Demi Alra 3

20.1K 825 17
                                    

Vote dulu sebelum baca.

Follow author juga..

Ig? @ayumelanieee

Alra menatap tanpa minat drama korea yang diputar oleh Bundanya. Bukan tidak suka dengan drama itu, tapi serasa ada yang hilang. Sejak tadi, Alra hanya menatap harap ponselnya yang tak kunjung bergetar. Gadis itu menghela nafas berulang kali membuat Diah dan Naya yang memang ada disana menoleh bersamaan.

"Kenapa?" tanya Diah sedikit khawatir.

Alra menggeleng. Lalu pura-pura tersenyum menonton drama yang tengah tayang itu.

Naya yang memperhatikan gadis kecil itu kerap melirik ponselnya, tersenyum kecil. Naya mendekatkan dirinya pada Alra lalu mulai berbisik disana.

"Telpon aja. Salah besar ngarepin telpon dari dia."

Alra menoleh. Ia ragu. Selama hampir satu minggu, Diyo nampaknya sangat sibuk. Jika Alra menelpon, pria itu pasti akan menjawab sangat singkat dan selalu saja sambungan terputus karena kedatangan tamu pria itu. Alhasil, Alra memilih alternatif lain yaitu mengirimi pesan. Sama saja. Pesannya yang terdiri dari serangkaian kalimat hanya dibalas dengan satu dua kata. Siapa yang tidak jengkel?

"Kok bengong. Udah telpon aja," bisik Naya lagi. Alra menoleh lagi. Ia tersenyum seraya mengangguk. Cukup. Ia akan menelpon lagi.

"Bunda, aku ke kamar dulu," pamitnya.

Diah hanya mengangguk tanpa menoleh. Terlalu fokus menyaksikan adegan baku hantam oleh aktor Ji Chang Wook. Alra memilih berlalu saja.

Sampai di kamar, gadis itu masih saja dilema. Padahal Diyo suaminya. Kenapa harus setakut ini?

Alra menekankan tekatnya. Dia akn menelpon. Mengirim pesan saja tidak lebih dari cukup.

Tepat saat sambungan ketiga, telpon itu sudah terhubung. Alra menggigit bibirnya, meremas ponselnya kuat untuk mengurangi rasa gugup yang tiba-tiba menyeruak.

"Halo Alra?" Diyo memulai pembicaraan karena gadis itu yang tetap diam.

"Om lagi apa?" tanya Alra pelan.

"Kerja."

"Ooh. Om udah makan?"

"Hm."

"Aku juga udah makan Om." Padahal tak ada yang bertanya.

"Baguslah."

Alra mencebik kesal. Padahal ia tadi tengah memberi kode bahwa ia juga ingin ditanyai. Meskipun itu sekedar basa-basi.

"Om nggak berubah ya? Tanya apa kek. Masa aku terus yang nanyain," kesal Alra meninggikan nada suaranya.

Diyo diseberang kaget dengan serangan tiba-tiba yang menghantam gendang telinganya.

"Yaudah. Kamu lagi apa?" tanya Diyo lembut.

"Nggak tau. Mending nikah sama kerjaan aja deh." Alra sudah kesal bukan main. Muncul sudah sifat kekanakannya yang kentara.

Tanpa sempat mendengarkan Diyo berucap sesuatu, Alra lebih dulu mematikan sambungan dan melempar ponselnya asal. Ia kesal sekarang.

Sedangkan Diyo disana merasa bingung sendiri dengan perubahan sifat Alra. Dia hendak menelpon kembali gadisnya, tapi ketukan pintu mengalihkan.

"Masuk," ujarnya menyuruh orang di balik pintu.

Pintu terbuka menampilkan seorang pria umur 30-an yang berjalan menghampirinya. 

Pria itu duduk dan menyerahkan kertas yang sejak tadi ia bawa.
Diyo melirik kertas itu sejenak, lalu kembali menatap pria di depannya.

"Baca Pak."

Married With Om (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang