Closer

1.3K 148 8
                                    

***
Jaehyun tidak berkomentar ketika jeno memberi tahunya jika lami bersedia membantu mereka melawan herin.

“Aku tahu hyung tidak percaya padanya... aku pun begitu tapi aku yakin dia akan melakukannya”, jaehyun mengetuk meja pelan dengan telunjuknya, memikirkan apakah dia harus setuju dengan rencana itu.

“Ini demi jaemin”, jaehyun menautkan alisnya tak mengerti. “aku akan menjelaskannya nanti hyung”,

“Sebentar lagi jaemin akan tahu jika mark melakukan pembullyan pada adiknya”, gumam jaehyun. Hal yang menyita pikirannya sejak jaemin terbangun dari pingsannya adalah reaksi seeperti apa yang akan jaemin berikan, akankah dia memaafkan mark seperti dirinya dimasa lalu atau marah, karena jaemin yang sekarang masih kekanakan dan lebih emosional.

“Kita bisa mencengahnya hyung... jangan biarkan jaemin melihat berita-“,

“tidak bisa.... jaemin seorang hacker... jika dia berniat mencari tahu sesuatu dia bisa mencarinya sendiri... apalagi di amerika semua perlengkapan mesinnya ada... dia pasti akan mencari tahu...”, jeno terpaku. Dia pikir jaemin hanya pintar memainkan mesin dan memperbaiki mesin tapi ternyata jaemin juga seorang hacker.

“Lalu apa yang akan hyung lakukan??”, jaehyun menggeleng pelan. Mengacak rambutnya frustasi dan berpikir. Dia sendiri baru ingat jika jaemin bisa saja melakukan hacking ataupun mencari tahu sendiri tentang semua hal yang ingin dia tahu tanpa harus bertanya. Jaehyun harus siap dengan reaksi jaemin akan masa lalu yang dia pikir adalah kehidupan adiknya.

“aku sudah memberi tahu hina agar hina melarang jaemin mengerjakan mesin2nya yang terbengkalai, tapi aku tak yakin jaemin akan menurut... aku hanya berharap bisa menyelesaikan beberapa masalah diperusahaan sebelum jaemin kembali”,

“anggota girl grup FRZN sudah diperkenalkan hyung... mereka mendapat respon positif”, lapor jeno mengalihkan pembicaraan.

“Itu bagus... mereka tidak akan menyangka dengan lagu debut girl groupmu... aku pastikan LS Entertaiment akan gigit jari”, jeno mengangguk setuju. Debut girl groupnya kali ini sudah direncanakan dengan matang dan akan mengejutkan banyak pihak entertaiment.

“lalu bagaimana dengan penurunan penjualan hyung??”, jaehyun menghembuskan nafas pelan lalu tersenyum.

“sudah berjalan sesuai keputusanmu dan paman... kami memberikan diskon bagi mereka yang pernah merasa kami rugikan... asalkan ada bukti.... dan kau tahu sendiri mereka yang datang untuk mengeluh tak sebanyak yang muncul di media sosial... Do young juga masih melacak penyebar rumor... memang lebih bagus bermain dalam diam... mereka bermain terlalu terang-terangan.... akan aku pastikan mereka mendapatkan kejutan sebentar lagi”, jeno tidak perlu meragukan kemampuan jaehyun. Jaehyun sudah sangat dikenal dengan gaya kepemimpinan yang tak banyak bicara tapi memberikan terobosan yang bisa membuat pesaingnya terkejut.

“Untuk masalah mark, aku percayakan padamu jeno... aku tidak mau berurusan dengan lami... dan... jika perkiraanku benar, dengan sangat terpaksa aku harus menemui sepupu tiriku itu.... sepertinya sudah waktunya aku memberi salam”, lanjut jaehyun dengan wajah yang menurut jeno penuh dengan dendam. Dia tidak yakin haechan akan baik-baik saja, setelah dia mencoba mencari tahu tentang keluarga Jung.

“Hyung tenang saja.. serahkan padaku”, jaehyun percaya pada jeno. Dia tahu bahwa jeno sangat menyayangi jaemin, dia akan melakukan apapun untuk melindungi jaemin.

***

Hina terpana ketika mobil keluarga jung yang membawanya bersama dengan jaemin memasuki halaman rumah keluarga jung di Amerika. Dia tak pernah menyangka bahwa mereka memiliki rumah sebesar ini dan jaemin harus tinggal disini selama 10 tahun lamanya, bersembunyi dari masa lalunya yang menyakitkan.

