Another Meeting

2.1K 198 8
                                    

***
Renjun menghela nafas pelan, dia masih tidak mengerti dengan sikap jeno. Renjun Masih Sibuk di Studionya tapi Jeno tiba-tiba menelfonnya dalam keadaan mabuk, dengan terpaksa renjun meninggalkan pekerjaannya dan menjemput sahabatnya itu di bar.

“Dimana Jeno?”, Tanya renjun kepada salah seorang pelayan yang lewat. Pelayan itu memberi hormat pada renjun sebelum menunjukkan dimana jeno berada.

Hwang Yu Moo memang sudah mati, tapi ada beberapa bisnisnya yang masih bisa diselamatkan oleh tiffany. Salah satunya adalah bar yang terletak tak jauh dari pusat gangnam. Sejak menikah, tiffany hanya fokus mengurusi butiknya sementara renjunlah yang mengurus bar dan juga Resturant yang terletak ditengah kota seoul.

“oo?… injun-ah… akhirnya kau datang… duduklah… temani aku minum”, kata jeno dengan mata setengah tertutup dan dia benar-benar sudah kehilangan keseimbangannya untuk duduk.

“Apa lagi ini?…. Kau membuat masalah lagi?”, renjun menghela nafasnya lalu menyingkirkan semua botol yang ada diatas meja.

“masalah?… hmmm… Aku membuat Hina Marah”, jeno menopang dagunya diatas meja lalu tertawa pahit.

“Kalian bertengkar?”, tebak renjun. Sebenarnya akhir-akhir ini hina sering mengeluh jika sikap jeno semakin protective dan itu membuat hina tidak nyaman. Mungkin sekarang se ron bisa mengerti tapi suatau hari nanti se ron akan mempermasalahkan hal itu dan berpikir jeno menyukai hina.

“aku….kau ingatkan jaemin memintaku menjaganya….aku hanya ingin mejaganya… tapi kenapa dia marah padaku?…. dia bilang aku berlebihan…. benarkah?…. aku hanya tidak suka dengan laki-laki itu… dia brengsek…. tapi aku….aku tidak bisa memberi tahu hina-”, oceh jeno dan tubuhnya oleng kebelakang, dengan sigap renjun menangkap tubuh jeno.

“Kenapa tidak kau katakan saja?… kenapa memendamnya sendirian?”, bahkan renjunpun sangat penasaran dengan alasan jeno, kenapa dia begitu membenci haechan.

“Aku tidak ingin dia menangis…aku…bahkan sampai detik ini aku masih menyesal karena membiarkan hina dekat dengannya…Jaemin pasti akan memarahiku…”

“Kau sudah membuatnya menangis jeno-ya”, Jeno cemberut lalu mengangguk lucu.

“Aku jahat… iyakan?… tapi jaemin bilang aku laki-laki baik….Kenapa jaemin meninggalkan kita?… kenapa?… jika aku tahu saat itu adalah saat terakhir bagiku bicara dengannya maka aku tidak akan berjanji… aku tidak akan berjanji padanya….dia yang seharusnya menjaga hina… dia yang seharusnya memberi tahu hina siapa laki-laki itu”, Jeno menangis dalam ocehannya dan renjun harus menahan sekuat mungkin agar air matanya tidak jatuh. Setiap kali mereka membicarakan jaemin, maka seluruh penyesalan dan kesedihan akan muncul kembali.

“Jaemin mengenal haechan?”, tebak renjun. Jeno tidak menjawab, dia sibuk menyeka air matanya lalu berusaha mengambil minuman lagi dan renjun harus menghentikannya lagi.

“Jaemin-ah…. kembalilah…. kau harus membawa hinamu kembali… aku tidak ingin menjadi laki-laki jahat lagi dimatanya… Jaemin-ah!…. Kembali!”, Jeno berteriak histeris dan kembali menangis.

“Aku merindukanmu”, lirih jeno sebelum akhirnya tertidur.

“Bukan hanya kau jeno… kita semua merindukannya”, renjun mengelus pelan surai rambut jeno. Memanggil pegawainya untuk memapah jeno dan mengantarnya pulang.

***

Haechan sangat senang ketika hina memberi tahunya jika jeno tidak akan menganggu mereka lagi. Haechan tahu dia egois tapi jeno harus tahu jika dia hanya seorang sahabat yang memiliki batas untuk ikut campur dengan hubungannya dengan hina.

Your VoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang