Hari ini author uktah ke 17. Nggak ada yang mau ngucapin gitu? 😂
Heheh
Oke lanjut aja.
Tepat jam 19.30, Diyo membawa Alra pulang. Setelah menghabiskan waktu cukup lama di toko buku. Nyatanya Alra memilih novel begitu lama. Mmebaca sinopsis, memberi komentar, yang membuat telinga Diyo bosan.
Tapi tak ayal, Diyo mensyukuri itu. Karena hal itulah, Diyo bisa membawa Alra tepat waktu.
Setelah menempuh perjalanan salama 45 menit, akhirnya mereka tiba. Alra dan Diyo masuk ke rumah bersamaan.
Biasa aja. Tidak berubah sama sekali.
Itulah tanggapan Diyo pertama kali. Diyo mengernyit bingung. Sebenarnya, apa saja yang dilakukan teman-temannya itu?
"Om aku duluan ya. Gerah banget"
Diyo hanya mengangguk. Rasanya dia ingin mengumpati teman-temannya. Dia mengambil ponsel dari saku, dan mendapati pesan dari Rian.
Kita udah selesai buat kejutannya. Gue yakin lu suka. Btw, makan malam juga udah siap
Have fun, manDiyo semakin mengernyit. Pesan yang dikirim pukul 20.01 itu membuatnya bingung. Apanya yang sudah selesai? Apanya yang kejutan? Yang ada Diyo seperti kambing cengo melihat rumahnya tidak ada perubahan.
Diyo memilih menaiki tangga saja. Dia juga gerah, bepergian seharian. Tapi, langkah Diyo terhenti kala telinganya mendengar suara teriakan dari arah kamarnya. Dengan cepat dia menaiki tangga. Setibanya di kamar, lagi-lagi Diyo dibuat cengo. Bagaimana tidak? Dinding kamar saat ini dihiasi foto-foto pria yang ia kira pacar gadis yang tengah melompat-lompat kegirangan itu.
Apa ini? Norak sekali.
Alra masih dengan wajah riangnya, mendekat ke arah Diyo. Tanpa sadar, dia memeluk Diyo dari samping membuat Diyo mematung.
"Makasih banget Om. Kalau begini, serasa kamar sendiri. Dulunya juga, Bunda nggak bolehin aku buat kamar aku kayak gini. Tapi, berkat Om. Aku bisa 'liat' oppa tiap hari."
Diyo hanya mengangguk pelan. Dia berjalan menuju nakas, untuk meletakkan ponsel dan dompetnya. Disitulah dia menemukan benda yang membuatnya terkejut bukan main. Kali ini, Diyo gagal mengontrol ekspresinya.
Disana juga terdapat kertas bertuliskan Pake ini kalo 'itu'. Bini lu kan masih sekolah.
Tanpa sadar Diyo menepuk jidatnya. Sialan sekali mereka, pikirnya. Sementara Alra yang melihat tingkah pria itu, mengernyit heran. Dia mendekat perlahan membuat Diyo tidak sadar. Dengan polos, Alra menunjuk benda yang digenggam Diyo.
"Itu apa?"
Diyo gelagapan. Segera dia menyembunyikan benda laknat itu di belakang tubuhnya yang justru membuat kadar kekepoan Alra semakin tinggi.
"Bukan apa-apa. Mandi sana!" perintah Diyo untuk mengalihkan perhatian.
Tapi Alra bukanlah gadis sepenurut itu. Sebelum kadar penasarannya hilang, dia akan terus mencari tau.
Alhasil Alra menjulurkan tangannya ke belakang tubuh Diyo, yang membuat keduanya terlihat tengah berpelukan. Keadaan ini mengingatkan Diyo kejadian d rooftop kafe malam itu.
"Om lepasin. Aku cuman mau liat doang"
"Nggak"
Diyo bergerak entah kemana. Tapi saat ia akan melanjutkan langkah mundurnya, ia justru terjungkang ke belakang. Membuatnya terhempas ke atas kasur. Tentu saja, Alra yang sedari tadi berusaha keras mengambil barang di genggaman Diyo ikutan terhempas ke atas tubuh pria itu.
"Ahh," racau Alra sedikit kaget.
Dia membuka mata. Netranya lantas bertemu dengan mata Diyo. Situasi ini lagi-lagi menghentikan waktu di sekitar mereka. Diyo sendiri pun sama. Tubuhnya seolah tak ingin beranjak. Tatapan mereka terkunci.
1
2
3
4
5
Cekrek
Keduanya menoleh bersamaan. Disana, ketiga teman Diyo ditambah Naya, istri Rian tengah menatap keduanya dengan senyuman menggoda.
Dengan cepat Alra beranjak. Dia malu bukan main. Sedangkan Diyo berusaha sebiasa mungkin. Dia menatap keempat manusia itu dengan tatapan datar andalannya. Padahal, jantungnya berdegup tidak karuan saat ini. Dia malu untuk pertama kali di depan teman-temannya.
Ekhm ekhmm..
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Om (Sudah Terbit)
RomansHighest rank #1in2020 (250620) #1inLove (071020) Kehidupan SMA yang harusnya penuh warna remaja, menjadi tidak karuan kala Alra dijodohkan dengan pria yang 12 tahun lebih tua darinya. Alra yang polos, lugu, dan ceria menjadi olokan si pria yang begi...