'Sadar atau tidak. Perlahan hariku terbiasa olehmu. Tanpamu rasanya hampa. Seperti malam minggu tanpa pacar. Menyedihkan'
-BuatkamuyangjomblomeranaKuy baca! Vote and comment yeu.
Duduk diantara orang-oranh dewasa membuat Alra gugup tidak karuan. Apalagi, 4 manusia asing ini menatapnya sedari tadi dengan senyum yang Alra mulai benci. Tapi, seorang Alra tidak mungkin melawan yang lebih tua. Alhasil dia hanya menunduk.
Diyo yang menyadari ketidaknyamanan gadis di sampingnya itu, menghela nafas pelan. Dia moneleh ke arah teman-temannya, menatap mereka dengan tajam.
"Pulang sana!"
"Santuy dong," ujar Doni.
"Liat lu berdua buat gue pengen cepet cepet kawin," tanggap Geri sedikit tidak nyambung.
"Lah, lu kan udah 'kawin'? Sering malah," tanggap Rian makin menjadi.
Alra yang mendengar itu mendongak. Menatap Rian dengan bingung. "Sesering apa? Masa sering kawin?"
Kelima manusia dewasa itu saling tatap sebelum akhirnya tertawa terbahak-bahak. Tentu saja terkecuali Diyo. Hal itu menambah kadar kebingungan Alra bertambah. Apanya yang lucu?
"Gila-gila. Bukan kawin yang itu tapi..."
Belum lagi Rian menyelesaikan ucapannya, Diyo lebih dulu menyela. "Diam. Kalian lebih baik pulang."
"Iya iya. Kita emang udah mau balik. Kasian anak ditinggal di rumah sama bibi," ujar Naya kemudian. Cukup sudah keabsurdan manusia-manusia itu, pikirnya.
"Yah. Penonton kecewa." Doni mulai bersikap dramatis.
"Udah. Kita pulang aja. Btw, Yo. Ini fotonya dikirim nggak?" tanya Naya lagi.
Diyo kembali ingat kejadian tadi. Mereka memang sempat memotretnya. Tanpa pikir panjang Diyo bilang, "Hapus aja."
Naya mengangguk. Dia beralih tatap kepada Alra yang lebih banyak diam itu. Dia hanya menatap dengan senyuman, sebelum akhirnya pamit. Diikuti ketiga pria itu.
Setelah terdengar suara derum mobil, Diyo menghela nafas lega. Akhirnya pergi juga. Dia sudah akan berdiri, tapi tangan kecil Alra mencekalnya. Diyo menatap Alra bingung.
"Aku masih belum paham. Maksudnya Kak Rian apa? Masa sering?"
Diyo paham apa maksud gadis itu. Tapi, tidak mungkin dia menjelaskan. "Saya mau tidur."
Diyo melepaskan tangan Alra di lengannya, lalu berdiri. Sedangkan Alra masih terpaku. Mengernyitkan dahi, pertanda dia tengah berpikir keras. "Kawin? Sering?"
***
Sekolah hari ini terasa ringan dari kemarin. Alra tidak lagi bersedih, tapi tampil dengan wajah berseri. Hal itu tentu saja menarik perhatian Daniel yang sedari tadi memperhatikan. Dia melangkah cepat menghampiri.
"Kayaknya ada yang lagi seneng nih?" godanya.
Alra melirik Daniel sebentar. Masih dengan senyum yang mengembang dia berkata, "Gitu deh. Masalah udah kelar soalnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Om (Sudah Terbit)
RomanceHighest rank #1in2020 (250620) #1inLove (071020) Kehidupan SMA yang harusnya penuh warna remaja, menjadi tidak karuan kala Alra dijodohkan dengan pria yang 12 tahun lebih tua darinya. Alra yang polos, lugu, dan ceria menjadi olokan si pria yang begi...