Hari ini, Alra sudah bisa keluar dari rumah sakit. Gadis itu tersenyum senang, tidak sabar bertemu dengan kasur kesayangan.
Kali ini Diyo mengantarnya pulang. Selama perjalanan, Alra hanya melihat ke luar jendela. Perlahan, dia mengernyit bingung. Pasalnya jalan yang mereka lalui bukanlah jalan menuju rumahnya.
"Om?" panggil Alra pelan.
"Apa?"
"Om yakin ini jalan yang benar?"
"Yakin."
Alra semakin mengernyit. Dia memang melupakan beberapa kenangan, tapi ia tidak sampai lupa soal jalan pulang.
Ya, meskipun tak dapat dipungkiri, jalan yang mereka lalui ini tidak begitu asing.
"Ayo turun," ajak Diyo menyadarkan Alra yang sibuk melihat rumah di depannya. Dan itu bukan rumahnya.
"Om, kayaknya kita salah alamat deh." Alra masih ragu akan bangunan di depannya.
Diyo menghela nafas lalu menghampiri gadis yang masih anteng di dalam mobil.
"Nggak. Ini rumah kita."
"Ki-ta?"
"Iya, kita."
Alra memilih turun saja. Ia mengikuti Diyo dari belakang. Meskipun masih dalam posisi bingung.
Tepat saat membuka pintu..
"TADA!!" Suara berisik mengejutkan keduanya.
Disana, sudah ada teman-teman mereka. Bahkan orang tuan Alra dan Diyo pun ada disana untuk menyambut.
Alra tak bisa berhenti tersenyum. Sayang sekali dia melupakan semua kenangan tentang orang-orang baru dalam hidupnya.
Alra tanpa sadar menitikkan air mata membuat semua yang disana menatapnya khawatir.
"Kenapa?" tanya Diyo.
"A-aku minta maaf. Ka-rena nggak bi-bisa ingat semuanya," ujarnya di sela tangisnya.
Semua orang tersenyum kecil lalu perlahan mendekati Alra dan memeluk tubuh gadis itu. Tentu saja Beri tak ikutan dalam melakukan hal yang menurutnya kekanakan. Ia memilih menyingkir, diikuti Diyo di sampingnya.
"Nggak papa. Nanti juga kamu ingat," hibur Naya menguatkan Alra.
"Iya. Jangan sedih, nanti aku ikutan sedih lagi," ujar Elis.
Geri yang mendengar mencibir kecil. "Kayak lo punya hati aja."
"Sibuk banget sih," sungut Elis tak mau kalah.
"Sst. Berantemnya nanti aja. Kita makan siang dulu."
***
Selepas makan siang, mereka mengobrol di ruang tamu. Membicarakan banyak hal. Mulai dari kabar terbaru para selebriti sampai berita olahraga.
Perkumpulan seperti ini sangat menghangatkan hati siapapun yang melihatnya. Terlebih Alra. Walaupun ingatannya masih abu, tapi melihat semua ini membuatnya tak bisa berhenti tersenyum.
"Senang sekali ya?" tanya Diyo seraya duduk di samping Alra.
"Iya. Senang banget," jawabnya semangat.
"Bagimana kalau kita mengadakan pesta nanti malam?" usul Doni.
"Setuju."
"Seru tuh."
Semua orang menyetujui usulan Doni. Menurut mereka, itu cukup menyenangkan mengingat setelah hari ini semua akan kembali pada rutinitas masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Om (Sudah Terbit)
RomanceHighest rank #1in2020 (250620) #1inLove (071020) Kehidupan SMA yang harusnya penuh warna remaja, menjadi tidak karuan kala Alra dijodohkan dengan pria yang 12 tahun lebih tua darinya. Alra yang polos, lugu, dan ceria menjadi olokan si pria yang begi...