Suara langkah kaki saling berlomba dengan suara roda yang terus berputar, membelah jalan utama pintu masuk ruang rawat darurat. Jaemin masih tak sadarkan diri ketika hina, taeyong dan beberapa perawat sudah membawanya masuk kedalam ruang pemeriksaan.
“Jaemin-ah”, hina mengusap air matanya kasar. Berusaha menahan rasa takutnya dan menjalankan tugasnya sebagai dokter.
“Tetap berikan oksigen”, pekik taeyong sambil memeriksa jaemin secara menyeluruh dengan bantuan hina.
“Apa yang terjadi??”, tanya taeyong pada hina.
“Aku tidak tahu.... aku sedang membeli makanan dengan jeno ketika jaemin pingsan... tapi renjun bilang jaemin seperti berhalusinasi melihat dirinya saat remaja... dia mengeluh kesakitan dibagian kepalanya”, jelas hina berusaha tenang.
“Kita akan lakukan ST Scan pada kepalanya”, titah taeyong.
“Sebenarnya bagaimana kondisi jaemin 10 tahun yang lalu sunbae??”, taeyong terdiam sebentar lalu menyudahi pemeriksaannya terhadap jaemin.
“Aku akan memberi tahumu nanti... yang pasti... aku pikir trauma otaknya muncul kembali... sesuatu yang bisa merenggut nyawanya kapanpun”, helaan nafas berat keluar begitu saja, kedua lutut hina terasa lemas. Dia tidak ingin kehilangan jaemin untuk yang kedua kalinya.
***
Sudah tak terhitung berapa kali hina harus mengusap kasar wajahnya agar tangisannya terhenti tapi hal itu sama sekali tidak berhasil. Setelah kondisi jaemin stabil, taeyong mengajak hina pergi ke ruangannya. Taeyong mengambil sebuah dokumen khusus yang merupakan riwayat Cedera Kepala Jaemin yang sudah terjadi sejak jaemin kecelakaan pertama kali saat berusia 8 tahun.
“Ketika Mark mencelakai jaemin dulu, sebenarnya itu tidak terlalu berpengaruh... tapi karena luka itu belum sembuh benar saat jaemin terjatuh, Luka dikepala jaemin menjadi sangat Fatal. Jaemin seharusnya meninggal detik itu juga, Cedera ditambah trauma yang memunculkan pendarahan di dalam otaknya seharusnya sudah membunuhnya, tapi tuhan memberikan keajaiban pada jaemin. Jaemin menjalani operasi di Amerika tapi dia harus mengalami koma selama 2 tahun lamanya. Jika kebanyakan penderita cedera dan trauma otak biasanya memiliki gangguan ketika bicara atau mengalami keterlambatan saat berpikir, tapi jaemin justru kehilangan seluruh ingatannya... dia terlahir kembali dengan keadaan tidak bisa mendengar. Jaemin harus belajar bicara, berjalan, dan bersekolah kembali seperti anak kecil”,
“Apa jaemin masih bisa mengingat masa lalunya??”,
“Seharusnya tidak... tapi jika dia bermimpi tentang ibunya dan bahkan berhalusinasi tentang masa lalunya itu berarti ada bagian dari dalam dirinya yang memaksa keras memorinya untuk mengingat kembali masa lalunya... Sakit kepala jaemin adalah akibat dari memorinya yang mencari-cari ingatan masa lalunya... jika... jika saja jaemin terus memaksakan dirinya, aku takut itu akan memicu pendarahan di otaknya kembali... Jika itu yang terjadi jaemin kemungkinan akan mengalami koma lagi atau yang paling buruk dia akan meninggal”,
Hina menangis lebih keras, setiap penjelasan yang taeyong katakan padanya terulang ribuan kali diingatan hina. Hina tidak ingin kehilangan jaemin untuk kedua kalinya, dia sekarang seorang dokter dan seharusnya dia bisa menyelamatkan jaemin, tapi sekarang hina justru merasa tidak ada yang bisa dia lakukan sebagai seorang dokter. Hina menggenggam erat tangan jaemin dan menciumnya berkali-kali. Jaemin belum sadar , dia harus bernafas dengan bantuan oksigen. Taeyong menjelaskan jaemin akan lebih baik jika dia sadar besok karena kepalanya perlu beristirahat, jika jaemin dihadapkan pada sesuatu yang membuatnya harus berpikir keras atau berhubungan dengan masa lalunya maka jaemin mungkin akan kesakitan lagi.
“Jangan tinggalkan aku lagi... jebal... aku tidak akan memaksamu untuk mengingatku... cukup tetaplah hidup jaemin-ah... saranghae... sungguh aku sangat mencintaimu”, Lirih hina putus asa. Selama 10 tahun jaemin meninggalkannya, hina tak pernah merasakan sebuah kebahagiaan yang utuh. Karena hanya jaemin yang bisa melengkapi kebahagiaan hina. Walaupun jaemin kembali, dengan kondisi hilang ingatan dan memiliki seorang pacar kebahagiaan hina tetap tidak bisa kembali. Tapi dengan semua kenyataan penyakit jaemin, hina tidak akan memaksa apapun. Saat ini kebahagiaannya hanyalah jaemin yang hidup sehat dan bahagia.
***
“Hah... Jaemin.... adikku... “, Jaehyun bersimpuh lemas begitu sampai di ruang rawat sang adiknya. Keringat berjujuran membasahi wajah, kemeja hingga jasnya. Rambut jaehyun bahkan berantakan tidak karuan, yang dia pikirkan ketika jeno menelfonnya hanya bagaimana caranya dia bisa melihat adiknya secepat mungkin.
“Hah...hah...hah... hah... hiks...hiks...”, deru nafas jaehyun yang berburu perlahan-lahan berubah menjadi isakan tangis menatap tubuh adiknya yang terbaring lagi di ranjang rumah sakit dengan tabung oksigen yang menutupi wajahnya. Jaehyun benci melihat kedua mata adiknya tertutup dirumah sakit, dia selalu ketakutan jika adiknya tidak akan membuka matanya kembali.
“Hyung jangan duduk disini”, pinta jeno sambil mencoba mengangkat tubuh jaehyun dengan bantuan renjun. Tanpa perlawanan , jaehyun membiarkan jeno dan renjun memapah tubuhnya untuk duduk di tempat duduk di samping ranjang jaemin.
“Oppa”, Hina buru-buru menghampiri jaehyun yang baru saja datang sementara hina baru saja mengambil laporan pemeriksaan jaemin yang dikirim dari amerika. Satu jam lagi jaemin harus melakukan ST Scan di kepalanya.
“Kenapa??... ada apa dengan adikku??”, tanya jaehyun dengan suara lemahnya, tatapannya tak bisa lepas sedikit pun dari jaemin.
“Sepertinya jaemin berusaha keras mengingat sesuatu...kami akan melakukan ST Scan di kepalanya untuk memastikan lebih lanjut”, jawab hina masih berusaha tenang.
“Sampai kapan adikku akan tidur seperti ini??”,
“akan lebih baik sampai besok oppa... Jaemin harus mengistirahatkan pikirannya atau dia mungkin akan kesakitan lagi”,
“Hah”, jaehyun menghela nafasnya begitu berat. Ada beban begitu berat yang menimpa pundaknya. Jaehyun menggenggam erat tangan adiknya, memeluk perut adiknya dengan posesif. Jaehyun tidak ingin adiknya pergi kemanapun, tidak selama dia masih hidup.
“Jangan mencoba memberi tahu lami tentang hal ini... aku tidak suka dia berada disamping adikku”, kata jaehyun tiba-tiba. Renjun, jeno dan hina saling menatap sebelum mengangguk pelan meski jaehyun tidak melihat.
“Kami tidak akan memberi tahunya hyung”, sahut jeno akhirnya.
“Kami akan menunggu di luar kalau begitu hyung”, Pamit renjun.
“Pulanglah saat Ayahku dengan Kai dan Paman Kwanghee datang”, kata jaehyun tanpa berniat memalingkan tatapannya dari adiknya.
“Ne Hyung”, Renjun, Jeno dan hina akhirnya keluar dari ruangan jaemin. Memberi ruang untuk jaehyun menumpahkan kasih sayangnya untuk jaemin.
***
Renjun dan Jeno berjalan beriringan melewati lobi rumah sakit. Jung yoon ho sudah sampai jadi mereka harus pulang karena jaehyun mungkin akan marah jika sampai mereka bersikeras tetap menemani jaemin.
“Kenapa jaemin harus mengalami sesuatu saat bersamaku??”, lirih renjun lemah.
“Jaemin benar-benar berkata melihat adiknya??”, tanya jeno masih mencoba meyakinkan renjun jika ceritanya tidak salah. Renjun tentu saja mengangguk dengan pasti.
“Dia bilang dia harus memeluk adiknya karena semua orang membullynya... aku berusaha menghentikannya tapi dia berlari dengan cepat ke atap dan ketika sampai di atap dia langsung menangis seperti melihat sesuatu yang mengejutkan lalu dia mulai kesakitan”, jelas renjun lagi.
“Tidakkah kau berpikir jika jaemin sebenarnya melihat masa lalunya sendiri??”, renjun mengangguk ragu. Jeno mendesah pelan, dia yakin jaemin sebenarnya sedang menerima bayangan masa lalunya dan kemungkinan jaemin akan mengingat masa lalunya lagi. Tapi jeno tidak ingin banyak berharap karena hina belum mau memberi tahunya dengan detail bagaimana kondisi jaemin. Jeno pikir dia mungkin sudah kehilangan harapannya mengingat wajah sembab hina dan raut kesedihan di wajah hina, pasti ada yang salah dengan kondisi jaemin.
Disaat renjun dan jeno sampai di parkiran, ponsel jeno tiba-tiba saja berdering.
“Paman Siwan??”, jeno buru-buru mengangkat telfonnya.
“Kenapa paman??”,
“jaehyun dan yoon ho hyung ada didekatmu??”,
“aniyeyo... aku ada diparkiran, jaehyun hyung menyuruhku pulang”,
“datanglah ke perusahaan... ada hal mendesak.. ini tentang perusahaan... karena jaemin sedang sakit aku tidak mungkin menganggu jaehyun... datanglah kemari”,
“iya paman... sekarang aku kekantor”, jeno memutus panggilannya dengan cepat. Renjun yang melihat itu hanya menaikan alisnya bertanya apa yang terjadi.
“Maaf renjun, sepertinya aku tidak bisa mengantarmu... aku harus kekantor”, sesal jeno.
“Tidak apa-apa... aku bisa naik taxi.. itu pasti penting”,
“maaf sekali lagi”, renjun mengangguk pelan. Jeno dengan buru-buru masuk kedalam mobilnya dan pergi dari rumah sakit.
***
“Seo Herin mengakui bahwa dia adalah salah satu murid yang melakukan pembullyan.. dia menyebutkan nama mark dalam pengakuannya”, jeno menatap siwan tak percaya. Seo herin nenar-benar gila sampai membuka kelemahannya sendiri.
“SH dan SM sama-sama mengalami penurunan harga saham akibat berita ini”, lanjut siwan lagi.
“Mark hyung sudah tahu??”, tanya jeno khawatir
“Belum.. tapi bukan itu saja masalahnya... Pihak SH sudah menunggangi beberapa orang untuk mengajukan keluhan terhadap pelayan di donghwa hotel, sistem pendidikan di SM School, dan produk-produk lain milik SM.. kita sekarang mengalami krisis kepercayaan masyarakat akibat rumor buruk tersebut”, jelas siwan masih dengan wajah tenang.
“Lalu apa yang akan paman lakukan??.. kita tidak mungkin memberi tahu jaehyun hyung saat jaemin sekarang sedang sakit”, Siwan mendesah pelan. Dia mungkin harus mengambil alih sementara karena dia tahu jaemin akan selalu jadi prioritas jaehyun.
“Kau harus membantuku Lee Jeno, di dalam surat perjanjian investasi SM kepada DH entertaiment dijelaskan bahwa kau wajib dan berhak menjadi pengambil keputusan untuk SM saat jaehyun berhalangan namun dengan syarat keputusan itu atas persetujuanku dan jaehyun”, Jeno tahu hal itu tapi dia tidak pernah membayangkan jika dia akan benar-benar melakukan itu sekarang.
“lalu apa yang harus kita lakukan??”,
“Aku sudah memikirkannya... kau hanya perlu membantuku sedikit saja”, jeno hanya mengangguk patuh, bagaimanapun dia tidak tahu detail dari usaha SM, jadi dia hanya perlu menjadi perwakilan jaehyun selama jaemin sakit.
***
“Jung Siwan mengakui tindakan pembullyan yang dilakukan oleh mark, dia berhasil meyakinkan publik bahwa dia bersikap adil dengan mengeluarkan mark dari sekolah...hah... dia pikir itu akan menyelesaikan masalah, selama mark tidak meminta maaf dari mulutnya... masyarakat akan beranggapan jika SM itu tidak sopan dan mereka membesarkan anak pengecut dan sombong”, herin tertawa remeh lalu mematikan layar televisi yang menampilkan siwan saat memberikan pernyataan tentang kasus pembullyan mark.
“Aku penasaran apa yang akan dilakukan Jung Jaehyun dengan keluhan pelayanan di Hotel dan juga produk-produknya”, haechan membenahi posisi duduknya lalu menatap herin.
“Rasanya sedikit aneh karena dia belum melakukan apapun, biasanya jung jaehyun itu sangat cekatan”, herin dan haechan sama-sama memikirkan kemungkinan apa yang akan terjadi dengan tidak adanya respon dari Jung Jaehyun.
Tok tok tok
“Masuk”, seru herin. Pintu ruangan herinpun dibuka, salah satu informan herin masuk dan memberi hormat.
“Kau mendapatkan kabar dari pihak SM??”, tanya herin langsung penuh harap.
“Besok pagi, akan diadakan rapat dewan direksi.. tapi anda harus tahu ini nona”,
“apa itu??”, tanya herin was was.
“Tuan Jung Jaehyun tidak ikut dalam rapat, beliau akan diwakili Lee Jeno dan didampingi Jung Siwan”,
“Apa??.. Lee Jeno??”, pekik haechan tak percaya.
“Apa-apaan ini??.. jeno hanya sekutu, dia bahkan tidak memiliki saham di SM, bagaimana bisa dia mewakili jung jaehyun... dan kemana sebenarnya jung jaehyun??”, tanya herin sedikit tidak terima.
“Maafkan saya, tidak ada yang tahu kemana tuan jung.... tapi menurut beberapa orang tadi sore tuan jung terlihat pergi terburu-buru dan panik... dan saya mendapatkan foto ini”, informan itu menunjukkan sebuah foto kepada herin dan haechan. Sebuah foto yang memperlihatkan jaehyun akan masuk kedalam rumah sakit dengan penampilan yang acak-acakan.
“Rumah sakit Haneul”, gumam haechan. Itu adalah rumah sakit tempat hina bekerja.
“Jung Yoon Ho sudah tidak memiliki saham dirumah sakit haneul, apa mungkin jung yoon ho sakit lagi??”, tebak herin.
“Tidak ada gunanya menebak herin ssi... biar aku yang memastikan.. tidak ada salahnya mengunjungi mantan kekasih”, ucap haechan sinis. Dia harus memastikan sesuatu, jika memang benar sepupunya itu masih hidup maka kemungkinan besar jaemin lah yang ada dirumah sakit. Dia tidak akan melewatkan kesempatan untuk melihat sendiri sepupunya itu masih hidup.
