Nyatanya

34.9K 880 17
                                    

Nyatanya aku apa? Nyatanya aku siapa?
-sendualra

Budayakan vote ya guys

Pagi. Harusnya segar. Tapi Alra justru mengantuk berat. Dia masih nyaman dalam lelap, meskipun waktu sudah menunjukkan dia telat.

Siapa yang tak akan nyaman? Dipeluk seorang pria tampan?
Ya, Diyo yang juga enggan bangun, memeluk tubuh kecil Alra erat. Menjadikan Alra guling dadakan.

"Engh," erang Alra.

Dia perlahan membuka mata. Saat kesadarannya penuh, dia membelalak kaget. Bayangkan, ketika bangun yang kamu lihat pertama kali adalah wajah bak pangeran. Apalagi dipeluk erat seperti sekarang.

Alra memberontak. "Om lepasin. Aku harus sekolah." Hal itu tentu sia-sia.

"Sudah terlambat." Diyo justru semakin memeluk Alra erat.

Alra tau. Alra paham dia sudah terlambat. Tapi bukan berarti pria ini harus memeluknya begini kan?

"Kalau begitu aku mau mandi," ucap Alra lagi.

Mendengar itu, Diyo membuka mata. Menatap Alra yang juga menatapnya.

"Bagaimana kalau mandi bersama?"

"OM GILA? NGGAK MAU!" teriak Alra heboh. Dengan sekuat tenaga dia melepas pelukan Diyo. Sykurlah kali ini berhasil.

Diyo yang mendengat teriakan gadis itu terkekeh. "Bercanda."

Alra menghela nafas. Membayangkan dirinya mandi bersama pria ini, ahh tidak terbayangkan.

"Aku mandi duluan kalau begitu," ucap Alra lagi.

Dia beranjak dari ranjang. Berjalan pelan menuju lemari, mengambil baju ganti. Baru kemudian berjalan menuju kamar mandi.

Diyo tersenyum. Betapa bahagianya dia sekarang. Akhirnya Alra benar-benar miliknya. Mengingat malam itu, Diyo tanpa sadar tersenyum kecil.

Daripada mengingat hal itu, Diyo memilih beranjak. Dia hendak memasak.

Diyo menunggu cukup lama kali ini. Biasanya Alra mandi dengan cepat. Tapi sudahlah. Pria itu memilih untuk tidak ambil pusing.
Tepat saat Diyo sudah akan menyantap sarapan buatannya, Alra duduk di kursi sebelahnya. Wajahnya cemberut. Ada apa?

Lagi-lagi Diyo cuek. Tapi saat gadisnya meluapkan kekesalannya kepada nasi goreng yang tak bersalah membuat Diyo semakin merasa ada yang janggal.

"Ada apa?"

Alra menggeleng. Kali ini Diypo harus uji kesabaran lagi.

"Ada apa?"

Lagi-lagi Alra bersikap kekanakan.

"Alra." Diyo berucap dingin. Menatap Alra tajam. Siapa yang tak kesal diabaikan?

Melihat itu, Alra mencebik kesal.

"Liat nih." Alra menunjukkan bagian lehernya yang memerah. Pria itu diam saja. Menatap bingung kepada gadisnya.

"Ini ngilanginnya gimana? Besok aku kan sekolah," racau Alra.

Diyo mengerti sekarang. Tapi dia bisa apa?

"Nanti juga hilang"

"Nanti kapan?"

Diyo menatap Alra yang ternyata juga menatapnya. Tapi anehnya dia hanya diam menatap Alra, membuat gadis itu merasa tidak nyaman. "Kenapa Om?"

Diyo mengalihkan tatapannya. "Kamu jijik?"

"Eh?" Alra bingung.

"Saya tanya, kamu jijik?"

Tatapan Diyo yang berubah sendu membuat Alra merasa bersalah. Tidak. Dia tidak jijik, tapi...

Married With Om (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang