California

5.5K 303 18
                                    

JAEMIN POV

Hari ini aku memiliki jadwal pemeriksaan di rumah sakit, sesuatu yang sudah menjadi rutinitasku selama 6 tahun terakhir. Jika dulu kakakku yang selalu mengantarku, sekarang aku selalu pergi ke rumah sakit bersama dengan dia. Gadis manisku, Kim Lami.

"Bagaimana jika kita berjalan-jalan sebentar di kampus?... rasanya pasti menyenangkan melihat orang belajar", kataku antusias. Setiap kali aku memiliki kesempatan pergi ke luar rumah, aku akan memanfaatkannya sepuasnya.

"Aku ingin... tapi aku harus bergegas kembali ke kantor karena sebentar lagi akan diadakan fashion show", Lami mengenggam tanganku dan tersenyum. Dia memang bekerja sebagai salah satu desainer brand ternama, apalagi dia sudah beberapa bulan terhakhir dia mendapatkan promosi yang bagus dari atasannya.

"Kalau begitu kita pergi minggu depan ya?", Semoga saja bisa, karena aku sangat ingin keluar dari rumah. Kakakku sudah pulang Ke Korea seminggu lalu, Sementara Adikku ada diasrama. Dia hanya bisa pulang di hari minggu dan tadi pagi dia memberi tahuku jika dia tidak bisa pulang karena penelitiannya baru dimulai. Dia sudah memasuki semester akhir jadi dia harus fokus pada penelitiannya agar dapat lulus tepat waktu. Dia Mengambil Jurusan Kedokteran di Universitas California.

"Akan aku usahakan ya... sekarang ayo kita pergi", Lami menggandeng tanganku, berjalan bersamaku melewati ruang tamu rumah keluargaku hingga sampai di halaman utama dimana supir keluargaku sudah menunggu kami.

Aku sebenarnya tidak mengerti kenapa ayahku membeli rumah sebesar ini sementara yang selalu tinggal disini hanya aku sendirian. Ayah lebih sering pulang pergi korea-amerika dan kebetulan sekarang ayah sedang dikorea, mungkin besok sudah pulang. Rumah kami bahkan terletak di Hollywood Hills yang dihuni oleh sebagian besar orang kaya di Amerika. Aku juga tidak tahu apa sebenarnya usaha yang dimiliki ayah dan kakaKku, karena mereka tidak pernah membicarakan hal itu. Mereka hanya akan menanyakan apa yang aku lakukan, apa yang aku peajari dan apa yang aku inginkan.

Meskipun aku sering bilang jika aku ingin sekali pergi ke korea, mereka tidak pernah mengabulkan itu. Ayah bilang, belum saatnya aku pergi kesana. Lagi pula, disana lingkungannya sangat berbeda dengan amerika dan ayah tak ingin aku tertekan dengan lingkungan baru. Tapi tetap saja, Aku adalah orang korea dan bahkan lahir dikorea, tapi aku tak pernah sekalipun menginjakkan kaki dikorea.

***

Ronald Reagan UCLA Medical Center

Satu minggu sekali dan tepatnya di hari rabu, aku selalu datang kerumah sakit termahal di Amerika Barat ini. Aku harus memeriksakan tubuhku terutama telingaku, aku juga harus memeriksa alat bantu pendengaran yang selalu aku pakai untuk memastikan apakah masih layak pakai atau harus diganti.

"Apa yang kau lakukan 1 minggu terakhir?", kadang aku tidak mengerti dengan penyakitku karena sejujurnya pemeriksaanku tak pernah hanya sekedar telinga. Dokter sering menanyakan hal-hal lain padaku, seperti sekarang.

"hmm... mengerjakan sistem aplikasi terbaru", kataku ragu. Aku memang cacat dan terlambat dalam pendidikanku tapi aku masih memiliki otak yang pintar, aku pernah mendengar dokter memberi tahu ayahku jika sebuah keajaiban karena kecerdasan otakku tak bermasalah. Dan sekarang aku tertarik dengan dunia mesin. Ayah mempekerjakan seorang guru ahli tehnik mesin dan komputer untuk mengajariku setiap 6 hari selama satu minggu. Ayah bahkan membuatkan ruangan khusus untukku, membelikan semua peralatan terbaik yang aku inginkan sehingga aku bisa belajar semauku.

"Apa kepalamu kadang-kadang sakit saat terlalu lama belajar?", aku mengangguk ragu.

"Ayah hanya mengijinkanku belajar selama 4 jam dalam sehari, 2 jam dipagi hari dan 2 jam lagi di malam hari", Ayah sangat memperhatikan setiap detail tentang apa yang aku lakukan bahkan makananpun harus dikontrol oleh ayahku.

"jangan melanggar peraturan itu ya... kau tidak boleh kelelahan", aku hanya mengangguk. Selalu saja seperti itu. Jangan melakukan ini, jangan melakukan itu. Terkadang aku juga ingin memberontak tapi aku selalu ingat tangisan ayah dan kakakku saat aku mencoba kabur dan akhirnya terjatuh karena berlari. Mereka sangat mencintaiku dan aku masih tak mengerti kenapa aku selalu mempertanyakan sikap protektif mereka.

"Apa yang kau pikirkan?", Lami ikut menghentikan langkahnya saat aku berhenti untuk memperhatikan seorang anak yang bermain dengan ibunya dihalaman rumah sakit.

"Bagaimana rasanya memiliki ibu?", satu hal yang selalu menjadi pertanyaanku selama ini. Dimana ibuku?, kenapa ayah ataupun kakakku tak pernah membicarakan ibuku?, aku memang pernah melihat fotonya tapi aku benar-benar ingin bertemu dengannya. Mungkinkah ibuku meninggalkanku karena aku terlahir cacat? Tapi aku masih memiliki adik, jadi apakah ayah dan ibuku bercerai?, aku tak pernah mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu.

"Kau merindukan ibumu?", aku hanya bisa mengangguk pelan. Lami mengusap pipiku pelan dan tersenyum.

"Jangan pernah tinggalkan aku... tetap bersamaku... setidaknya saat bersamamu aku merasakan kasih sayang seorang wanita meskipun kau bukan ibuku", aku selalu merasa nyaman dan aman berada disampingnya. Aku sangat suka memeluknya dan menenggelamkan wajahku dibalik perpotongan lehernya.

Your VoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang