Budayakan vote sebelum baca:-)
Dunia rasanya lebih baik. Alra bukan lagi gadis manja yang bergantung terhadap orang tua. Dia mulai mandiri. Belajar memasak sudah cukup lama ia lakukan. Meskipun tidak begitu mahir, masakannya bisa dibilang enak. Ya, begitulah. Usaha tidak mengkhianati hasil. Sekalipun saat belajar, Elis maupun Diyo kerap memaki masakannya, tapi ia tak menyerah. Sekarang, Diyo justru lahap memakan masakannya.
Alra tentu saja bangga. Sekarang mereka memang tengah sarapan."Lumayan. Ada perkembangan," ujar Diyo. Entah itu pujian atau tidak, yang jelas Alra justru memberengut kesal.
"Kapan Om bilang masakanku enak? Dari dulu cuman lumayan doang," sungutnya menatap Diyo kesal.
Diyo terkekeh pelan. "Tapi saya jujur menjawab."
"Udahlah," kesal Alra. Sepertinya dia marah.
Tapi, Diyo tidak begitu ambil pusing. Nanti juga sembuh sendiri.
Karena keadaan Alra yang tengah marah, suasana di dalam mobil mencekam. Ya, sunyi tanpa ada suara.
Bahkan, saat keduanya sudah tiba pun, Alra tetap diam. Tanpa menatap Diyo, dia hendak keluar. Baru saja dia akan membuka pintu mobil, Diyo menahannya. Pria itu menatap Alra datar.
"Marah?"
"Nggak."
"Baguslah."
Alra semakin kesal. Dasar tidak peka! Dia membuka pintu mobil, keluar, dan menghempaskan pintu mobil itu kasar saat menutupnya. Diyo yang merasa tidak bersalah hanya tersenyum kecil. Tidak sadarkah Diyo, bahwa dia lebih sering tersenyum sejak menikah dengan Alra?
Diyo melanjutkan berkendara menuju kantornya. Sepanjang perjalanan, banyak karyawan menyapa. Tapi, para karyawan wanita lebih banyak diam sejak Diyo mengumumkan soal pernikahannya dalam rapat dadakan yang ia adakan.
Dia masuk ke ruangannya dan begitu kaget saat melihat teman-temannya duduk di sofa dengan anteng. Seolah ruangan ini adalah milik bersama.
Diyo duduk. Menatap semua wajah temannya itu satu per satu.
"Ada apa?" tanyanya tanpa basa basi.
"Kabar baik," jawan Rian tidak nyambung.
Diyo menatapnya tajam. Mengisyaratkan agar tidak bertele-tele.
"Oke oke. Santuy bro. Kedatangan kita kesini adalah utusan dari isteri Rian terhormat," jawab Geri membuat kadar kebingungan Diyo bertambah.
"Maksudnya adalah, isteri saya berniat untuk melakukan sesuatu terhadap hubungan anda dengan isteri anda," lanjut Rian.
Diyo menatap temannya satu per satu. Lagi. "Berbicaralah dengan normal."
"Lo duluan yang kaku, Yo. Padahal sama kita-kita doang"
"Lanjut," tanggap Diyo cepat.
"Gini, lo belum bilang soal perasaan lo sama isteri lo kan?"
"Perasaan?"
"Jangan bilang lo nggak..." Doni berucap misterius.
"Nggak?" tanya Diyo bingung.
"Lo nggak suka sama dia?"
Suka? Mungkin. Diyo suka dengan gadis belia manja itu. Ya, tak dapat mengelak lagi.
"Suka."
"Lo udah bilang?"
Melihat Diyo menggeleng, kedua manusia itu menatap Diyo dengan tatapan seolah ingin menerkam. Dan Diyo? Seperti biasa bodo amatan.
"Lo bego apa gimana? Masa belum dibilang?" sungut Rian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Om (Sudah Terbit)
RomanceHighest rank #1in2020 (250620) #1inLove (071020) Kehidupan SMA yang harusnya penuh warna remaja, menjadi tidak karuan kala Alra dijodohkan dengan pria yang 12 tahun lebih tua darinya. Alra yang polos, lugu, dan ceria menjadi olokan si pria yang begi...