Misi Gagal

18.9K 729 29
                                    

Seperti yang sudah direncanakan, kelima manusia dewasa itu bergantian menjaga Alra. Meskipun ini hanya kekhawatiran belaka, tetap saja mereka tidak boleh membiarkan sedikit celah yang bisa menyakiti Alra. Seperti saat ini, giliran Rian dan Naya menemani. Mereka duduk di ruang tamu seraya bercanda gurau.

Namun Alra tak sepolos itu untuk tiidak menyadari keganjalan seminggu terakhir. Bahkan, tak jarang Elis dan Marta juga ikut. Bukankah aneh, jika setiap hari kamu selalu diperhadapkan dengan tamu?

"Kak," panggil Alra pelan. Dia ingin mencari tahu apa yang terjadi yang dia tidak tahu.

"Apa?" Naya menyahut.

"Emm, sebenarnya ada apa? Akhir-akhir ini aku terus kedatangan tamu. Kak Dino, Kak Geri, kalian, bahkan temen aku juga."

"Lo nggak nyaman?" tanya Naya sehati-hati mungkin.

Dengan cepat Alra menyangkal. "Nggak. Bukannya nggak nyaman. Cuman aneh aja. Kayak ada yang kalian sembunyiin."

Rian tersenyum menatap Alra. "Tenang aja. Nggak ada yang kita sembunyiin," ujarnya meyakinkan Alra.

Gadis itu mengangguk saja. Dia mungkin hanya sedikit salah paham.

"Cita-cita lo apa?" tanya Naya tiba-tiba berusaha mencairkan suasana.

"Penulis. Aku pengen karya aku dijadiin film. Ahh, pasti keren banget," antusias Alra.

"Keren. Pasti bakalan gue tonton deh," tanggap Naya membuat Alra tersenyum.

"Oke!" serunya bersemangat.

***

Alra mulai memejamkan mata. Tentang hari yang lewat ia enyahkan semua pemikiran tak berdasar itu. Apa salahnya mereka datang?

"Tapi kok kayak ada yang aneh?" bingung Alra. Keadaan ini tidak biasa baginya.

"Apa yang aneh?"

Alra terkejut. Suara Diyo tiba-tiba menyahut.

"Kapan Om sampe?"

"Baru saja."

Diyo mendekati Alra. Lalu menindih gadis itu yang memang sedang telentang di kasurnya. Diyo menghirup aroma gadisnya seluas mungkin.

"Om berat tau," omel Alra yang diabaikan Diyo.

"Apa yang aneh?" tanya Diyo lalu mulai mengecup leher jenjang Alra.

"Se-mua. Te-men-te-men Om ti-ap hari keh-si-ni," ujarnya terbata kala Diyo mengecup kehernya brutal membuatnya kegelian.

"Om le-pas," suruh Alra.

Diyo mendongak menatap mata Alra. Sepertinya pria itu sudah diselimuti oleh gairah. Jadi tanpa aba-aba dia langsung mencium Alra. Ciuman yang sangat memaksa. Diyo bahkan tidak lagi tahu-menahu soal keadaan Alra. Yang jelas dia rindu menyentuh gadisnya ini.

Diyo melepas kancing piyama gadis itu satu persatu. Alra menahan saat Diyo hendak menjamah tubuh bagian atasnya.

"Aku belum mandi. Om juga kan? Kita mandi dulu ya?" polos Alra tanpa tau betapa salahnya ucapan itu.

"Iya." Diyo setuju. Ia langsung menggendong Alra lalu memasukkannya ke bath-tub. Alra kaget. Dia hendak bangkit tapi ditahan oleh Diyo. Pria itu lantas menyalakan air. Perlahan air naik hingga memenuhi tempat itu.

"Om?" bingung Alra.

"Katanya mandi?"

"Tapi nggak barengan juga."

"Hemat air."

***

Alra malu. Sangat. Mengingat bagaimana ia diperlakukan seperti anak kecil. Dimandikan. Disabuni. Dikeramasi. Ahh, ini membuat Alra gila.

Married With Om (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang