My Sadness (2)

1.6K 155 29
                                    

"Sepertinya jaemin pergi ke daegu, aku sempat menempelkan alat pelacak di ponselnya”, jaehyun menghela nafas lega, setidaknya dia tahu kemana adiknya setelah dia tidak bisa menemukan adiknya dimanapun sejak kemarin. Jaehyun bahkan tidak tidur untuk mencari adiknya sementara jam sudah menunjukkan pukul 10 pagi. Entah dimana adiknya itu tidur dengan kondisi shock dan marah.

“Terima kasih… aku akan pergi kesana”, jaehyun buru-buru keluar dari ruang penitipan abu jaemin daan berniat pergi ke daegu. Tapi langkahnya terhenti ketika ada panggilan dari ayahnya.

“Ya ayah”,

“kau dimana??... jaemin??”,

“aku akan pergi daegu, jaemin sepertinya pergi ke daegu”,

“ania… jangan kesana, biarkan kwanghee kesana”,

“apa maksud ayah??.. sireo!... aku yang akan kesana!”, tolak jaehyun.

“Kau adalah CEO SM dan sekarang SH dan LS Entertaiment membuka semua kehidupan jaemin di media… jika kau pergi ke daegu, aku yakin kau sekarang sedang diikuti media… aku tidak ingin ada yang tahu wajah putraku”, jaehyun terdiam sebentar. Sebelum memutuskan panggilan dengan ayahnya dan melihat pemberitaan di media.

Korban penculikan 10 tahun yang lalu masih hidup, Dia adalah putra kedua Jung Yoon Ho”,

“Jung Yoon Ho Palsukan Kematian Putranya”,

“Jung Soo Yeon Bukanlah Ibu Kandung Jung Jaehyun”,

“Mark Jung Adalah Putra Seorang pemimpin organisasi pembela Jepang”,

Wajah putra kedua Jung Yoon Ho yang di sembunyikan”,

Jaehyun membanting ponselnya setelah melihat foto jaemin bertebaran di internet, meskipun masih tertutup masker dan topi tapi tetap saja masih terlihat jelas.

“Pergilah ke daegu, ajak hina bersammu dan lindungi jaemin… aku akan pergi ke kantor!”, Kai mengangguk hormat lalu turun dari mobil dan membiarkan jaehyun mengambil alih kemudi untuk pergi ke Kantor Pusat SM.

***

"Jaemin ada didaegu… tuan jung meminta anda menemui jaemin”, Hina memutus panggilan telfonnya dan menatap renjun yang sedang fokus menyetir.

“Kita kembali kerumah jaemin”, kata hina tenang. Renjun menatap hina penuh pertanyaan. Jaemin belum ditemukan kenapa mereka kembali ke rumah jaemin.

“Wae??.... apa jaemin pulang?”, tebak renjun dan dia sungguh berharap iti benar.

“Aku harus mengambil peralatan dokterku… aku akan ke daegu”,

“Jaemin di daegu??”, hina mengangguk pelan.

“Dia pasti menemui ibunya, aku tidak bisa membayangkan betapa terkejutnya jaemin dengan kenyataan ini”, hina menghela nafasnya pelan, kedua tangannya saling berkait dan tatapannya mulai menerawang jauh. Entahlah, hina seperti ingin merasakan rasa sakit yang jaemin rasakan.

“Aku akan mengantarmu ke daegu-“,

“tidak…”, tolak hina tegas. “jaehyun oppa hanya menyuruh paman kai untuk mengantarku… jaemin pasti butuh waktu lebih… aku juga tidak yakin dia mau bicara denganku”, renjun ingin sekali membujuk hina agar membiarkan dia ikut tapi sebuah panggilan dari jeno muncul dilayar ponsel hina.

“Iya jen”,

“Jika kau sudah bertemu dengan jaemin..jauhkan dia dari keramaian… jaemin dalam bahaya”,

“apa maksudmu??”, hina mendadak panik. Jika pun dia bisa bersikap tenang rasanya tak akan mungkin karena jeno sendiri terdengar panik.

“Lee Haechan dan Seo Herin… mereka membocorkan kepada media tentang jaemin… mereka juga membocorkan indentitas ayah kandung mark hyung… rumah mark hyung sedang dikepung media… aku takut mereka berhasil menemukan jaemin… paman Jung tidak ingin ada yang tahu wajah jaemin”, hina menutup mulutnya tak percaya. Haechan benar-benar berniat mengusik kehidupan jaemin lagi, dia tidak punya perasaan sedikit pun.

“Kau tenang saja…. Aku akan melindungi jaemin.. kau sekarang dimana??”,

“aku dalam perjalanan ke kantor SM, Kami mengadakan rapat mendadak karena harga saham SM Langsung anjlok karena pemberitaan ini”,

“Aku berharap semuanya baik-baik saja…. Kau tidak perlu khawatir tentang jaemin… aku akan bersamanya”,

“Apa yang terjadi??”, hina menggeleng pelan.

“Sebaiknya kita lebih cepat renjun.. akan aku jelaskan nanti”, renjun akhirnya memilih untuk menekan rasa penasarannya, karena dia yakin ada masalah besar yang terjadi.

***

Ketika jaemin sampai di daegu, hal pertama yang dilakukan jaemin hanyalah berjalan entah kemana kakinya akan membawanya pergi. Pikiran jaemin kosong dan tatapannya menerawang entah kemana. Sesekali jaemin berhenti hanya untuk menghela nafas sebelum kembali berjalan. Jaemin hanya membawa sedikit uang, hanya memakai jaket dan membawa tanda pengenal untuk berjaga-jaga.

“Jang Mi ri”, nama yang dengan senantiasa tertulis di satu bagian lemari penitipan abu. Entah butuh berapa jam bagi jaemin untuk sampai di rumah penitipan abu. Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam ketika jaemin sampai di hadapan ibunya.

“OMMA”, bahkan setelah menangis di dalam bus selama perjalanan ke daegu, jaemin masih memiliki air mata untuk menangis dihadapan ibunya. Wajahnya yang begitu pucat dan sembab semakin memperlihatkan betapa kacaunya jaemin.

“Omma…. Aku hidup bersamamu dan bahkan aku melihat bagaimana omma dibunuh… tapi kenapa aku tidak bisa mengingat itu??.... apa omma membuatku hilang ingatan agar aku melupakan kenangan itu???... tapi kenapa aku juga melupakan ayah dan jaehyun hyung??.... omma mengajarkanku untuk tidak membenci ayah dan jaehyun hyung tapi aku selalu mengatakan itu pada mereka… omma…. Aku menyakiti mereka…hiks…hiks.. aku jahat…aku anak yang jahat….”, jaemin menangis lagi, terlalu sakit baginya untuk menerima semua kenyataan yang harus dia hadapi.

-

Jaemin membuka matanya dan dia sadar bahwa dia tertidur di ruang penitipan abu ibunya. Tubuhnya bersandar pada lemari kaja dengan kedua lutut yang ditekuk. Kedua mata jaemin terasa sangat berat setelah kemarin menangis seharian. Jaemin belum makan, dia hanya makan dimalam haechan menyerangnya dan kini dia tidak punya nafsu makan sedikit pun. Meskipun rasanya jaemin telah kehilangan banyak tenaga, dan bahkan kepalanya mulai sakit, mungkin karena jaemin terlalu memaksakan dirinya untuk mengingat masa lalunya.

“Omma…. Apakah jaehyun hyung baik-baik saja??”, jaemin yakin semua orang di seoul sedang panik karena jaemin menghilang begitu saja. Tapi jaemin tidak yakin dia bisa menghadapi keluarganya dan hina setelah semua kemarahan yang dia tunjukkan.

Kami akan bercerai”,

Jaemin memukul kepalanya sedikit keras, dia tiba-tiba ingat tiffany mengatakan jika dia dan jaehyun akan bercerai untuk jaemin. Betapa bodohnya jaemin, dia sendiri yang meminta jaehyun memaafkan tiffany dan menerimanya tapi sekarang dia yang menghancurkan kebahagiaan kakaknya.

“Omma… kenapa aku begitu bodoh??”, jaemin memeriksa ponselnya dan sialnya dayanya sudah habis. Jaemin memutuskan untuk pergi dari rumah abu ibunya. Dia harus meminjam carger untuk mengisi daya ponselnya. Setidaknya dia harus meminta tiffany untuk mengurungkan niatnya bercerai dari kakaknya.

“Permisi… bolehkah aku meminjam carger??”, jaemin beruntung karena penjaga minimarket disana sangat baik. Jaemin hanya membeli air dan menunggu ponselnya terisi daya di sebuah minimarket tak jauh dari rumah abu.

Benar bahwa Saya Memalsukan Kematian Putra Kedua Saya”,

Your VoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang