mrnghela nafas. Sejujurnya dia juga merasa lapar tapi akan aneh rasanya jika dia meminta gadis kecil di depannya ini menyiapkan dia makan siang. Emangnya gadis belia seperti dia bisa apa?

"Yasudah. Makan sana"

Alra bersungut kesal saat Diyo lagi-lagi fokus pada pekerjaannya itu. Alra mencebikkan bibirnya kesal. Perutnya sudah meronta minta diisi tapi pria di depannya justru tidak peduli.

"Nggak ada apa-apa di dapur," ujar alra kemudian. Toh jika ia hanya bersungut kesal, makanan tetap tak akan datang.

"Masak sana," balas Diyo asal.

Lagi-lagi Alra dibuat keki karena jawaban asal pria di depannya. Entah mendapat keberanian darimana, Alra langsung menutup laptop di pangkuan Diyo membuat Diyo kaget. Dia menatap Alra datar dan tajam. Hal itu berhasil membuat Alra gelagapan sendiri.

"Maaf om. Tapi aku beneran lapar. Lagi malas masak juga. Capek dari tadi beresin rumah," jawab Alra sedikit takut.

Diyo sedikit menyernyit. Kalimat 'beresin rumah' yang diucapkan gadis di depannya ini sedikit membuat bingung. Emangnya apa yang dia lakukan? Sejak masuk rumah ini, semua sudah tertata. Hanya perlu membersihkan sedikit. Dari yang Diyo lihat, gadis ini justru kebanyakan sibuk dengan figura-figura foto. Lagi-lagi Diyo hanya mampu menghela nafas lelah. Seharusnya dia tau resiko menikah dengan gadis remaja yang baru menginjak dewasa ini.

Diyo merogoh kantong celananya dan mengambil satu lembar uang 100.000. Kemudian memberikannya kepada Alra yang sejak tadi memperhatikannya.

Alra tersenyum senang menerima uang itu. "Temenin om. Aku kan belum tau tempat makan disini"

Lagi dan lagi. Diyo hanya mampu menghela nafas pasrah. Meladeni gadis kecil seperti ini tak pernah terbayang olehnya. Tapi, pada akhirnya dia menurut juga. Meletakkan laptop ke atas meja lalu beranjak dari duduk. Tanpa mengatakan sepatah kata pun, Diyo langsung pergi begitu saja meninggalkan Alra yang madih terpaku. Seolah sadar, Alra lantas mengikuti Diyo di belakang. Meskipun dalam benaknya masih ada kebingungan. Diyo mau atau tidak?

Diyo terus berjalan tanpa memperdulikan Alra di belakangnya. Dengan santai dia berjalan dengan langkah lebar, keluar kompleks perumahan. Sebab dia tau tempat makan di pinggir jalan sana yang terkenal enak. Dia juga cukup sering kesana sebab jaraknya pun lumayan dekat dari kantor dia bekerja.

"Om, kita mau kemana?" tanya Alra setelah berhasil menyamakan langkah lebar Diyo walaupun dengan berlari kecil.

Diyo melirik sejenak ke arah Alra yang baru disadarinya tingginya bahkan tidak sampai sebahunya. Ahh, bukankah mereka lebih terlihat seperti ponakan dan paman dibanding suami dan istri?

"Makan," jawab Diyo akhirnya.

Alra manggut-manggut mengerti. "Tapi, kita mau makan dimana?"

Diyo diam tak berniat menjawab. Bukankah jawabannya sudah jelas? Makan yah di warung makan atau restoran. Karena terus diabaikan, Alra memilih diam. Toh, berbicara juga tak ada gunanya.

Married With Om (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang