Sebelum membaca tolong hargai penulis dengan vote😊
Jangan lupa follow juga akun wp author...
Kalut. Diyo tidak lagi peduli akan orang sekitar yang menatapnya kesal. Dia hanya ingin segera tiba di tempat Alra berada meskipun harus menabrak beberapa orang di lorong rumah sakit itu.
Setibanya Diyo disana, dia tak bisa berkata apa lagi. Melihat seragam kedua sahabat isterinya yang berlumur darah dan pakaian Naya yang tak kalah mendebarkan rasa. Diyo takut, jika ini adalah akhirnya.
"Gi-ma-na? Dia baik?" Bahkan untuk sekedar bertanya saja, Diyo merasa sesak. Kekalutan akan keadaan yang tak ia harapkan, membuatnya tak berani membuka telinga untuk mendengar. Tapi harus. Dia harus tau keadaan gadis belia itu.
Naya yang ditanya menitikkan air mata. Lalu menggeleng pertanda tidak tau. Ya, saat ini mereka tengah menunggu di depan ruang operasi tempat Alra bertaruh nyawa.
Diyo yang mendengar itu terduduk lemas di lantai. Tak lagi peduli dengan image dingin yang biasa ia lontarkan. Dia hancur. Sangat.
"Gimana anak saya? Naya, Alra nggak kenapa-napa kan?" Diah datang dengan derai air mata menghiasi wajah. Menghujami Naya dengan tanya yang tak ia tau apa jawabnya. Naya hanya bisa menggeleng. Dia juga syok dengan keadaab tiba-tiba ini.
Diah tidak menyerah. Dia beralih menatap Elis dan Marta yang sedari tadi membisu. Sebagai saksi langsung kecelakaan itu, tentu mereka trauma terlebih mereka adalah remaja.
"Gimana sama Alra? Di-dia baik kan?" Diah menangis sesegukan. Membayangkan puteri kecilnya terbaring lemah di meja operasi membuatnya sangat frustasi. Ia merasa gagal menjaga puteri semata-wayangnya.
"Kita berdoa aja ya Bunda," ujar Marta memberi solusi. Bagaimanapun, tidak ada yang tau perihal kondisi Alra saat ini. Mereka hanya bisa menunggu dan berdoa agar gadia itu terselamatkan.
1 jam.
Bahkan saat Geri, Rian, dan Doni sudah ada di tempat itu, pintu ruangan itu belum juga terbuka. Senua orang menunggu dengan was-was. Pertanyaan 'bagaimana jika Alra pergi' berputar di kepala mereka membuat ketakutan itu semakin besar.
Diyo yang terduduk lemah hanya bisa menunduk. Merasa ini adalah salahnya yang tidak bisa menjaga gadis itu. Kenapa? Kenapa hal semacam ini harus terjadi?
Tanpa Diyo sadari, ketakutan yang menghantui membuat air matanya menyentuh lantai. Dia tidak sadar menangis.
***
Tepat sebelum 2 jam berlalu, pintu itu terbuka pertanda operasi telah usai. Namun bukan berarti, ketakutan mereka berakhir. Justru semakin meninggi.
Saat dokter keluar mereka refleks berdiri menghampiri.
"Bagaimana keadaan anak saya, Dok?"
Diah langsung bertanya. Tidak sabar lagi untuk tau keadaan puterinya.
Dokter iti tersenyum menyalurkan energi positif bagi semua orang yang melihat.
"Ibu tenang saja. Anak ibu baik-baik saja. Hanya saja.."
"Hanya saja apa?" tanya Diyo datar. Dia menatap tajam dokter itu.
"Tolong ibu tidak memarahinya. Trauma karena kecelakaan mungkin mempengaruhi mental pasien. Itu karena..."
"Apa?" Sikap Diyo yang tidak sabaran kenapa harus muncul di waktu yang tidak tepat?
"Pasien tengah hamil jalan 1 bulan."
Semua terdiam. Syok akan apa yang baru saja di dengar. Ekspresi mereka bermacam-macam. Diah yang melongo. Naya yang membelalak tak percaya. Marta yang terdiam merasa kabar ini seperti tidak nyata. Elis yang tersenyum kecil. Jangan lupakan ketiga pria dewasa yang langsung menatap Diyo dengan tatapan penuh arti. Sedangkan Diyo hanya diam saja. Tapi, hatinya berteriak senang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Om (Sudah Terbit)
RomanceHighest rank #1in2020 (250620) #1inLove (071020) Kehidupan SMA yang harusnya penuh warna remaja, menjadi tidak karuan kala Alra dijodohkan dengan pria yang 12 tahun lebih tua darinya. Alra yang polos, lugu, dan ceria menjadi olokan si pria yang begi...