“Selamat datang dirumah kami... ini adalah penjara termewah didunia”, canda jaemin. “Jaehyun hyung dan ayah tidak pernah membiarkanku pergi dari rumah... mereka membuatkan semua hal yang ingin aku lihat  disini.... tapi semuanya percuma... aku tidak bahagia”, jelas jaemin lagi, merebahkan dirinya di atas sofa sementara hina masih meneliti setiap detail isi rumah keluarga jung.

“Kau sudah mendapatkan kebebasanmu sekarang”, kata hina pelan. Kedua tangannya sibuk mencari sesuatu didalam tasnya.

“Kau mencari apa??”, tanya jaemin sambil mendudukan dirinya.

“Mencari obatmu... sudah waktunya kau makan dan minum obat”, jaemin berdecak kesal. Dia sudah bosan dengan kegiatan minum obat, sementara dia sendiri tidak tahu pasti dengan penyakitnya.

“Hina-ya”,

“hmm”, hina akhirnya menemukan obat jaemin lalu meletakkannya diatas meja.

“Jujur padaku... sebenarnya aku sakit apa??.... keluargaku menyembunyikannya dariku.. bukankah aku hanya tuli??.... tapi kenapa aku bahkan tidak punya ingatan tentang masa kecilku??”, hina menelan ludahnya dengan susah payah. Jaehyun tidaak pernah membicarakan hal itu pada hina, tapi hina yakin jaehyun tidak akan membiarkan jaemin tahu apa yang terjadi padanya.

“Kau pernah mengalami benturan dikepalamu... jika aku lihat dari riwayat pemeriksaanmu, untuk lebih jelasnya mungkin jaehyun oppa yang lebih tahu”, jawab hina akhirnya.

“Apakah itu sangat parah??”,

“tidak... hasil ST Scanmu menunjukkan hanya ada sedikit pergerakan... kau hanya tidak boleh berpikir terlalu keras... itulah kenapa kau sakit kepala... kau terlalu banyak pikiran”, jaemin terdiam sebentar. Dia ingin bertanya lebih lanjut tapi hina justru berjalan menjauhi ruang tamu dan terlihat berbicara dengan salah satu pelayannya.

“Apa yang kau lakukan??”, hina hanya tersenyum lalu mengikuti pelayan ke arah dapur. Jaemin hanya bisa ikut mengekor dari belakang sambil memperhatikan hina bicara dengan pelayannya.

“Jaehyun hyung pasti memintamu mengatur makananku”, tebak jaemin saat melihat hina memilih bahan makanan.

“Bahkan jika jaehyun oppa tidak meminta, aku akan melakukannya sebagai doktermu”, jaemin mempoutkan bibirnya lalu bersidekap. Memperhatikan hina dengan seksama.

“Hina-ya”,

“hmm”,

“kenapa kau masih marah padaku??”, tanya jaemin sekali lagi.

“Tidak... aku sudah bilang kalau aku tidak marah”, sahut hina tanpa melihat jaemin. Dia masih sibuk membantu pelayan keluarga jung menyiapkan makanan untuk jaemin.

“Kenapa kau begitu dingin?”, sontak hina terdiam. Dia ingat betul bahwa dia pernah menanyakan hal yang sama kepada jaemin dulu. Hina menoleh dan mendapati jaemin sedang menatapnya dengan penasaran, seolah menunggu jawaban hina.

“Maafkan aku jika kau merasa seperti itu... aku hanya terlalu banyak pikiran”, hina sendiri ragu dengan jawabannya, apakah jaemin akan percaya atau tidak.

“Sepertinya tidak.. kau sengaja menghindariku...sejak lami datang kau menghindariku dan sedikit bicara”, ternyata jaemin menyadari hal itu, hina pikir jaemin tidak akan pernah peduli padanya lagi apalagi sampai tahu perubahan sikapnya.

“Hanya perasaanmu saja”,

“Jeno menyukaimu??”,

DEGG...

Kedua mata hina membulat tak percaya, bagaimana mungkin jaemin mengetahui hal itu??

“Jeno menyukaimu tapi kau dan adikku saling menyukai... karena itu sebelum adikku meninggal dia meminta jeno menjagamu... iyakan??... aku menyimpulkannya setelah aku melihat jeno memelukmu dan selalu bersamamu”, hina tak bisa menjawab, entah kenapa melihat ekspresi wajah jaemin sekarang, adaa perasaan tidak suka yang terpancar.

“apakah dia masih menyukaimu sampai saat ini??”, tanya jaemin dengan raut wajah penuh harap.

“Tidak... jeno mencintai se ron.... dia sudah merelakanku”, jawab hina dengan tegas.

“Kuharap iya... karena aku tidak suka saat dia memelukmu”, kata jaemin sedikit lega.

“Apa maksudmu???... kenapa kau tidak suka??.. jeno sudah seperti saudaraku, dia yang bersamaku saat aku sangat terpuruk karena kehilangan jaemin”, hina sedikit meninggikan suaranya. Hina merasa perasaannya campur aduk, antara dia bahagia karena kemungkinan jaemin cemburu atau dia kesal karena jaemin mulai mengatur hidupnya padahal dia tidak punya hak, dia bahkan tidak ingat tentang hina.

“Aku tahu... tapi dia sudah punya pacar dan seharusnya dia tidak bersikap berlebihan padamu-“,

“lalu bagaimana denganmu??”, jaemin spontan terdiam dengan pertanyaan hina. Dia sendiri tidak tahu kenapa dia ingin mengatur hina sementara dia sendiri juga memiliki pacar.

“Aku hanya doktermu disini... jadi tolong jangan mengomentari hidupku... aku memang mencintai adikmu tapi bukan berarti kau bisa mengaturku... dan aku sudah pernah bilang bahwa jeno lebih berhak menjagaku karena jaemin sendiri yang meminta... kau tidak perlu memikirkan perasaanku... karena kau sudah memiliki lami dihatimu dan disisimu... jangan libatkan aku dalam hubungan kalian”, hina menaruh pisau dan juga wortel yang ada ditangannya. Diaa tidak tahan jika harus berdebat dengan jaemin tentang hal ini.

“Apakah...”, sebelum hina pergi dari dapur langkahnya terhenti karena pertanyaan jaemin. “apakah dulu kau dan jaemin juga sering berdebat seperti ini??”, jaemin ingat dengan suara suara hina dan jaemin yang muncul diingatannya, seolah mereka sedang beradu argumen dan mereka tidak cocok satu sama lain.

“iya... Karena jaeminku tidak pernah mau menunjukkan padaku jika dia peduli sementara aku selalu memaksanya untuk terbuka padaku... dia yang dingin dan aku yang selalu berusaha mencairkan hatinya.... dia yang keras kepala dan dingin ... tapi aku menyukainya.... menyukai caranya berpikir, caranya tersenyum dan caranya mengaanggam tanganku”, hina meninggalkan jaemin dalam keheningan dan rasa sakit. Jaemin tidak tahu kenapa dia selalu merasa sakit dan terluka setiap kali hina marah ataupun bicara mengenai adiknya.

***

Teman lama Seo Herin beberkan sifat asli Seo Herin, Bully gadis-gadis yang dekati Mantan kekasihnya Mark Jung”,

“Siapa yang menyebarkan ini!!.... sialan kau jung!!!”, herin mengeram kesal membaca hot news terbaru. Dia yakin  pihak SM mencari salah satu temannya dulu untuk menyerangnya.

“Kang In Ho!!”, teriak herin, munculah seorang laki-laki dan memberi hormat pada herin.

“Selidiki semua teman-teman SMAku... siapa yang berani-beraninya menusukku dari belakang!... Mina, Soo Hyun, atau Lami!... ah... Lucas dan Jungwoo juga!!”,

“Ne!, dengan tegas In ho menjawab lalu buru-buru meninggalkan herin.

-

“Aku sudah melakukan apa yang kau minta... apa kau sekarang percaya padaku??”, lami menunggu dengan cemas jawaban jeno. Mereka sedang bertemu di sebuah kafe didekat SM.

“Setidaknya meningkat 10% dari sebelumnya”, jawab jeno tenang.

“Memangnya berapa persen kepercayaanmu dulu padaku??”,

“50%”, lami mendesah pelan. Jadi sekarang jeno hanya percaya sebesar 60% padanya.

“Setidaknya ada peningkatan... itu melegakan... dari pada aku selalu dicurigai... rasanya sangat menyiksa”, lami menyesap coffe lattenya dan tersenyum.

“Jaemin sudah menelfonmu??”,

“hmm??... belum... dia pasti kelelahan setelah perjalanan panjang”, jeno mengangguk pelan.

“Kau tidak khawatir karena hina ikut?”,

“aku khawatir tapi aku bisa apa??... jaehyun oppa sudah merencanakannya jadi aku hanya bisa percaya pada jaemin”, jeno menyesap americanonya. “Apa justru kau yang khawatir??... kau mengkhawatirkan hina??”, tebak lami.

“Hmm.. aku khawatir dia akan tetap menganggap jaemin sebagai na jaemin”,

“kau terlihat masih sangat peduli dengan hina... semua orang akan berpikir jika kau masih menyukai hina”, jeno tersenyum kecil.

“Kau ingin mengatakan padaku jika kau cemburu??”, goda jeno tapi dengan wajah datarnya.

“Ani... ah... kenapa kau bertanya seperti itu??”, meskipun berkata tidak wajah lami menunjukkan semuanya, dia tersipu malu karena pertanyaan jeno.

“aku hanya berpikir kau masih menyukaiku... tenang saja, aku tahu aku salah.. kau sudah mencintai jaemin... aku hanya menyimpulkan karena kau sangat peduli dengan pendapatku tentangmu”, lami menggigit bibir bawahnya, hanya ada senyuman kaku yang muncul.

“Kau masih mengingat masa lalu”,

“kenapa tidak??... kau bisa ada disini karena masa lalu”, jeno benar dan lami hanya mengangguk mengiyakan.

“Pacarmu tahu jika kau menemuiku??”, jeno mengangguk mengiyakan. “dia tidak marah kau bertemu dengan seorang gadis??”,

“tidak... karena aku selalu jujur padanya... meskipun ada saatnya dia marah tapi aku selalu membuatnya mengerti”, lami terdiam. Sepertinya jeno benar-benar menyukai pacarnya.

“Kau tidak pernah berubah... terlihat dingin diluar tapi sebenarnya kau hangat dan manis kepada setiap gadis yang membutuhkan bantuan”,

“jaemin juga begitu”, timpal jeno.

“Na jaemin bukan jung jaemin... jung jaemin adalah seseorang yang kekanakan, dia sangat cepat emosi dan mudah dipengaruhi... dia tidak bisa mengambil keputusan yang tepat karena dia tidak paham dengan kehidupan luar-“,

“kau sangat memahaminya”,

“aku mengenalnya selama 3 tahun lebih tapi kami baru berkencan selama 3 bulan... waktu yang cukup singkat”,

“aku lupa mengiucapkan terima kasih-“,

“tidak masalah.. ini demi jaemin dan juga mark oppa... oppa sangat baik padaku”,

“kau mau bertemu mark hyung??.. kurasa ini waktu yang tepat bagimu untuk mekinta maaf pada ko eun nuna”, saran jeno sukses membuat lamj hampir tersedak. Dia bahkan tidak punya pikiran untuk bertemh ko eun, apalagi minta maaf.

“Kau keberatan??... jika belum siap, tidak apa-apa... aku hanya berpikir kau harus berteman dengan ko eun karena kau akan menjadi satu keluarga dengannya jika kau dan jaemin sampai di jenjang pernikahan”,

“aku...”, lami bergerak gelisah “aku akan melakukannya”, kata lami akhirnya.

“Kau punya waktu hari ini??”,

“hmm??”, lami terkejut mendengar pertanyaan jeno. Apakah jeno akan mengajaknya keluar??

“Aku ingin membelikan se ron hadiah tapi aku belum tahu apa... kau seorang gadis pasti lebih tahu.. biasanya hina yang bersamaku tapi karena dia di amerika-“,

“aku bisa... aku akan menemanimu”, jawab lami tegas.

“Terima kasih... kau sangat baik”, lami tersipu malu. Ini kesempatan bagus untuknya bisa dekat dengan jeno.

***

Jaemin menatap hina yang tengah sibuk membantu pelayan membersihkan peralatan makan. Mereka berdua masih saling diam setelah adu argumen mereka di dapur. Jaemin ingin bicara tapi dia bingung bagaimana harus memulainya.

“Hina-ya”, hina menoleh pelan. Dia tidak tersenyum tapi mmeberikan jaemin obat dan juga air.

“Aku minta maaf”, lirih jaemin.

“Aku tidak marah”, jawab hina masih tanpa ekspresi.

“Kau bahkan tidak tersenyum saat bicara... kau marah padaku”, rengek jaemin kali ini. Hina mendesah pelan, lalu memaksakan sebuah senyuman kecil di wajahnya.

“Aku tidak marah, jadi sekarang minum obatmu”, pinta hina dengan lembut.

“Tidur denganku... ya??”, hina terdiam. Dia mungkin tidak seharusnya berpikir yang bukan-bukan tapi jantungnya berdebar terlau kencang akibat permintaan jaemin.  “aku takut mimpi buruk lagi... aku tidak bisa tidur sendirian”, jaemin menyerjapkan matanya beberapa kali, seperti anak anjing yang polos.

“ iya... aku akan menemanimu, jadi sekarang minum obatmu lalu masuk ke kamar... aku akan mengganti bajuku sebentar”, jaemin tersenyum sumbringah, setidaknya dia tidak akan ketakutan lagi.

-

“matamu memiliki lingkaran hitam... kau pasti sangat lelah”, hina hanya menyerjapkan matanya sekali tanpa membalas ucapan jaemin. Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam waktu amerika, tapj hina merasa sangat lelah karena perjalanan panjang mereka dan dia belum sempat istirahat setelah sampai.

“Apa jaemin dulu sedingin dirimu??... jujur saja kau sekarang sangat dingin padaku”, hina membenahi posisi tidurnya dan menggeleng. Sejujurnya dia tidak mau membicarakan hal ini lagi tapi jaemin sepertinya sangat penasaran.

“Aku tidak bermaksud...itu hanya perasaanmu saja... kau sudah 2 kali bertanya hal ini”, jaemin ikut membenahi posisi tidurnya agar bisa menatap wajah hina lebih jelas. Lampu utama sudah mati, mereka sedang berbaring hanya dengan ditemani lampu hias yang ada diatas meja.

“Tidak... aku benar... kau berubah dingin sejak aku meninggalkan rumahmu... aku tahu kau masih berusaha meyakinkan dirimu jika aku adalah orang yang berbeda dengan jaemin tapi aku merasa sedikit disisihkan”, jaemin menunduk, wajahnya tampak sedih. Hina mendesah pelan, dia tahu jaemin ingin mengatakan bahwa dia merasa diabaikan olehnya.

“Aku minta maaf jika kau merasa seperti itu... ini sulit bagiku... ku harap kau mengerti”, pinta hina. Jaemin mengangguk mengiyakan. Dia juga merasa bersalah karena menekan hina.

“Aku juga minta maaf... aku selalu menekanmu... bahkan hanya dengan kehadiranku kau sangat tertekan”,

“tidak apa-apa... sebaiknya kau tidur”, pinta hina.

“Hina-ya”,

“hmmm”,

“Apakah kau, jeno dan renjun tidak menyukai lami??”, hina yang sebenarnya ingin memejamkan matanya seketika membuka matanya lagi.

“Kenapa kau bicara begitu??”,

“kalian sangat kaku dan dingin pada lami”,

“itu hanya karena kami belum saling mengenal... kau salah paham...”,

“jinja??... kuharap kalian berteman baik”, hina hanya mengangguk. Sebenarnya dia sangat lelah dan tak ingin membahas tentang lami lagi. Dia memejamkan matanya dan berharap jaemin tidak melanjutkan pembicaraan ini. Tapi hina kembali membuka matanya,  bukan karena jaemin melanjutkan pembicaraannya tapi karena jaemin membelai wajah hina dengan lembut.

“Tidurlah... kau terlihat sangat lelah”, untuk beberapa saat hina hanya menatap jaemin penuh tanya. Kenapa jaemin bisa berpikir untuk melakukan hal semanis itu untuknya. Tidakkah dia tahu bahwa sentuhan itu membuat jantungnya berdegub karena gugup.

“Kau juga..  selamat malam”, hina tidak menolak, dia memilih membiarkan jaemin membelai wajahnya bahkan juga rambutnya hingga dia terlelap.

“Selamat malam hina”, jaemin tersenyum kecil setelah yakin hina tertidur. Entah kenapa menatap wajah hina saat sedang tertidur membuat hatinya tenang dan bahagia.
***

#####



Your VoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang