Siapa sangka, menjadi ibu hamil ternyata cukup menyenangkan. Terutama saat bisa merasakan gerakan si kecil di dalam sana. Belum lagi perhatian suami yang semakin besar.
Karena itulah, Alra tak merasa menyesal telah mengalami semua ini. Meski masa remajanya telah hilang.
"Dia bergerak," ujar Alra penuh antusias. Di usia kandungan enam bulan, si calon bayi memang sudah mulai bergerak.
Diyo yang mendengar akhirnya mendekat. Meletakkan tangannya di perut Alra, merasakan gerakan kecil di sana. Diyo tak bisa menyembunyikan senyumnya. Bahagia dan terharu bercampur jadi satu.
"Kayaknya dia laki-laki, deh. Soalnya hobi banget gerak-gerak," ujar Alra memberi asumsi.
"Kamu yang gadis saja tak pernah diam. Belum tentu kan dia laki-laki?" tanggap Diyo santai. Tidak tau saja ucapannya tersebut membuat Alra mendelik kesal.
"Om bilang gitu seolah aku orang paling cerewet sedunia. Padahal biasa aja," sungutnya.
"Ya," singkat Diyo tak ingin memperpanjang masalah. Dia mengelus kepala Alra, lalu menyenderkan gadis itu di bahunya.
Dengan posisi seperti itu, Alra merasa semakin dekat dengan suami beda usia itu.
"Tapi, kapan kamu berhenti manggil saya 'om'?" tanya Diyo memecah suara.
"Kenapa emang?"
"Tidak baik. Anak kita juga tidak seharusnya mendengar itu. Kamu harus membiasakan diri," ujar Diyo dengan nada lembut. Berusaha sekeras mungkin agar tidak menyinggung perasaan Alra.
"Jadi manggil apa?" tanya Alra seraya menatap Diyo.
Pria itu nampak berpikir. Kira-kira panggilan apa yang cocok untuknya?
"Kak?" usulnya.
"Kak Diyo?" panggil Alra. Mencoba nama panggilan itu.
"Diyo sayang? Honey? My husband? Atau 'suamiku'?" lanjutnya dengan nama panggilan lain.
Diyo tak habis pikir. Gadis ini semudah itu mengucapkan nama panggilan menggelikan seperti itu.
"Kak Diyo saja. Atau nama saja," ujar Diyo final. Memangnya siapa yang mau dipanggil dengan nama aneh itu?
Alra yang menyaksikan ekspresi menggelikan Diyo tak bisa menahan diri untuk tidak tertawa. "Bercanda," ujarnya. "Suamiku," lanjutnya dengan senyum geli.
"Alra. Itu menggelikan."
Alra terkekeh lagi. "Maaf. Habis muka Om, eh Kakak terlalu lucu."
Diyo diam saja. Menyimak bagaimana canggungnya gadis itu menyebutnya kakak. Tapi begitu lebih baik bukan daripada harus memanggil dengan sebutan Om?
Saat keduanya tengah santai, pintu lantas terbuka sendiri. Diyo yakin ini pasti ulah teman-teman gilanya. Diyo hendak menegur, tapi melihat siapa yang muncul dari balik pintu, membuatnya urung.
"Nenek?" panggil Diyo bingung melihat neneknya yang duduk di kursi roda datang bersama keluarganya yang lain. Padahal, Diyo tak pernah ingat mengundang mereka.
Diyo berdiri mempersilakan mereka semua duduk di sofa. Meski pada akhirnya ada beberapa yang harus berdiri. Bagaimana tidak? Semua satu keluarga datang kemari.
"Kenapa datang tiba-tiba?" tanya Diyo lagi.
"Memang tidak bisa?" Nenek Diyo yang bernama Sarah justru bertanya balik dengan suara lemahnya.
"Bukan begitu. Tapi setidaknya kalian harus memberi tahu dulu kan?"
"Kalo kita beri tahu, kamu pasti cari-cari alasan agar kita nggak datang," ucap adik perempuan ayahnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Om (Sudah Terbit)
RomanceHighest rank #1in2020 (250620) #1inLove (071020) Kehidupan SMA yang harusnya penuh warna remaja, menjadi tidak karuan kala Alra dijodohkan dengan pria yang 12 tahun lebih tua darinya. Alra yang polos, lugu, dan ceria menjadi olokan si pria yang begi...