***
Haechan sampai dilobi rumah sakit tepat pukul 10.00 malam. Meskipun sudah tidak seramai siang hari, tapi masih banyak orang yang berlalu lalang dirumah sakit. Haechan pernah mengunjungi hina beberapa kali dan sekarang dia akan mengunjungi gadis itu sebagai seorang mantan kekasih. Jika tebakan haechan benar, hina tidak akan pulang karenaa dia tidak akan meninggalkan jaeminnya itu sedetik pun.
“Lee Haechan??”, haechan baru saja akan mengetuk pintu ruangan hina ketika yoo jung memanggilnya.
“Anyeonghaseyo”, sapa haechan seramah mungkin.
“Lama tidak bertemu tuan lee.. kau ingin bertemu hina??”, tebak yoo jung.
“Ah iya... sudah lama sekali... aku agak sediki sibuk... apa hina ada??”,
“Hina ada di ruang VVIP, Dia sekarang dokter pribadi VVIP”, haechan tersenyum pahit. Dia pasti benar, VVIP itu pasti jaemin.
“Ah... dia pasti tidak bisa diganggu... itu pasti keadaan yang gawat”,
“sepertinya hina mengenal pasien itu secara pribadi, dia terus menangis dan terguncang... dia bahkan belum makan”, haechan tersenyum miris. Hina benar-benar masih mencintai jaemin bahkan meski sudah 10 tahun berlalu.
“Ah.. kuharap dia menjaga kesehatannya... hmmm.. memangnya Pasien itu sakit apa??”, haechan harap yoo jung bisa memberinya sedikit informasi.
“Aku tidak tahu pasti... karena dia pasien VVIP jadi informasinya tidak boleh diketahui sembarang orang... hina bahkan tidak mau memberi tahuku siapa dia.. tapi sepertinya sedikit fatal karena tadi aku mendengar mereka melakukan ST Scan dikepalanya... kemungkinan ada masalah dengan otak atau kepalanya”, haechan mengangguk mengerti. Dia tidak bisa berharap banyak, pasien VVIP sangat dijaga privasinya dan tidak sembarang orang boleh tahu kondisi mereka.
“Kalau begitu aku pergi dulu, mungkin lain kali saja aku bertemu dengan hina”, pamit haechan akhirnya.
“Aku akan memberi tahu hina kedatanganmu”, haechan hanya tersenyum lalu pergi.
Bukan pergi dari rumah sakit, haechan pergi dari ruangan hina untuk mencari ruangan VVIP Tempat jaemin dirawat. Ketika sampai dilantai 10, tepat dimana ruangan VVIP berada, haechan sudah bisa merasakan penjagaan yang ketat. Disetiap ruangan dijaga ketat oleh 2 bodyguard, dan ada satu ruangan yang merurut haechan merupakan ruangan jaemin. Kim Kai yang merupakan bodyguard pribadi Jung Yoon ho sedaang berdiri didepan ruangan VVIP no 2.
“Maaf tuan, anda dilarang memasuki area VVIP sembarangan.... anda sedang mencari siapa?”, tanya seoranv body guard.
“Ah... aku sedang mencari pacarku, dia dokter pribadi salah satu pasien VVIP, dia tidak mengangkat telfonnya”, jawab haechan beralasan.
“Kalau begitu sebaiknya anda menunggu diruangannya...jangan menunggu disini”, haechan mengangguk pelan lalu berniat pergi ketika hina keluar dari ruangan jaemin.
Hina terlonjak, terkejut bukan main dengan kehadiran haechan sementara haechan tersenyum manis karena dia ingin mengatakan jika dia tidak akan melepaskan hina begitu saja.
***
“Apa yang kau inginkan??”, tanya hina dingin setelah berhasil menyeret haechan pergi dari area VVIP.
“Sederhana saja... aku merindukanmu... tidakkah kau berpikir jika kau memutuskanku secara sepihak??”, kata haechan dengan tenang, dia menunggu reaksi apa yang akan hina berikan.
“Benarkah??... jika kau tidak terima, aku tidak peduli... aku sudah tidak ingin berhubungan lagi denganmu”, tegas hina.
“kau pikir aku akan melepaskanmu begitu saja setelah kau mempermalukanku??... benar... aku memang sepupu dari na jaemin kesayanganmu itu... aku membencinya karena dia merebut kasih sayang ayahku dan mendapatkan pendidikan terbaik... apakah aku salah jika aku membencinya??-“,
“tapi tidak dengan mencuri uangnya dan bahkan mengusirnya haechan!... kau bahkan tak peduli bahwa saat itu jaemin masih memiliki luka memar ditubuhnya... kau tidak punya hati haechan!”, haechan tertawa pahit. Sehebat apa sebenarnya jaemin itu sampai hina begitu mencintainya.
“Itu kebodohannya... kenapa tidak membela diri... kau pikir aku juga memiliki kehidupan sekolah yang baik??... aku juga memiliki masalah sendiri tapi aku tidak pernah mengeluh dan menyelesaikannya sendiri... penderitaannya adalah takdirnya begitu pun dengan kehidupanku... aku tidak peduli dengan kehidupannya karena dia sendiri tidak pernah mau dekat denganku... sejak awal datang kerumahku, dialah yang bersikap dingin dan angkuh!... kau tidak tahu kan??... Na Jaeminmu itu dingin!.. sedingin es yang tidak ingin didekati!”, hina terdiam, dia bisa merasakan emosi yang haechan miliki. Dia akui bahwa jaemin memang dingin dan susuh didekati saat itu, dan orang-orang akan berpikir jika jaemin sombong dan tidak ingin didekati.
“Lalu kau ingin menjadikan itu sebuah pembenaran untuk menyiksanya??”, haechan tidak menjawab. Bahkan meskipun tidak menjawab, hina sudah mendapatkan jawabnya.
“Tahukah kau bahwa jaemin mengalami depresi setelah kematian orang tuanya??”, sejujurnya haechan memang tidak tahu. Setelah kematian pamannya, ayah haechan sering ke kantor polisi di daegu lalu pamannya membawa jaemin ke seoul untuk dirawat. Haechan tidak tahu penyakit jaemin tapi jaemin cukup lama dirawat. Setelah pulang pun jaemin masih harus sering kontrol ke rumah sakit.
“meskipun kau saat itu memang masih muda untuk mengerti, tapi setidaknya kau masih punya hati untuk memaklumi bahwa sepupumu perlu waktu untuk menyesuaikan kehidupan barunya tanpa kedua orang tuanya-“,
“untuk apa aku mengerti sementara dia tidak mengerti bahwa kedatangannya kerumahku sudah merebut kasih sayang dan harta ayahku??”, hina mendesah kasar. Percuma saja dia bicara dengan haechan, dia memang tidak punya hati untuk mengerti keadaan jaemin.
“Sebaiknya kau pulang... aku masih punya pekerjaan”, kesal hina. Dia ingin pergi tapi haechan menahan tangannya sedikit kasar.
“Lepaskan aku lee haechan!”, pekik hina berusaha melepaskan diri.
“Ingatlah ini Gong Hina...Aku tidak pernah setuju kita putus... aku tidak akan membiarkanmu lepas begitu saja... kau pikir kau bisa hidup bahagia diatas penderitaanku??... jangan bermimpi... aku akan memastikan penderitaanmu gong hina... aku... aku akan membunuh laki-laki yang paling kau cintai didunia ini!”, haechan menghempaskan tangan hina sedikit kasar lalu pergi. Hina terbelalak, apa maksud dari ucapan haechan??... haechan hanya tahu jika hina mencintai jaemin.. jaemin sudah meninggal tapi kenapa-
Hina menggeleng pelan, haechan tidak mungkin tahu jika jaemin masih hidup. Hina bergegas mengejar haechan dan betapa terkejutnya dia karena haechan kembali pergi menuju ruang VVIP.
“Lee Haechan!.... Kau tidak boleh berada diarea ini!”, pekik hina sambil menghalangi jalan haechan.
“Wae??.. aku hanya ingin mengunjungi seorang VVIP disini... apa pedulimu??” Tanya haechan santai. Dia semakin yakin dengan tebakannya melihat ekspresi panik hina.
“Siapa orang itu??... kau harus membuat janjj terlebih dahulu dan menunjukkan tanda pengenal tamu VVIP mu”, jelas hina mencoba memancing apakah haechan berbohong atau memang dia mengenal salah satu VVIP disini.
“Ah... aku meluapakannya... apa aku harus membuat janji dulu?, tapi aku sedang ingin memberi kejutan untuknya... bagaimana??.. kau mau membantuku memberi tahunya??.. sepertinya kau sangat dekat dengannya... bukankah kalian sudah saling mengenal sejak 10 tahun lalu??”, hina terdiam, tatapan mata paniknya berubah menjadi tatapan mata tajam.
“Apa maksudmu??.. Semua pasien VVIP disini sangat dijaga kerahasiaannya... jika kau ternyata membobol informasi rumah sakit ini, kami bisa menuntutmu-“,
“Jadi dia benar-benar masih hidup??”,
“aku tidak mengerti dengan apa yang kau katakan”, elak hina langsung.
“Ternyata benar??... matamu tidak bisa berbohong gong hina... kau langsung meminta putus setelah tahu jaemin masih hidup, benarkan??... lalu kau pikir aku akan membiarkan kalian bersatu??... maaf tapi aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi.... dia boleh selamat 10 tahun yang lalu tapi tidak kali ini.. aku akan membunuh-“
Plakkk, sebelum haechan selesai mengatakan ancamannya hina sudah lebih dulu menampar wajahnya.
“Jangan pernah kau menyebut nama jaemin lagi dihadapanku... dia sudah meninggal 10 tahun yang lalu... kau bahkan tak pantas menyebut namanya dengan mulut kotormu... kau boleh membenci jaemin atau apapun itu tapi jangan pernah berpikir untuk menghinanya dihadapanku lagi...karena aku tidak akan pernah menerima itu-“,
“kenapa??... kau marah karena aku benar jika jaemin masih hidup atau kau marah karena aku ingin membunuhnya lagi??-“,
“Kau senang bermain-main dirumah sakitku tuan Lee??”, haechan dan hina sontak menoleh kebelakang, melihat kedatangan siwon bersama dengan seorang asistennya.
“Anyeonghaseyo tuan jung”, sapa haechan seramah mungkin, meskipun dia sedikit gugup karena ketahuan.
“Ini adalah area khusus VVIP... tidak sembarang orang boleh berada di area ini... jika anda tidak punya tanda pengenal tamu VVIP aku mohon dengan hormat untuk meninggalkan tempat ini... pasien VVIP kami sedikit rewel”, kata siwon dengan senyum manisnya.
“Ah ne.. aku hanya lupa untuk membuat janji dengan temanku.. lain kali aku akan membawa tanda pengenalnya tuan jung”, jawab haechan setenang mungkin. “kalau begitu aku permisi”, pamit haechan.
“Hhmmm tuan lee”, panggil siwon sekali lagi.
“Ne”,
“Aku harap kau lebih berhati-hati saat bermain... kau harus tahu lawan mainmu terlebih dahulu, aku takut kau akan kalah pada akhirnya jika tidak pintar”, siwon tersenyum manis lalu kembali berjalan bersama dengan asistennya lalu diikuti hina.
“sialan!... Kenapa dia selalu memiliki hal-hal yang aku inginkan!”, kesal haechan. Haechan menghentakkan kakinya sedikit kasar sebelum pergi.
***#####
Mungkin setelah ini akan lama update lagi... kerjaan numpuk sampai akhir tahun...
Semoga masih bisa update di sela-sela kesibukkan...
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Voice
Fiksi PenggemarAku tidak bisa mendengar semua suara didunia, tapi kenapa aku selalu mendengar suaramu dipikiran dan bahkan dihatiku??