Consideration

1.8K 158 15
                                    

Jang Hae Won membenahi posisi kaca mata dan juga topinya ketika menginjakkan kakinya di rumah sakit. Dia sudah mendengar jika jaemin berniat untuk bunuh diri dan dia datang untuk membujuk keponakannya itu.

“Paman”, jaehyun bangkit dari duduknya setelah melihat pamannya datang. Yoon ho yang juga duduk di kursi tunggu ikut berdiri dan menyambut kakak iparnya.

“Jaemin sudah sadar??”, yoon ho dan jaehyun mengangguk pelan.

“Dia tidak mau bertemu kami....jaemin... dia pasti shock dengan keadaannya yang sekarang”, yoon ho tertunduk lemah. Seluruh air matanya rasanya sudah habis, dia tidak bisa memikirkan cara untuk membujuk jaemin.

“Dia akan baik-baik saja”, hae won menepuk pelan pundak yoon ho sebelum masuk kedalam ruangan jaemin.

-

Jaemin mungkin sudah bisa bicara tapi itu perlu usaha yang begitu besar darinya, dia juga baru bisa menggerakan tangan dan kepalanya belum semua tubuhnya.

“Semua orang pasti berpikir aku ingin mati karena keadaanku”, batin jaemin. Kedua matanya hanya menatap lurus langit-langit rumah sakit. Jaemin tidak mau bertemu dengan ayah, kakaknya dan hina. Jaemin masih belum siap untuk bicara dengan mereka dan mengutarakan apa alasannya ingin mati.

Namun dalam keheningan hidupnya, tiba-tiba ada sebuah sentuhan lembut di tangannya.

Apa yang kau pikirkan??”, tanya sang paman dengan bahasa isyarat.

“Paman?”, jang hae won tersenyum kecil. Dia melangkah lebih dekat untuk mengecup pelan kening jaemin dan memasangkan alat bantu dengar Jaemin kembali.

“Aku sedang kesepian dirumah... mark dan ko eun sedang pergi.... mau menjadi teman bicaraku??”, jaemin masih terdiam, membiarkan pamannya mengambil tempat duduk dan duduk disamping ranjang jaemin.

“Kau pasti juga kesepian sepertiku”, kata hae won. Dia mengeluarkan sebuah foto dari dalam sakunya lalu menunjukkannya pada jaemin.

“Omma”, meskipun ibunya terlihat lebih muda dan masih sangat cantik, jaemin tahu jika itu adalah foto ibunya, tapi entah sedang memeluk bayi jaehyun atau dirinya.

“Jang Hye Soo... kau tahu nama asli ibumu kan??”, jaemin mengangguk pelan.

“Dia adikku yang paling cantik dan baik hati... meskipun dia tahu aku melakukan kesalahan dan masuk penjara, dia tidak pernah membenciku... dia selalu mengirimkan foto-foto keluarganya padaku... itu adalah kau... dia mengatakan padaku ‘Oppa aku melahirkan seorang putra lagi.. lihat dia sangat tampan dan juga manis... dia tidak mirip  ayahnya tapi mirip aku...namanya Jung Jaehwan... aku berharap oppa bisa bertemu dan bermain dengan jaehyun dan jaehwan’",

Tanpa sadar air mata jaemin kembali terjatuh, betapa dia sangat mencintai ibunya dan berharap bisa mengingat sedikit saja kenangan dengan ibunya.

“ibumu sangat mencintaimu... dia menangis sepanjang malam setelah tahu ayahmu menceraikan dirinya dan mengatakan bahwa kau bukanlah putranya.. dia ingin membela diri tapi tidak bisa... semua karena kesalahanku... dia selalu menyalahkan dirinya sendiri setiap kali menceritakan bagaimana kau harus tumbuh tanpa kasih sayang seorang ayah dan itu karena kesalahannya... kau tahu penyesalan terbesarku pada adikku??... aku tidak bisa menepati janjiku bahwa aku akan menjaga jaehyun dan kau... aku membuat janji itu saat aku tahu ibumu telah meninggal.. tapi 10 tahun lalu aku tidak bisa menepati janjiku..... aku hampir kehilangan dirimu”,  hae won mengambil ponselnya lalu menunjukkan beberapa foto kepada jaemin.

“Itu adalah foto yang diambil polisi sesaat setelah kau terjatuh”, jaemin menatap tak percaya. Dia melihat foto yang memperlihatkan tubuhnya terbaring di tanah dengan darah yang mengalir dari belakang kepalanya. Jaehyun yang sedang menangis dengan tangan yang berusaha menyentuh wajahnya sementara ayahnya sedang menangis memeluk kakinya.

“Sepatu itu”, jaemin menangis semakin keras. Jadi sepatu yang disimpan oleh ayahnya adalah sepatu yang jaemin pakai ketika kejadian itu. Ayahnya bilang itu adalah sepatu keberuntungan.

“Ayahmu memeluk sepatumu selama kau ditangani, ketika kau dinyatakan meninggal jaehyun pingsan sedangkan ayahmu memberikan shock jantung padamu... dia berusaha keras agar kau tetap hidup... dia tidak ingin kehilangan putranya setelah semua dosa yang diperbuat dulu... satu hal yang harus kau tahu, aku adalah orang yang meminta ayahmu menyembunyikan dirimu... karena hanya itu satu-satunya cara untuk menjauhkanmu dari banyak orang dan juga dari bahaya”, jaemin menatap kembali foto lain yang kini memperlihatkan jenazah ayah tiffany dan renjun.

“Sekarang... kau mau bercerita kepadaku kenapa kau berpikir untuk mati??... kau masih marah??... atau kau merasa menyesal pada keluargamu??... atau.. kau tidak bisa menerima keadaanmu??”, dengan perlahan hae won mengambil kembali ponselnya dan menatap jaemin lebih intens. Dia ingin jaemin bercerita padanya.

“Kau bisa bicara pelan-pelan... aku akan mendengarkanmu”, bujuk hae won lagi.

“Aku...”, jaemin menatap pamannya ragu sebelum memalingkan tatapannya.

“Jangan takut... kau bisa percaya padaku... aku pamanmu”, pinta hae won lagi.

“Aku.... hanya..... ingin .... mati”, jawab jaemin dengan susah payah. Tatapan matanya jauh menerawang ke arah jendela rumah sakit.

“Wae??”, tanya hae won lagi.

“Omma.... aku... ingin... bersama omma”, lirih jaemin.

“Kau tidak memikirkan bagaimana usaha ayah dan kakakmu agar kau tetap hidup sampai detik ini??”, tanya hae won pelan-pelan. Dia hanya ingin keponakannya berkata jujur.

“Aku..”, air mata jaemin kembali terjatuh semakin deras, dia tidak ingin mengatakan yang sejujur nya tapi rasanya sangat menyakitkan untuk memendamnya sendirian.

“Apa kau tahu apa yang terjadi 10 tahun yang lalu setelah ayahmu membawamu ke amerika tanpa sepengetahuan jaehyun??, bahkan jaehyun berpikir kau benar-benar sudah mati”, jaemin memejamkan matanya pelan sebagai jawaban bahwa dia tahu.

Hae won mengambil ponselnya kembali dan menunjukkan sebuah foto yang menunjukkan jaehyun dengan tubuh kurus keringnya sedang duduk disudut ruangan dengan tatapan kosong.

“Jika kau ingin mati maka sama saja kau ingin menyiksa ayah dan kakakmu hingga mereka mati secara perlahan”,

“Ania...” elak jaemin sambil menangis tersedu-sedu. “aku.. tidak mau... aku”, jaemin berusaha mengambil nafas sebanyak-banyaknya karena jaemin perlu pasokan oksigen untuk bernafas lebih baik.

Your VoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang