Srekkkkk,
“HINA!!”, Pekik jaemin dan jeno bersamaan.
Sebuah tusukan tepat mengenai perut hina hingga mencucurkan banyak darah membasahi kemeja dan jeansnya.
“Akghhh”, hina merintih dan mencengkram kuat lengan lami.
“Dasar bodoh!”, desis lami lalu mencabut pisaunya dengan paksa dari perut hina dan berlari kabur.
“Hina!”, Spontan jaemin menangkap tubuh hina sementara jeno dengan cepat mengejar lami sebelum dia bisa kabur.
“Hina??... sayang??... jangan tutup matamu… kau akan selamat… kau akan baik-baik saja”, dengan tangan bergetarnya jaemin membelai wajah hina. Air matanya sudah terjatuh tak tertahankan.
“Ambulance!... paman berbaju kuning tolong telfon ambulance!”, titah jaemin dengan panik. Laki-laki berbaju kuning yang ditunjuk jaemin langsung mengambil ponselnya dan menghubungi ambulance. Semua orang mengelilingi jaemin dan hina sambil menatap kasihan.
“Jae… min-ah”, dengan sisa tenaga yang hina miliki, hina memaksakan tangannya yang berlumuran darah untuk meraih wajah jaemin.
“Jangan bicara sayang… kau akan baik-baik saja”, jaemin membantu hina menekan perutnya yang ditusuk agar pendarahannya berkurang. Hina mengangguk pelan, dia menghapus air mata jaemin dengan senyuman menenangkan di wajahnya.
“Janga..n.. mena..ngis.. hmm??”, pinta hina
“Tidak!... aku tidak menangis”, elak jaemin tapi jaemin justru menangis lebih keras.
“Sarang….hae”, hina mengambil nafas tetakhirnya sebelun akhirnya tak sadarkan diri.
“Hina??.. sayang??... ah..jangan tinggalkan aku… hiks..hiks.. hina…”, jaemin memeluk tubuh hina semakin erat. Dia tidak akan memaafkan dirinya sendiri jika sampai hina meninggalkannya.
***
Jeno mengejar lami dengan kecepatan penuh dengan tak sabaran dia berhasil menarik ujung jaket lami hingga lami terjatuh di tanah. Dentingan pisau yang berlumuran darah hina ikut terjatuh tak jauh dari lami. Jeno berniat mendekati lami tapi atensinya teralihkan ketika se ron memanggilnya.
“Sayang!”, menyadari atensi jeno teralihkan lami dengan cepat mengambil pisaunya lalu menyandera se ron yang berada lebih dekat dengannya ketimbang jeno.
“Aaaaaaaaaa….”, se ron berteriak histeris karena terkejut dengan ujung pisau yang sudah diarahkan lami kelehernya.
“Kim Lami!.. lepaskan se ron!”, pekik jeno panik.
“Tidak akan!... sepertinya tuhan lebih memihakku!... hina pasti akan mati dan sekarang akan aku pastikan kekasih tercintamu ini juga akan mati!”,
“akgghh”, se ron merintih karena lehernya mulai robek akibat tusukan pisau lami.
“Hentikan tindakan gilamu kim lami!!.. apa yang kau pikirkan??”, jeno harus berpikir, dia harus mencari cara untuk menghentikan lami.
“Yang aku pikirkan???... hah..”, lami tertawa pahit. Seharusnya jeno tahu apa yang lami inginkan. “kau!... aku ingin kebebasanku dan aku ingin kau menjadi milikku… seutuhnya!”,
“kau gila”, ketus jeno.
“Kau yang membuatku gila lee jeno!!... kau… kau pengecut yang membuatku jatuh cinta tapi kau tidak membalas cintaku!!... kau bahkan mempermainkanku hanya demi hina dan jaemin sialan itu… jika saja kau membalas cintaku, aku tidak akan seperti ini!”,
“sifatmu yang membuatku menjauh darimu!”, bentak jeno. Untuk sesaat lami terdiam, dia tidak mengerti dengan ucapan jeno.
“Kau ingin berbohong padaku??.. jangan harap-“,
“10 tahun yang lalu… jika kau bertanya padaku, apakah aku pernah tertarik padamu, jawabannya adalah iya”, tusakan pisau lami di leher se ron sedikit melonggar. “kau gadis yang polos dan baik hati… kau menarik, aku tertarik padamu tapi kau justru berteman dengan seo herin, karena itu aku menjauh darimu.. aku tidak suka kau berubah menjadi seperti herin yang kerap membully… tidak ada sangkut pautnya aku menjauh darimu dengan hina… karena aku dekat dengan hina jauh setelah aku mengenalmu… aku mohon hentikan ini… jangan sakiti jaemin, hina ataupun se ron lagi… aku tidak bisa mencintaimu… kau sudah melewati batasmu, cinta tidak bisa dipaksakan, jika kau bersikap seperti ini, tidak akan ada yang mau menerimamu, kau harus sadar, bahwa aku bukanlah orang yang tepat untukmu… kau seharusnya bahagia bersama dengan laki-laki yang juga mencintaimu… jangan menungguku, temuilah seseorang yang sedang menunggumu-“,
“omong kosong!!... kau pembohong!... kau tidak pernah tertarik padaku… jika kau tidak bisa menjadi milikku maka dia juga tidak bisa!!”,
“agkhhh”, se ron merintih kesakitan karena lami menusuk kulit lehernya lagi dengan pisau hingga berdarah.
“Kim Lami!!”,
“angkat tangan!!”, rombongan polisi akhirnya sampai di lokasi dan mengepung lami.
“Biarkan aku pergi atau gadis ini akan mati!!”, ancam lami sambil menarik se ron agar pergi bersamanya.
“dengan perlahan lami menarik se ron kedalam mobil jeno. Dengan masih menodongkan pisaunya, lami berhasil masuk kedam mobil jeno. Tapi sebelum lami menghidupkan mobil jeno, sebuah pistol sudah menempel tepat didahinya.
“Menyerahlah demi kebaikanmu kim lami”, do young tahu jika lami pasti akan kabur dengan mobil jeno, jadi diam-diam dia masuk kedalam mobil jeno.
“Tidak akan…. Tembak saja aku jika kau mau”, lami mencoba merebut pistol ditangan do young. Lebih baik dia mati dari pada masuk penjara.
“Akgghhhh”, tubuh lami terbentur badan mobil, bahkan kepalanya kini sudah ditahan dengan kasar di kemudi mobil oleh do young.
“Amankan dia!”, titah do young. Polisi lain bergegas mengamankan lami lalu membawanya ke kantor polisi.
“Sayang”, jeno buru-buru memeluk se ron. Beruntungnya se ron adalah seorang pengacara jadi dia tidak terlalu terguncang dengan situasi darurat seperti itu.
“Hina sudah dibawa kerumah sakit… jeno ssi, sebaiknya kau kerumah sakit dulu mengantar se ron,, lalu pergilah ke kantor polisi.. kau harus menjadi saksi”, jeno mengangguk mengerti. Dia harus membawa se ron ke rumah sakit karena leher se ron sedikit robek akibat tusukan lami.
***
“Jaemin!”, jaemin yang terduduk dilantai depan ruang operasi mendongak, orang tua hina sudah datang dengan wajah khawatir dan sembab karena menangis.
“Omma”, jaemin buru-buru memeluk ibu hina dan menangis.
“Hina… ah… omma.. hiks..hiks… ini salahku… ini salahku”, tangis jaemin dengan tubuh beretar hebat.
“Tidak sayang… ini bukan salahmu… hina pasti akan baik-baik saja… hmm??.. jangan menangis”, ibu hina menghapus air mata jaemin, tapi gerakannya terhenti karena darah yang masih menempel di wajah jaemin. Bahkan pakaian jaemin penuh dengan noda darah hina, ibu hina tak kuasa menahan tangisnya melihat kedua tangan jaemin yang merah penuh dengan darah hina.
“Maafkan aku… omma… “, sesal jaemin dan dia kembali menangis. Ibu hina kembali menggeleng.
“Hina akan baik-baik saja… percayalah”, ibu hina memeluk jaemin lagi, berharap jaemin berhenti menangis dan tenang.
“JAEMIN!”, Jaehyun dan kai datang dengan berlari, jaehyun bahkan tidak memberi hormat pada orang tua hina hanya untuk memeluk adiknya dan memastikan jika adiknya baik-baik saja.
“Hyung… hina… hiks…hiks…hiks.. hina”, tangis jaemin lagi didalam pelukkan kakaknya.
“Dia akan selamat… hina akan baik-baik saja… dia tidak akan meninggalkanmu”, jaehyun memeluk jaemin begitu erat, jaehyun pikir dunianya akan hancur sekali lagi jika sampai jaemin yang terluka.
“Hah… hyung…hah… hah..”, jaemin mulai kesulitah bernafas, jaehyun mendadak panik. Dia melonggarkan pelukkannya dan mendapati wajah jaemin kian memucat dan kesulitan bernafas.
“Jaemin-ah??.. jaemin… jaemin-ah!!”, jaemin terkulai lemas didalam dekapan jaehyun. Jaemin pingsan. Dengan cepat jaehyun menggendong jaemin dan melarikannya ke IGD.
***
“Bagaimana operasinya??”, tanya yoon ho pada yu jin, ayah hina.
“Berjalan lancar, tinggal menunggu hina siuman… beruntung lukanya tidak terlalu dalam”, yoon ho menghela nafas lega. Dia dan orang tua hina masih berdiri didepan ruang operasi menunggu pemindahan hina ke ruang rawat.
“Bagaimana dengan jaemin??”, tanya yu jin balik.
“Dia shock… sekarang sudah siuman dan jaehyun masih berusaha menenangkannya… dia sangat takut hina akan meninggalkannya… dia masih dibayangi dengan kematian ibunya… meskipun dia tidak ingat tapi sedikit tidaknya dia mmasih mengalami trauma terhadap pembunuhan”,
“dia mengalami waktu yang sulit.. kuharap setelah ini, tidak ada hal buruk lagi yang terjadi dihidupnya”, yoon ho juga berharap begitu. Putranya itu selalu saja mengalami waktu sulit dan itu semua akibat kesalahannya dimasa lalu.
“Kau harus kekantor polisi setelah ini… aku juga akan ikut bersamamu”, yu jin mengangguk mengiyakan. Mereka harus mengurus tuntutan kepada lami, dia benar-benar sudah keterlaluan.
-
Ketika jaemin mendengar hina sudah dipindahkan ke ruang inap, jaemin buru-buru melepas infusnya tak peduli dengan nasehat jaehyun. Jaehyun tahu adiknya sangat panik dan khawatir jadi dia memilih untuk mengikuti keinginan adiknya.
“minta taeyong memasang infus jaemin lagi”, kai mengangguk mengerti lalu bergegas memanggil dokter taeyong.
“nanti taeyong akan memasang infusmu lagi.. jangan menolak ya… hyung dan omma akan menunggu diluar”, jaemin hanya mengangguk, membiarkan jaehyun mencium rambutnya lalu keluar ruangan bersama dengan ibu hina.
“Maafkan aku”, hanya kata itu yang mampu jaemin katakan. Tatapannya tak bisa lepas dari sosok hina yang masih menutup matanya. Wajahnya nampak pucat dan damai disaat bersamaan. Jaemin mengenggam erat tangan hina dan sesekali mencium tangannya.
“Cepat bangun sayang… jangan tinggalkan aku”, pinta jaemin penuh harap.
***
Lami membuang tatapannya jauh saat ayahnya datang untuk melihat tindakan apa lagi yang sudah dilakukan putrinya itu, dia benar-benar sudah mempermalukan ayahnya.
“Gila”, satu kata itu dirasa sangat pantas dia sebutkan untuk putrinya. “kau pikir tindakan gila apa yang sudah kau lakukan, kim lami??!!”, bentak ayahnya penuh emosi. Dia bajkan tak peduli dengan luka gores diwajah cantik putrinya.
“Sebenarnya apa yang tidak aku berikan padamu hingga kau bertindak gila hanya untuk mengemis cinta dari pengusaha lee itu??... kau benar-benar melewati batasmu!.. 10 tahun yang lalu aku masih bisa mengerti, kau masih remaja dan belum tahu mana yang benar dan mana yang salah… tapi sekarang tidak lagi… kau sudah 2 kali berusaha menghilangkan nyawa orang!... dari mana kau belajar seperti itu??.. kau memalukan… aku tidak sudi memiliki putri yang sudah mencoreng namaku!... jangan anggap aku ayahmu lagi!!”, bentak sang ayah dengan tatapan tajam penuh kemarahan ke arah lami.
“Ayah tidak pernah punya waktu untukku!!”, teriak lami penuh emosi. Ayah lami yang hendak pergi, mengurungkan niatnya dan menatap putrinya masih dengan tatapan tajam. “ayah terlalu sibuk bekerja sampai ayah tidak memperhatikan ibu!, karena itu ibu menceraikanmu!... aku tidak pernah merasakan kasih sayang lagi sejak aku berusia 10 tahun!!... ayah sibuk bekerja dan ibu lebih mencintai keluarga barunya!!.. oppa juga tidak punya waktu untukku… aku kesepian!... tahukah ayah tentang hal itu??... tidak kan??... ayah mendidikku dengan memberikan apapun yang aku mau jadi bukan salahku jika aku tidak suka jika apa yang aku mau direbut orang lain… aku mencintai jeno, aku ingin mendapatkan cinta darinya tapi hina dan jaemin menghalangiku…. Mereka membuat jeno menjauh dariku.. mereka harus mati!!”,
“jika kau mengatakan padaku dari dulu, aku mungkin akan mengerti… tapi sekarang sudah terlambat… kau bertindak melewati batasmu… aku tidak bisa mengerti sikapmu lagi!!”, ayah lami sudah tidak ingin berurusan dengan putri gilanya. Dia lebih baik pergi dari pada bicara dengan lami yang tidak akan pernah berubah.
“Aaaaaaaaaa…..Ayah akan menyesal!.... Aaaaaaa!!!!!”, lami berteriak histeris. Dia mendorong meja yang ada didepannya cukup keras hingga terjatuh. Sebelum lami bertindak lebih jauh, polisi buru-buru mengamankannya.
***
“Jaemin”, kata pertama yang terucap ketika hina akhirnya membuka matanya. Hina ingat betul bagaimana lami mengarahkan pisau tajam itu kearah jaemin dan beruntungnya hina masih bisa mendorong jaemin dan mengagalkan aksi lami untuk menyakiti jaeminnya.
“Jaemin!... Jaemin”, hina mendadak panik, dia ingin tahu bagaimana keadaan jaemin. Dia ingin melihat jaemin baik-baik saja. Dalam sekali hentakan hina mendudukan dirinya hingga hina harus merintih karena perutnya masih sangat sakit.
“Akgghhh”, hina merintih menahan rasa sakitnya, tapi detik berikutnya ada helaan nafas lega yang keluar dari mulutnya. Jaeminnya baik-baik saja, jaemin sedang tertidur dengan lelap disamping hina. Dia tidur terduduk dengan tangan yang mengenggam erat tangan hina. Bodohnya hina tidak menyadari jika jaemin mengenggam tangannya. Dengan senyuman kecil, hina membelai surai rambut jaemin hingga jaemin merasa terusik.
Hina memilih untuk tidak bicara sebelum jaemin benar-benar membuka matanya karena jaemin sendiri tidak memakai alat bantu dengarnya.
“Hina??”, jaemin menyerjapkan matanya beberapa kali sebelum akhirnya dia sadar jika hinanya sudah siuman.
“Hina!!”, jaemin memekik bahagia dan tak lupa memeluk tubuh hina begitu erat. Hina terkekeh pelan. Jaeminnya sangat menggemaskan dengan tingkah kekanakannya.
“Hah... akhirnya kau sadar… aku benar-benar takut kau akan meninggalkanku….jinja… itu berbahaya sekali”, omel jaemin, jaemin mendorong pelan tubuh hina. Mencakup wajah kecil hina lalu menghujani hina dengan kecupan-kecupan kecil.
“Sayang ini geli.. haha… jaemin.. haha”, hina tak bisa berhenti tertawa karena jaemin benar-benar bertingkah menggemaskan. Sayang sekali jaemin tidak bisa mendengar tawa hina.
“Berjanji padaku kau tidak akan melakukan itu lagi.. ok??.. jangan membahayakan dirimu untukku”, pinta jaemin sedikit serius. Hina menatap jaemin penuh cinta, dia menggerakan tangannya agar jaemin mengerti.
“Kau juga harus berjanji hal yang sama sepertiku”,
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Voice
FanfictionAku tidak bisa mendengar semua suara didunia, tapi kenapa aku selalu mendengar suaramu dipikiran dan bahkan dihatiku??