Insiden kemarin membuat kedua insan itu menjadi canggung satu sama lain. Seperti pagi ini, mereka sarapan dalam diam. Jika biasanya Alra akan berceloteh tanpa henti, maka pagi ini dia hanya diam. Sesekali dia melirik Diyo yang serius dengan sarapannya. Namun, kebisuan itu nampaknya harus tersudahi, tatkala Alra mulai berdehem singkat.
"Ehm. Masakan Om enak," ungkap Alra. Ini bukan karena ia sekedar membuka suara, namun jujur dari hati.
"Makasih"
Alra mengangguk seraya tersenyum. "Gimana kalo Om ajarin aku masak? Kalo Om ada waktu." Jantung Alra berdetak cepat. Apalagi saat Diyo menatapnya datar. Dalam hati Alra berteriak agar Diyo tidak memarahinya.
"Ok"
WHAT THE...! Syukurlah Alra tidak mengumpati pria yang adalah suaminya ini. Alra memilih menghela nafas untuk menenangkan dadanya karena jawaban Diyo yang acuh tak acuh itu.
"Om bisanya kapan?"
"Entah"
"Kok entah? Harus jelas dong, Om!"
Diyo menghela nafas pelan. Kenapa gafis ini begitu berisik? "Kalau saya ada waktu saja".
Alra menganggukg-anggukkan kepalanya. "Oke deh."
Kemudian hening. Keduanya hanyut dalam pikiran masing-masing. Sampai akhirnya Diyo berdiri dan berjalan ke arah dapur dengan membawa piring kotornya. Alra yang melihat itu segera menghabiskan makannya dan ikut berdiri.
***
"Makasih, Om"
Hanya anggukan lalu pergi. Begitulah Diyo. Tentu saja Alra sudah cukup terbiasa dengan semua itu. Makanya, dia hanya mrnghela nafas pelan untuk meredakan hatinya yang masih panas.
Dengan santai, Alra berjalan menuju kelasnya. Tepat saat ia akan masuk ke dalam kelas, seseorang mencekal tangannya. Alra kaget. Segera ia berbalik dan mendapati seorang lelaki putih bermata sipit itu tengah menatapnya dengan senyuman. Itu membuat jantung Alra tak bisa diam. Dia gugup.
"Daniel", beonya.
Daniel tersenyum cerah. Entah kenapa melihat Alra benar-benar terasa bahagia.
"Udah mau masuk aja?" tanya Daniel. Masih dengan senyumnya.
Alra mengangguk saja. Kenapa di depan lelaki ini dia tidka mampu berbicara?
"Boleh pinjam HP lo bentar?"
Alra bingung. "Buat?"
"Ada deh"
Alra menatap Daniel bingung tapi tetap memberikannya saja. Daniel menerimanya dengan senang hati kemudian mengotak- atik ponsel itu. Alra tak bisa melihat apa yang dilakukan lelaki itu pada ponselnya, karena Alra yang tingginya hanya sebatas bahu Daniel. Huh, resiko orang pendek.
"Nih," ucap Daniel mengembalikan ponsel Alra kepada pemiliknya.
Alra dengan cepat mengambil ponsel itu dan melihat-lihat apa yang berubah. NIHIL.
"Gue udah simpan nomor gue disitu. Kalo ada apa-apa lo bisa hubungin gue"
Alra gelagapan. Dia mendongak menatap Diyo yang ternyata juga menatapnya. 'Ya ampun jantung aku kenapa gini?'
"Kalo gitu gue pergi. Semangat ya belajarnya," pamit Daniel. Sebelum ia benar-benar pergi, terlebih dulu ia mengacak-acak rambut panjang Alra.
Alra memegang kepalanya ynag baru saja di sentuh Daniel. Alra tanpa sadar tersenyum. Pipinya merah. Namun, bayangan Diyo tiba-tiba terlintas di kepalanya. Bagaimana mungkin ia jatuh cinta pada orang lain, sementara ia sudah bersuami?
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Om (Sudah Terbit)
RomanceHighest rank #1in2020 (250620) #1inLove (071020) Kehidupan SMA yang harusnya penuh warna remaja, menjadi tidak karuan kala Alra dijodohkan dengan pria yang 12 tahun lebih tua darinya. Alra yang polos, lugu, dan ceria menjadi olokan si pria yang begi...