Jaemin menangis sekuat yang dia mampu dibawah sebuah pohon besar tak jauh dari pintu masuk Rumah abu. Jaemin menutup seluruh wajahnya dengan kedua telapak tangannya, mencoba meredam suara tangisannya tapi itu tidak berhasil.
"Uljima", dengan perlahan hina bertimpuh dihadapan jaemin dan menyentuh kedua lutut jaemin.
"Aku hanya berharap mendapatkan pelukkan dari ibuku hina.... Tapi... aku tidak bisa mendapatkannya... dia meninggalkanku bahkan saat aku tidak bisa mengingatnya barang sedikitpun... omma pasti merawatku saat kecil kan?", hina mengangguk mengiyakan.
"ibumu sangat mencintaimu... dia selalu melakukan yang terbaik untukmu"
"kau mengenal keluargaku.... Apa kau tau kenapa omma meninggal?, kenapa jaehyun hyung juga tidak tahu tentang kematian omma?", tanya jaemin penuh harap.
"Aku tidak bisa menceritakannya padamu... aku tidak berhak... tapi yang harus kau tahu adalah jaehyun oppa berada di Amerika ketika ibu kalian meninggal... sama sepertimu... Jaehyun oppa juga sangat marah dan terluka.... Oppa juga sudah sangat lama tidak bertemu dengan ibu kalian", Jaemin terdiam. Terkadang dia merasa bahwa jaehyun egois dan hanya mementikan dirinya sendiri, dia melakukan apapun yang menurutnya benar tanpa mempertimbangan perasaan jaemin. Tapi Jaemin juga tidak pernah berpikir bahwa kakaknya menyimpan luka, dia selalu berpikir bahwa kakaknya dingin dan tegas, tapi menunjukkan kasih sayangnya untuk keluarga.
"Kenapa.... Kenapa ayah tidak memberi tahu kami?... Omma... kenapa omma justru ada di daegu?... Apakah ayah dan ibu bercerai?", dengan berat hati hina mengangguk pelan. Jaemin menutup wajahnya lagi dan menangis.
"Ayah tidak pernah memberi tahuku....kenapa aku tidak boleh tahu?... kenapa menyembunyikan banyak hal dariku?", hina bingung bagaimana caranya menjelaskan kepada jaemin sementara masih ada hal lain yang belum jaemin ketahui.
"Jaemin-ah....", Hina meraih kedua telapak tangan jaemin lalu mengenggamnya dengan erat. "Aku tahu jika apa yang ayahmu dan juga jaehyun oppa lakukan adalah salah... tapi semua yang mereka lakukan memiliki alasan,... dan itu semua untuk kebaikanmu... dibanding kau mempertanyakan hal itu dan menanamkan kebencian dihatimu... kenapa kau tidak bersyukur bahwa kau diperhatikan, bahwa kau sangat disayangi hingga mereka tak ingin kau terluka barang sedikit pun... kau memiliki ayah dan seorang kakak yang melindungimu dari apapun, sementara tidak semua orang diluar sana memiliki hal itu... Jaehyun oppa mungkin berpikir jika dengan menyembunyikannya selama ini darimu, kau tidak akan merasakan luka yang sama seperti yang dia rasakan.... Ini berat untuknya tapi oppa juga tidak tega karena kau selalu mimpi buruk dan tidak bisa tidur... oppa tahu mungkin ibu kalian merindukanmu", jaemin tertunduk, membiarkan setiap aliran air mata membasahi wajahnya. Tanpa jaemin sadari dia membalas genggaman tangan hina tak kalah erat.
"Sekarang berhenti menangis ya.... Ibumu pasti senang bertemu denganmu lagi", bujuk hina lagi. Jaemin tidak menjawab, dia mengambil lebih banyak udara dan berusaha mengatur detak jantungnya.
"Jaemin-ah"
"Omma pasti lebih senang jika aku tersenyum kan?", hina mengangguk pelan. Memberikan senyuman terbaiknya dan jaemin pun membalasnya dengan sebuah senyuman.
***
Jaemin dan hina akhirnya masuk ke dalam rumah abu, dimana jaehyun dan yang lainnya sudah menunggu.
"Ayah", panggil jaemin ketika sampai.
"Gwaenchana?", tanya yoon ho khawatir.
"hmm", yoon ho meraih tangan putranya lalu mengenggamnya dengan erat.
"Ayo masuk", Yoon ho, jaehyun dan jaemin masuk bersama sementara tiffany, hina, lami, jaehwan dan kai menunggu dilobi.
"Apa Jaemin akan baik-baik saja?", tanya tiffany khawatir
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Voice
FanfictionAku tidak bisa mendengar semua suara didunia, tapi kenapa aku selalu mendengar suaramu dipikiran dan bahkan dihatiku??