Malam Minggu 1

22.7K 808 27
                                    

Alra menatap makanan di depannya tanpa selera. Akibat hal tak terduga itu, dia hanya memakan sesuatu yang membuatnya bosan. Telur. Ah, bukankah dia terlalu sering mengonsumsi makanan itu?

Tapi, bagaimanapun juga dia adalah manusia biasa yanh butuh asupan. Dia harus makan sekalipun tidak selera. Demi kelangsungan hidup.

Sekilas Alra melirik Diyo yang anteng di depannya. Memakan dengan anggun. Ya ampun, sejak kapan pria tua itu jadi semenawan sekarang?

"Liat muka saya buat kamu kenyang?"

Suara itu berhasil mengalihkan Alra. Sepertinya, rasa kagumnya sudah pergi.
"Pede banget sih. Orang aku lagi liat Coco," sanggah Alra cepat. Syukurlah tepat di belakang Diyo yang tentu saja masih terlihat oleh mata Alra, Coco tengah terbaring tenang.

Diyo hanya memutar bola mata. Ia kembali melanjutkan makannya yang tertunda. Prinsipnya adalah tidak perlu mengurusi gadis belia. Itu benar-benar merepotkan.

Selepas makan malam, Alra memilih berbaring di sofa. Di atas tubuhnya, Coco tengah tidur dengan anteng. Tentu saja. Siapa yang tidak suka bila dielus lembut?bahkan anjing pun tau mana itu kenikmatan.

Sejujurnya Alra cukup bosan menonton sinetron Indonesia. Bukannya tidak menghargai karya bangsa, hanya saja sinetron yang tayang di layar benar-benar tidak memacu emosi. Berbeda dengan drama korea yang kerap ia tonton.

"Bosan banget," keluh Alra entah untuk siapa.

Malam minggu memang terasa membosankan bagi seorang Alra. Diam di rumah. Menonton, tidur, ngemil. Hanya itu yang ia lakukan setiap malam minggu. Kadang iri juga sama temannya yang keluar. Seenggaknya ketemu pacar.

Alra tersenyum sumringah. Orang pacaran saja pergi jalan, kenapa orang yang sudah menikah justru diam?
Dengan langkah seribu Alra berjalan menuju kamar mereka. Dia bahkan tak mempedulikan Coco yang tidurnya sempat terganggu.

Alra menghela nafas bosan. Lihat saja pria itu. Selalu sibuk dengan pekerjaan.

Alra mendekat. Menatap layar laptop Diyo yang menampilkan sesuatu yang sangat tidak Alra pahami.

Diyo yang merasa terganggu lantas berdiri seraya mengangkat laptopnya. "Ngapain?"

"Keluar yuk, Om"

Diyo yang mendengar itu menatap Alra aneh. Sedikit bingung, mungkin?

"Keluar?" tanyanya.

"Iya. Jalan-jalan gitu. Terserah mau kemana. Aku ikut Om aja," ujar Alra semangat.

"Udah malam"

"Namanya juga malam mingguan. Ya gak mungkin pagi kan?" sewot Alra.

Diyo menghela nafas. Kenapa gadis ini semakin banyak tingkah? "Saya banyak kerjaan."

Alra memberengut kesal.

"Masa tiap hari kerja. Presiden aja nggak sesibuk Om"

"Tau darimana?"

"Eeh. Ya. Gitulah pokoknya. Presiden aja masih sering bepergian nemuin rakyatnya. Om juga sesekali...."

"Nemuin Presiden?"

Alra benar-benar kesal. Kenapa pria di depannya ini selalu susah diajak berbicara?Sementara Diyo tersenyum menang. Dia pada akhirnya pergi begitu saja.

"Nyebelin banget sih. Dasar tua"

***

Jalan kuy

Sebuah pesan dari Marta membuat Alra berbinar. Akhirnya, dia punya teman sesama jomblo. Emangnya dia jomblo?

Kuylah. Ajakin Elis juga

Dia sama gebetan.

Alra yang membaca pesan itu menghela nafas. Elis tidak bisa. Jalan dengan Marta saja kelihatan aneh. Entar dikira yang tidak-tidak.

Ahh. Nggak usah kalo gitu. Aneh banget tau jalan cuman kita dua

Iya juga ya😁

'Read'

Gagal. Di rumah duduk diam itu lebih gagal. Alra mengotak-atik ponselnya dan menemukan nomor Daniel. Gimana kalau mengajak dia saja? Tapi, Alra segera mengenyahkan pikiran bodah itu. Dia kan gadis bersuami? Kenapa dia harus jalan dengan laki-laki lain? Dia kan harus memikirkan perasaan Diyo-suaminya?

Alra tiba-tiba bergidik. Dia menatap Diyo yang sibuk disudut sana. Apakah Diyo punya perasaan? Dan lagi, kenapa dia harus repot memikirkam perasaan Diyo, padahal Diyo tak pernah peduli? Jangan bilang, dia sudah..

"NGGAK! NGGAK BISA!" Teriaknya tiba-tiba.

Teriakannya itu alhasil membuat Diyo cukup terganggu. Kenapa gadis itu begitu berisik? Apakah mulutnya tidak lelah, berbicara terus-menerus? Diyo saja yang hanya jadi pendengar merasa lelah.

"Kamu bisa diam?"

Alra yang mendengar itu menatap Diyo aneh. Pikirannya tadi kembali bersemanyam, membuatnya menggelengkan kepalanya seraya menggumamkan kata 'enggak'.

Diyo bingung melihat reaksi gadis itu. Pada akhirnya, dia menunda pekerjaan lalu berjalan ke arah Alra. "Ada apa?" tanya Diyo dengan nada yang tidak biasanya.

Alra menatap Diyo. Pada akhirnya dia hanya menggeleng pelan.

"Kalau mau jalan, pergi saja"

Diyo mengutuk ucapannya barusan. Kenapa dia bisa bersikap demikian? Dia terlihat seperti anak remaja yang tengah kasmaran. Lihat saja, bagaimana Diyo berusaha mengalihkan tatapan dari mata Alra. Jangan bilang dia gugup? Seorang Diyo Geovano? Pria dingin itu?

"Nggak punya temen," ujar Alra pelan.

Diyo mengangguk mengerti. Dia diam. Tak tau harus menanggapi apa. Keheningan menyelimuti keduanya. Canggung? Sangat.

Tiba-tiba suara notifikasi dari ponsel Alra mengalihkan perhatian keduanya. Serempak mereka menoleh dan ternyata sebuah pesan dari nama kontak 'Oppa Daniel' tertera disana.

Mau jalan nggak?

Dengan sigap Alra mengambil ponsel itu. Senyumnya bahkan terpampang jelas disana. Diyo yang melihat reaksi gadis itu, ganya menatapnya datar. Tanpa ekspresi. Lebih dingin dari biasanya.

Alra akan membalas pesan itu, tapi dia harus meminta izin lebih dulu.

"Boleh Om?" tanyanya antusias.

Diyo menatap Alra cukup lama. Menghela nafas, Diyo akhirnya membuka suara.

"Boleh"

Alra tersenyum senang. Dia mengalihkan tatapannya lagi pada ponselnya. Mengetikkan pesan pada Daniel. Tentu saja, dia memilih langsung menentukan tempat ketemuan mereka. Bisa ribet urusannya kalau melihat dia tinggal dengan seorang pria. Berdua saja.

Setelah mendapat pesan persetujuan dari Daniel, Alra akan beranjak dari duduknya. Sebelum sebuah suara kembali menginstrupsinya.

"Kalau saya juga ikut"

Weww....

Gimana chapt kali ini?
Jangan lupa vote dan tinggalkan komentar ya....
Dan saran untuk para cast.. 😉😉

Follow my ig @_ayumelani

Salam sayang dari penulis amatiran yang sedang berusaha mati-matian menjadi penulis sungguhan. 😉😉😊😊

Married With Om (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang