Choice

1.3K 155 10
                                    

***
Jaemin tidak menolak ketika hina menerobos masuk ke dalam kamarnya, mengambil kotak p3k dan mengobati luka diwajahnya.

“Akgghhh”, rintih jaemin ketika hina mengobati luka-luka diwajahnya.

“Sakit??.. mianhae”, hina meniup pelan luka-luka jaemin sebelum kembali mengobatinya.

“Kenapa tidak pernah memberi tahuku??”, hina menghentikan kegiatannya dan menatap jaemin bingung.

“Tentang apa??”,

“lami”, lagi, hina kira mereka tidak akan membicarakan lami sementara waktu.

“Itu…”,

“bahkan tentang mantan pacarmu yang ternyata sepupu tiriku”,

“Jaemin-ah”,

“aku berkata bahwa aku berharap kau tidak membohongiku… tapi ternyata ada banyak hal yang kau tutupi juga dariku”,

“kupikir lami dan haechan tidak akan mempengaruhimu karena itu adalah masa lalu jaemin yang tidak terlalu berpengaruh untukmu”,

“Kenapa kau berpikir begitu??”,

“karena kau menyukai lami dan….-“,

“Soal yang kau katakan tadi-“, jaemin menatap hina ragu. Apakah dia siap untuk membicarakan lagi tentang pernyataan cinta hina??

“Kita bisa bicarakan lain kali… aku akan mengambilkan makanan… kali ini kau tidak boleh menolak… kau harus makan”, hina menaruh kembali kotak p3k kedalam lemari.

“Temani aku makan”, kata jaemin pelan sebelum hina keluar dari kamarnya.

“Tentu saja… aku juga perlu memastikan kau makan atau tidak”,

“Temani aku tidur”, hina menatap jaemin ragu. Meskipun dia dan jaemin sering tidur bersama tapi tetap saja rasanya masih canggung. “dua hari ini aku tidak pernah mimpi buruk lagi, kupikir aku sudah sembuh tapi sepertinya itu karena kau menungguku didepan kamar… aku tidak ingin mimpi buruk lagi… jadi temani aku tidur”, hina tersenyum kecil, jaemin mungkin berusaha terlihat kuat dan berani tapi dia tetaplah seorang jung jaemin yang kekanakan dan penuh ego.

“Arraseo… aku akan segera kembali”,

***

Herin mengeram kesal setelah membaca berita terbaru dari SM Company. SM memilih membuka cabang Donghwa hotel di Dua Negara sekaligus yaitu di Kuba, meksiko dan di Pattaya, Thailand. Mereka sama sekali tidak terpengaruh dengan semua serangan yang dilakukan SH Company. Bahkan keputusan mereka membuka cabang di dua negara sekaligus cukup berani. Mereka berani keluar negara sementara SH masih tertahan dikorea dengan cabang di jeju dan juga pulau nami. Sementara Donghwa Hotel sebelumnya hanya memiliki satu cabang di Sokcho.

“Kita harus menyerang SM Secepatnya”, herin terlonjak ketika haechan tiba-tiba datang tanpa mengetuk pintu dan bahkan dengan wajah yang lebam.

“Apa yang terjadi pada wajahmu??”, pekik herin.

“Na Jaemin Masih Hidup!,… Kami berkelahi… jika sekarang Jung Jaehyun tahu aku menghajar adiknya, dia tidak akan tinggal diam”, Herin terdiam tak percaya. Ada begitu banyak rahasia di keluarga jung, tapi herin justru tidak yakin itu akan mempengaruhi bisnis mereka.

“Kita bisa menyeret mereka ke meja hukum karena memalsukan kematian Na Jaemin”, kata haechan seolah mengerti kebingungan herin.

“tapi kita belum memiliki bukti… kau bilang ingin secepatnya sementara jung jaehyun sudah menyeretmu ke meja hukum terlebih dahulu”, haechan bahkan sudah tidak peduli tentang itu. Ambisinya kali ini adalah benar-benar membunuh jaemin kali ini. Dia tidak akan pernah membiarkan Jaemin hidup menderita sementara dia hidup menderita.

“Jika aku hancur maka jaemin dan keluarganya juga harus hancur bersamaku”, Lee Haechan

***

Ketika jaemin membuka matanya pertama kali, hal pertama yang dia lihat adalah wajah damai hina ketika tertidur. Jaemin tersenyum kecil, dia selalu merasa tenang setiap kali melihat wajah hina.

“Terima kasih karena kau selalu ada disisiku”, jaemin memberanikan dirinya mencium kening hina. Jaemin harus pergi ke suatu tempat dan jaemin tidak ingin hina ikut karena sudah pasti hina akan melarangnya. Dengan buru-buru jaemin mandi memakai pakaiannya lalu turun keluar dari kamarnya.

Jam menunjukkan pukul 6 pagi ketika jaemin turun ke lantai bawah dan siapa yang akan menyangka jika jaemin akan bertemu dengan tiffany yang baru saja bangun dan hendak pergi ke dapur. Jaemin tidak punya niat sedikit pun bicara dengan tiffany, dia ingin pergi begitu saja tapi tiffany menghentikannya dengan sebuah pertanyaan.

“Apakah kau akan memaafkan jaehyun jika aku pergi dari rumah ini??”, jaemin masih tidak menjawab, karena bahkan jaemin tidak tahu apakah jika tiffany pergi dari rumah ini dia bisa bicara dengan kakaknya seperti dulu.

“Aku tahu bahwa kata maaf pun tidak akan bisa mengobati luka dihatimu… dosa yang dilakukan ayahku sudah terlalu banyak dan tidak akan pernah bisa dimaafkan…. Aku dan renjun selalu dihantui rasa bersalah setiap kali menatap wajahmu… kau adalah korban dari dosa ayahku dan ibu mark… kau boleh meminta aku dan renjun pergi dan menjauh… kami pantas mendapatkannya… tapi aku mohon jangan membenci ayahmu, jaehyun, ji sung dan jaehwan… mereka juga korban… dan mereka adalah orang-orang yang selalu bersedia melakukan apapun untuk kebahagianmu-“,

“Itu bukan untukku… tapi untuk na jaemin”, meskipun tiffany tahu bahwa jaehyun memberi tahu jaemin jika dirinya kembar tapi tiffany tidak pernah bisa memperlakukan jaemin seolah dia kembar. “jaemin mungkin memaafkanmu dan semua orang yang menyakitinya… tapi aku tidak bisa… jika kau memang ingin pergi dari rumah ini… silahkan… aku tidak akan melarang ataupun memintamu… itu terserah padamu jika kau memang sadar semua dosa yang diperbuat ayahmu… lagi pula pendapatku tidak akan pernah didengar oleh keluarga ini… aku tidak pernah ada dikeluarga ini… tidak pernah ada yang menganggapku ada”,

“semua orang mencintaimu-“,

“berhenti bicara omong kosong!”, bentak jaemin frustasi.

“Apapun yang terjadi dimasa lalu dan sekarang… kau ada didalamnya… kau adalah tokoh utama dalam cerita ini… tidak ada yang lain… semua orang hanya mencintai dirimu… hanya kau… tidak ada yang lain… aku beruntung karena bertemu denganmu… ketika aku hampir kehilangan harapanku, kaulah yang memberiku harapan… membuka hati jaehyun untuk menerimaku… bukan hanya sekali… tapi dua kali… kau adalah malaikat didalam hidup kami”, jaemin menatap tiffany tak mengerti. Apa yang sebenarnya tiffany katakan??,

Tiffany tersenyum kecil dan tanpa ragu memeluk tubuh jaemin meskipun jaemin hanya terdiam kaku tanpa berniat membalas.

“Kami akan bercerai…. Aku tidak ingin jaehyun menderita lagi karena kemarahanmu… Jaehyun tidak bisa hidup tanpa dirimu…dia mencintaimu melebihi dirinya sendiri dan bahkan aku dan jaehwan… aku mohon jangan biarkan kakakmu menderita”, tiffany membelai lembut wajah jaemin sebentar sebelum dia pergi ke dapur dan meninggalkan jaemin yang diliputi kebingungan.

***

“Aku ingin bertemu dengan Jung Soo Yeon”, petugas kepolisian nampak memperhatikan jaemin dari ujung kepala hingga ujung kaki. Jaemin memakai topi, kaca mata dan masker yang menutupi seluruh wajahnya. Diaa terlihat mencurigakan dan kepolisian tidak mungkin langsung menyetujui permintaannya.

“Kau siapa??... dan punya hubungan apa dengan Tahanan Jung??”, Tanya petugas keopilisian penuh selidik.

“Aku Anak Tirinya… Jung Jaemin”, Jaemin meremas tangannya , sungguh dia tidaak pernah ingin menyebutkan jika dia adalah anak tiri wanita itu.

“Jae… Jaemin??”, tangan petugas kepolisian itu mendadak bergetar. “Tunggu… sebentar…. Tahanan jung se..sedang ada tamu”, katanya gugup. Buru-buru dia mengambil gagang telfon dan menghubungi seseorang.

“Ada seorang tamu yang mungkin ingin anda temui Pak”, katanya sambil menatap jaemin ragu.

“Kau.. kau bisa menunggu diruang tunggu… aku akan mengantarmu… tapi… kau..kau harus membuka masker diwajahmu… kau.. kau terlihat mencurigakan”, jaemin mengangguk pelan sebelum membuka maskernya.

“Daebak!”, takjub petugas kepolisian itu. Dia tidak mungkin melupakan wajah putra kedua jung yoon ho yang hampir membuatnya dipecat karena tidak bisa menyelamatnya tepat waktu 10 tahun yang lalu.

“Apa anda mengenalku??”, tanya jaemin ragu.

“Ania… ania… aku hanya tidak menyangka kau masih muda dan tampan”, jawab polisi itu beralasan lalu mempersilahkan jaemin masuk kedalam ruang tunggu.

***

Hina menuruni tangga dengan buru-buru, kakinya baru saja akan melangkah keluar dari pintu utama ketika dia mendengar suara tangisan jaehwan.

“Aku Tidak Ingin Bercerai Tiffany!!”, hina berbalik, dan betapa terkejutnya dia ketika melihat tiffany menggendong jaehwan dengan mendorong sebuah koper bersamanya.

“Kita harus melakukannya meskipun tidak ingin jaehyun… benar bahwa kau memaafkanku tapi jaemin tidak bisa menerimanya… aku tidak bisa melihatmu menderita karena jaemin marah… aku lebih baik pergi dari pada melihat kau menderita… kau bahkan belum makan jaehyun, kau tidak tidur karena mengkhawatirkan jaemin…  aku tidak bisa melihatmu seperti itu”, jaehyun mengenggam erat tangan tiffany, bertimpuh dihadapannya dan menangis.

“Maafkan aku… aku janji akan makan dan tidur… aku hanya khawatir… aku… jebal… jangan biarkan jaehwan menjadi korban… aku… aku akan berusaha membujuk jaemin… jebal… pikirkan jaehwan tiff”,

“Aboji… hiks..hikss… hiks… omma mau membawaku kemana??.. jaehwan tidak mau pergi… omma… hiks..hikss….hiks…”, jaehwan menangis lebih keras dan berusaha turun dari gendongan tiffany.

“Hubungan kita ada karena kebaikan hati jaemin… jika kebaikan hatinya sudah menghilang itu berarti aku tidak berhak lagi berada disisimu”, tiffany menyeka air matanya dan berusaha mendorong kopernya kembali sebelum yoon ho datang menghadang jalan tiffany.

“Aku tidak mengijinkanmu pergi nak”,

“Appa”, lirih tiffany memohon.

“Bawa jaehwan masuk kai”, kai buru-buru membawa jaehwan bersamanya kekamar utama.

“Appa aku mohon… aku harus pergi”, pinta tiffany.

“Tidak sayang… Jangan mengambil keputusan gegabah dan mengorbankan putramu… bahkan meski kalian sudah membicarakan ini sebelum jaemin tahu.. tapi tidak ada salahnya menunggu dan membiarkan jaemin memutuskan”,

“Kenapa kau berdiri disini??”, hina yang sedari tadi berdiri didekat pintu masuk terlonjak saat renjun menengurnya.

“Kau ingin menjemput onni??”, tebak hina.  Renjun mengangguk dengan berat hati, meskipun dia berharap tiffany akan mengubah keputusannya tapi dia juga tahu bahwa dirumah ini keputusan jaemin adalah yang paling utama.

“Tapi jaemin tidak pernah meminta mereka bercerai”,

“kau tahu jaehyun hyung punya depresi 10 tahun lalu??”, hina mengangguk pelan. “itu belum sembuh benar, kemarin jaehyun hyung menangis dan menghancurkan barang-berang diruang kerjanya… nuna bilang jaehyun hyung berkata bahwa semua orang melarangnya bertemu dengan jaemin, semua orang menjauhkan jaemin darinya… jaehyun hyung bilang dia ingin melihat adiknya, dia tidak mau kehilangan adiknya lagi.. dia ingin mengenggam adik kecilnya.. dia hanya ingin melihat adiknya.... dengan kemarahan jaemin yang tidak ingin bertemu dengan jaehyun hyung... hanya ini yang ada dipikiran kakakku untuk membuat jaemin memaafkan jaehyun hyung”, Hina terdiam sambil memperhatikan jaehyun yang kini memeluk tiffany begitu erat. Bahkan dari jauhpun hina bisa melihat luka di tangan jaehyun dan bagaimana wajah jaehyun juga pucat.

“Jaemin… ah… ottokhae”, hina tiba-tiba kembali teringat jika jaemin menghilang.

“Kau kenapa??”, tanya renjun ikut panik.

“Renjun antar aku… jaemin hilang… dia tidak ada saat aku terbangun”, panik hina.

“Kau yakin?.. sudah mencarinya dirumah??”,

“aku yakin… jaket, sepatu, masker… tidak ada… ponselnya juga… aku mohon antar aku”, renjun langsung mengangguk dan menarik hina pergi bersamanya.

***

Mark dan Ji sung melambaikan tangannya ketika waktu besuk mereka sudah habis. Meskipun hanya sebentar, setidaknya mereka bisa menghibur ibu mereka yang harus menjalani hukuman penjara.

“Paman dan jaehyun hyung tidak marah saat kau bilang tinggal denganku??”, tanya mark saat mereka keluar dari ruang besuk.

“Ayah bilang tidak apa-apa…Mungkin lebih baik untuk sementara waktu aku tinggal dengan hyung… tapi… aku berpikir untuk tidak kembali kesana”, ji sung menghela nafas pelan sebelum melanjutkan kalimatnya lagi. “Akhirnya aku mengerti kenapa hyung memilih tinggal sendiri, bahkan meskipun jaehyun hyun menyayangi kita, penderitaan yang dialami jaemin hyung akan selalu menghantui kita… aku menyesal pernah membenci jaemin hyung sementara ibuku sendiri yang menghancurkan kebahagiaan keluarganya”, mark menepuk pelan pundak ji sung. Mencoba menenangkan adiknya yang baru pertama kali menghadapi kemarahan jaemin.

“Ayo pulang”, Mark dan ji sung akhirnya pulang, sementara mereka berjalan keluar dari kantor polisi, jaemin keluar dari ruang tunggu bersama dengan doyoung. Jaemin akan bertemu dengan Jung Soo Yeon, ibu kandung mark dan ji sung.

-

“Jae…jaemin??”, Jung Soo yeon menutup mulutnya tak percaya. Soo Yeon benar-benar tidak tahu jika jaemin masih hidup. Kedua putranya tidak pernah mengatakan sesuatu tentang jaemin.

“Anda ibu kandung mark hyung dan ji sung??... maja??”, tanya jaemin dingin. Soo Yeon mengangguk ragu, tanpa sadar dia menangis karena setidaknya rasa bersalahnya pada keluarga jung sedikit berkurang. Betapa bersyukurnya dia karena jaemin masih hidup.

“Kau hilang ingatan??.. apa kau baik-baik saja??... kau hidup dengan baik??... tidak ada tang patahkan?-“

“Aku bukan na jaemin”, kata jaemin, dia mengerti kenapa soo yeon terlihat shock dan terus mmenatapnya dengan pandangan tidak percaya.

“Apa yang kau katakan??.. kau jelas-jelas jaemin… wajahmu, kedua mata itu, bibir itu dan kau hanya terlihat lebih tinggi dan dewasa…. Sudah 10 tahun… tentu saja-“,

“Apa ayahku dan jaehyun hyung juga tidak pernah memberi tahumu tentang diriku??... tentang Jung Jaemin kembaran na jaemin”,

“Apa??”, soo yeon menatap jaemin tak percaya. Apa yang sebenarnya baru saja jaemin katakan.

“Hah..ternyata memang mereka tidak pernah mengakui keberadaanku… aku tuli… mereka pasti malu mengakui aku sebagai keluarga”, jaemin tersenyum pahit. Faktanya memang hanya itu alasan logis yang selalu jaemin pertahankan untuk menyangkal pemikiran jika dia dan na jaemin sebenarnya orang yang sama.

“Kau tuli??”, tanya soo yeon hati-hati.

“Ya”, Jaemin melepaskan alat bantu dengarnya dan menunjukkannya pada soo yeon sebelum memakainya kembali. “aku tuli… ayah dan jaehyun hyung mengurungku di amerika dan tidak pernah membiarkan aku tahu dunia luar… bahkan aku tidak tahu tentang keluargaku sendiri… jadi sekarang aku mencari tahu semuanya selagi aku di korea”,

“kau tinggal di amerika??... sejak kapan??”, tanya soo yeon mencoba menebak apakah yang dikatakan jaemin benar atau hanya kebohongan.

“Sejak lahir… ayah bilang begitu-“,

“kau ingat masa kecilmu??”, jaemin menggeleng ragu.

“Jaehyun hyung bilang aku terjatuh saat kecil jadi aku tidak ingat masa kecilku”, Soo yeon sudah bisa menyimpulkan bahwa jaemin benar-benar hilang ingatan karena kecelakaan itu.

“Jika kau memang bukan na jaemin… apa tujuanmu datang menemuiku??.. kau sudah tahu semua yang terjadi 10 tahun yang lalu kan??”, jaemin mengangguk pelan.

“Hanya…. Aku merasa masih ada sesuatu yang tertinggal… keluargaku tidak akan memberi tahuku… jadi mungkin kau atau ayah mark hyung akan memberi tahuku”, kata jaemin berharap.

“Tentang apa??”, tanya soo yeon hati-hati.

“tentang…. Kenapa kelahiranku dan jaemin seperti ditutup-tutupi.. kenapa bukan hanya nama jaemin bahkan namaku juga tidak ada didalam keluarga jung-“,

“Apakah kau tahu kenapa mereka tidak memberi tahumu tentang keluargamu atau tentang na jaemin??”, jaemin mengangguk ragu.

“Aku menginap penyakit… dokter bilang aku tidak boleh berpikir terlalu keras kalau tidak mungkin akan terjadi pendarahan diotakku… tapi… bagiku… lebih baik aku mati dengan mengetahui semuanya dari pada aku hidup dalam kebohongan….aku tidak tahu kenapa aku memilih untuk bertanya padamu meskipun aku tahu kau adalah orang yang bertanggung jawab atas kehancuran keluargaku bahkan atas kematian na jaemin… tapi… aku seolah tidak punya pilihan lain… jika… jika saja kau memiliki sedikit saja penyesalan kepada keluargaku… bisakah kau memberi tahuku yang sejujurnya??... aku akan sangat menghargai itu”,

“jaehyun mungkin akan membunuhku jika aku memberi tahumu”,

“bukankah itu sudah seharusnya dilakukan oleh kakakku ketika tahu bahwa kau juga terlibat dalam pembunuhan ibuku??”, soo yeon menelan ludahnya dengan susah payah. Meskipun dulu dan sekarang jaemin yang dia kenal memang dingin tapi sepertinya jaemin yang sekarang lebih tidak punya perasaan.

“baiklah… aku akan mengatakan yang sejujurnya… tapi sebelum itu… aku sungguh meminta maaf padamu atas semua yang terjadi… kau menjadi korban dari semua keegoisan yang dimilik hwang yu moo dan diriku… kau tidak seharusnya hidup menderita seperti ini-“,

“katakan saja jangan berbelit-belit”, soo yeon mengenggam erat kedua tangannya, mengambil nafas sebelum mengatakan yang sebenarnya pada jaemin.

“Kau…”, soo yeon menatap jaemin ragu. Dia ragu untuk mengatakannya tapi jika tidak jaemin mungkin akan menderita lebih lama.

“Kau tidak pernah terlahir kembar… Kau adalah Na Jaemin”,

***

######

Kira-kira apa yang akan jaemin lakukan setelah ini ???

Your VoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang