Nightmare (2)

1.4K 151 7
                                    

***

Kamu....”, jaemin masih terpaku didalam sebuah ruangan yang begitu gelap. Dia hanya berdiri tanpa melakukan apapun sementara adiknya (dirinya yang lain) tergeletak lemah dengan wajah babak belum. Sama persis seperti yang dia lihat di atap sekolah.

“Katakan jaemin-ah... apa yang ingin kau katakan..  hyung mendengarmu”, pinta jaemin. Dia ingin mendekat tapi ada sesuatu yang menahannya untuk melangkah.

“Kamu”, sekali lagi na jaemin bicara tapi tangan kanannya menunjuk ke arah jung jaemin. Jaemin menunggu dengan cemas, adiknya seperti sudah kehilangan banyak tenaga. “aku”, kata na jaemin akhirnya dengan susah payah sambil menunjuk dirinya sendiri. Jaemin menyerjit tak mengerti.

“Kamu... adalah.... aku”, kata na jaemin terakhir kali sebelum semuanya menghilang dari hadapan jaemin.

“Jaemin!.... na jaemin!... kau dimana??... jaemin!!”, jaemin berteriak frustasi memanggil adiknya. Dia takut gelap dan juga sendirian, dia tidak suka hal ini.

“Kau anak haram!... kau dan ibumu sama saja!”, jaemin meringkuk ketakutan mendengar suara seorang wanita yang begitu tajam dan menyeramkan seperti nenek sihir.

“Siapa disana??”, tanya jaemin dengan suara takut.

“Kau hanya anak rendahan na jaemin!!... aku akan menghancurkanmu!... kau akan selamanya betada dibawahku na jaemin!”, jaemin mengeratkan pelukkannya. Dia yakin itu suara mark, tapi kenapa mark berkata seperti itu untuk adiknya??.. kenapa mark seperti membenci adiknya.

“Kau menyukai hina... sampai kapan kau tidak mau mengakui perasaanmu untuknya??... dia sangat menyukaimu”, itu suara jeno. Jaemin bingung, kenapa dia harus mendengar dan memiliki sedikit ingatan adiknya??, apa jaemin berusaha menyampaikan sesuatu padanya.

“Aku tidak akan melupakanmu... jangan meminta hal itu dariku... meskipun kau pergi aku akan menunggumu... aku tidak akan pernah menyukai laki-laki lain selain dirimu”, dan lagi, suara hina tidak akan pernah hilang dari dalam mimpinya. Suara hina seperti sebuah lantunan wajib ketika dia tertidur.

“Jaemin-ah... kenapa meringkuk disana sayang??.. kau takut??”, jaemin menoleh. Seorang wanita sedang menunggunya dengan tangan terbuka. Dia tersenyum hangat dan meskipun jaemin tidak ingat wajah ibunya tapi dia yakin itu ibunya.

“Omma!”, jaemin bergegas mendekati ibunya, tapi baru saja tangannya menyentuh tangan ibunya sebuah tembakan kembali terjadi.

DORRRR

“OMMAAAAA!!!”,

Jaemin terbagun dari pingsannya yang begitu panjang. Dengan sebuah teriakan panjang dan hentakan keras hingga jaemin terduduk di tempat tidurnya. Keringat dingin membasahi wajahnya dan baju pasiennya, bahkan seluruh tubuhnya bergetar.

“Jaemin??... sayang kau baik-baik saja??”, tanya jaehyun yang terbangun akibat teriakan keras jaemin. Jaemin mengedipkan beberapa kali matanya untuk mendapatkan kesadarannya kembali. Dia tidak bisa mendengar apa yang dikatakan jaehyun karena alat bantu dengarnya sudah dilepas.

“Aku tidak bisa mendengar... aku..”, jaemin mengenggam erat kedua tangannya yang bergetar. Jaehyun panik, melihat adiknya begitu ketakutan dan seperti bingung dengan keadaannya.

“Sayang lihat hyung”, jaehyun mengangkat wajah adiknya dan berharap adiknya lebih tenang.

“Jangan takut, hyung bersamamu”, jaehyun menggunakan bahasa isyarat agar jaemin mengerti.

“Aku takut hyung...hik... hiks.hiks...”, jaehyun membantu jaemin melepaskan tabung oksigennya lalu memeluk adiknya begitu erat. Jaemin memeluk kakaknya tak kalah erat dan menangis lebih dalam. Dia ketakutan bukan main, kali ini dia melihat ibunya tertembak lebih jelas.

“Omma ditembak hyung... omma dibunuh... dan... adikku..hyung... adikku dibully.. dia dihajar sampai babak belur hyung... hiks...hiks..dan... mereka semua berkata adikku adalah anak haram... mark hyung membentaknya dan sepertinya mark hyung membenci jaemin... aku takut.. aku takut... aku takut jaemin sengaja membuatku bermimpi seperti ini agar aku merasakan penderitaannya... dia pasti membenciku hyung... dia membenciku”, jaehyun menangis tak kalah deras, dia tersiksa melihat adiknya seperti ini. Tersiksa dengan pemikiran-pemikirannya sendiri.

“Sayang dengar”, jaehyun mendorong pelan tubuh jaemin dan mulai menggerakkan tangannya memberi bahasa isyarat.

Tidak ada yang membencimu... semua orang mencintaimu seperti aku mencintaimu... semuaa itu hanya bunga tidur sayang... tolong jangan menyiksa dirimu...hyung tidak suka melihatnya”, pinta jaehyun sambil mengusap air mata jaemin.

“Ani... itu nyata..itu bukan bunga tidur... hyung kenapa adikku harus disiksa??.. hyung apa hyung melindunginya saat itu???...hyung melindunginya kan???”, jaehyun mengangguk.

Tentu saja... hyung menjaganya tapi hyung kehilangan dirinya... hyung tidak bisa menyelamatkannya”, sesal jaehyun.

“Kenapa aku tidak punya kesempatan untuk bertemu dengannya... aku ingin memeluknya hyung... aku ingin memeluknya”, jaehyun memeluk adiknya kembali dan berharap jaemin tenang.
Setelah beberapa menit menangis, jaemin berangsur-angsur tenang dan kembali tertidur, jam menunjukkan pukul 4 dini hari ketika jaemin terbangun. Kini jam menunjukkan pukul setengah 5 pagi saat jaemin kembali tertidur.

“Jika hasil pemeriksaanmu tidak bagus, maka aku tidak bisa membiarkanmu berada disini lebih lama lagi. Lebih baik kau tinggal diamerika dan hidup tenang tanpa bayang masa lalumu lagi... aku tidak mau mengambil risiko... nyawamu lebih berharga dari apapun di dunia ini”, jaehyun mencium kening adiknya pelan dan memeluknya lebih erat. Menutup kedua matanya kembali untuk menyusul jaemin kembali ke alam mimpi.

***

Hina mendesah lega menatap hasil ST Scan milik jaemin, beruntung sekali bahwa tidak terjadi masalah serius didalam kepala jaemin. Hanya terjadi sedikit pergerakan kecil di gelombang otak jaemin namun sudah kembali normal. Itu berarti jaeminnya akan baik-baik saja, tapi itu berarti mulai saat ini dia tidak perlu berharap banyak agar jaemin mengingatnya.

“gong hina”, hina yang baru saja akan masuk kedalam ruangan jaemin tertahan. Ada lami yang sedang berjalan terburu-buru ke arahnya.

“Bagaimana keadaan jaeminku??... dia baik-baik sajakan??”, tanya lami tak sabaran.

“Dia baik-baik saja... dia hanya sakit kepala karena terlalu banyak pikiran”, hina tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya ada lami, karena itu sama saja memberi tahu lami jika jaemin yang dulu dan yang sekarang adalah orang yang sama.

“Ah syukurlah... aku pulang kerumahnya dan bibik shin memberitahuku jaemin masuk rumah sakit... kenapa kalian tega sekali tidak memberi tahuku??.. aku ini pacarnya dan aku seharusnya tahu keadaan pacarku-“

“Kau hanya pacarnya jadi jangan bersikap berlebihan”, jaehyun tiba-tiba saja keluar dengan tatapan tajamnya, dia tak pernah bersahabat dengan lami. “pergi dari sini..  jangan berpikir untuk menemui adikku... masuk hina!”, hina hanya bisa menurut. Dia tahu bahwa ini tidak adil untuk lami, tapi bahkan sekarang hina tidak percaya jika lami sudah berubah.

Lami menghembuskan nafasnya kasar, dia harus benar-benar bersabar menghadapi jaehyun. Lami berjalan gontai menjauhi ruangan jaemin, sepertinya akan sangat sulut baginya untuk menemui jaemin selama mereka ada dikorea, jaemin selalu ada didalam pengawasan jaehyun.

-

Jeno baru saja menyelesaikan rapat dikantor SM Bersama dengan direksi, sekarang dia harus menemui jaemin yang sudah sadar. Dia juga harus melaporkan hasil rapat kepada jaehyun. Jeno baru saja akan naik ke dalam lift ketika ekor matanya melihat sosok lami yang berjalan dengan langkah gontai. Jeno tak menunjukkan ekspresi apapun tapi dia penasaran apakah jaehyun membiarkan lami bertemu dengan jaemin.

“kau menemui jaemin??”, lami sontak menghentikan langkahnya dan mengangkat kepalanya yang sedari tadi tertunduk untuk menatap jeno.

“Kau menangis??”,

“ah... mian”, lami buru-buru menghapus air matanya dan tersenyum.

“Kurasa kita perlu bicara”, kata jeno akhirnya lalu pergi dengan lami  yang mengikutinya dari belakang.

-

“Jaehyun oppa tidak mengijinkanku masuk... padahal aku khawatir setengah mati dengan keadaan jaemin”, keluh lami sambi meremas tasnya dan mulai menitihkan air mata lagi. Jeno hanya bergumam pelan lalu menberikan sapu tangannya untuk lami.

“Terima kasih... kau masih sebaik dulu lee jeno”, bahkan meski dulu mereka tak dekat, alasan mengapa lami menyukai jeno adalah karena sikap manis jeno padanya meskipun mereka tidak saling kenal. Jeno membantunya mencari kalungnya yang hilang.

“Kau masih ingat seo herin??”, tanya jeno yang sontak mengejutkan lami. Dia sudah lama tidak bertemu dengan herin.

“Ya... tapi sudah lama sekali kami tidak bertemu”, jawab lami sedikit ragu.

“Dia membuka kembali kasus pembullyan 10 tahun yang lalu untuk balas dendam pada mark hyung”, lami menatap jeno tak percaya. Sebenarnya apa yang dipikirkan oleh seo herin??, jika dia ingin balas dendam pada mark seharusnya dia tidak membawa-bawa kasus yang bukan hanya menyeret namanya tapi nama lami juga.

“Jangan sampai jaemin tahu hal itu, dia akan membenci mark oppa karena menyiksa adiknya”, jeno terdiam tanpa memberikan respon. Ujung bibirnya tertarik sebentar lalu melioat kedua tangannya di dada.

“Kuharap kau benar-benar menghawatirkan jaemin... bukan khawatir bahwa tabiat burukmu dulu akan diketahui jaemin”, ucapan jeno sontak mengejutkan lami. Ternyata jeno masih belum menpercayai lami.

“Kau masih belum percaya padaku??.... kenapa kau juga seperti ini jeno-ya??... aku tahu bahwa dulu aku melakukan kesalahan tapi aku sudah berubah sekarang... aku mencintai jaemin dengan tulus... tapi jaehyun oppa bahkan tak pernah mempercayaiku dan selalu menjauhkanku dari jaemin... aku tahu bahwa hina sudah seperti adik bagi jaehyun oppa bahkan hinalah yang dulu menemani na jaemin... dan sepertinya jaehyun oppa berusaha agar jaemin dan hina dekat...lalu sekarang kau juga bersikap seperti ini... memangnya apa yang harus aku lakukan lagi untuk menunjukkan jika aku sudah berubah??”, lami meneteskan air matanya kembali dan jeno sedikit merasa bersalah telah membuat lami menangis.

“Berhentilah menangis... orang-orang berpikir, aku telah menyakitimu”, kesal jeno sambil menghapus air mata lami.

“Kau memang menyakitiku... kau dan hina... kalian selalu menyakitiku sejak dulu... kau masih menyukai hina??”, jeno menaikan kedua alisnya gak mengerti kenapa arah pembicaraanya jadi dia dan hina.

“Tidak... aku mencintai kekasihku... hina tidak akan pernah mencintai laki-laki lain selain na jaemin”, lami mengangguk mengerti.

“Dia gadis yang kuat dan setia... tapi aku berharap dia tidak menganggap jaeminku sebagai jaeminnya... mereka orang yang berbeda”, jeno terdiam, seandainya saja lami tahu bahwa jaemin yang menjadi pacarnya adalah jaeminnya hina.

“Hina perlu waktu untuk menerima... tapi jika jaemin sendiri yang ingin hina selalu disampingnya, hina mungkin tidak akan pernah merelakan jaemin”,

“bukan jaemin, jaehyun oppa yang ingin-“, ralat lami sedikit tidak terima.

“Kau yakin??... apa jaemin pernah memberi tahumu bahwa hina selalu muncul dimimpinya dan dia selalu memikirkan hina.... apa jaemin selalu menelfonmu??... apa kau tahu bahwa jaemin memberi tahu hina bahwa dia adalah tanggung jawabnya??”, lami terdiam, dia seharusnya menjawab dengan tegas dan yakin tapi sekarang dia justru merasa tidak yakin.

“Dia memberi tahuku tentang mimpinya.. dia selalu menelfonku tapi akhir-akhir ini lebih sering aku yang menelfon... dan...”,

“bukannya aku berniat menggoyahkan keyakinanmu tentang jaemin, tapi kau harus siap jika seandainya jaemin juga mencintai hina dan ingin bersama hina.... jika kau benar-benar sudah berubah seharusnya kau bisa mengerti jika suatu saat jaemin memilih hina”,

“Aku tidak bisa...”, lirih lami. “aku sudah bersama jaemin lebih dari 3 tahun... aku yang selalu ada disisinya ketika dia kesepian... tapi kenapa aku harus menyerah untuk hina yang hanya menatap jaeminku sebagai jaeminnya??... dia hanya akan memberikan cinta semu pada jaeminku”,

“kalau begitu.. aku simpulkan kau belum berubah.... ah.. sebenarnya aku ingin minta tolong padamu”, ujar jeno cepat sebelum lami memotong ucapannya. “jika kau memang mencintai jaemin, muncullah dipublik dan katakan seluruh kejelekan seo herin..... jika kau memang sudah berubah seharusnya kau mau”, tantang jeno lalu pergi meninggalkan lami.

“Kenapa dia masih saja dingin padaku??... susah sekali meyakinkannya”, lami mengusap kasar wajahnya. Dia kesal tapi saat dia ingat sapu tangan milik jeno masih ada ditangannya, sebuah senyuman mengembang diwajahnya.

***

“Jaemin akan kembali ke Amerika”, putus jaehyun. Bahkan meski hasil ST Scannya terbilang tidak ada masalah serius, jaehyun tetap ingin adiknya kembali.

“Aku tidak mau sendirian disana... ji sung masih tinggal di asrama hyung”, rengek jaemin.

“Hina akan pergi bersamamu, dia dokter pribadimu”, sontak hina dan jaemin saling menatap canggung.  Mereka bahkan masih belum terbiasa bicara setelah kemarin mereka sedikit beradu argumen di rumah abu jaemin.

“Itu berarti aku tidak kembali selamanya kan??”, tebak jaemin.

“Iya... kau hanya pergi kesana untuk kontrol... mungkin selama 1 minggu...setelah itu kau akan kembali bersama dengan hina dan ji sung... adikmu itu sudah menyelesaikan studynya”,

“jinja??.... assa... aku akan menyuruhnya mengantarkan kita berjalan-jalan hina”, pekik jaemin tanpa sadar dan hina hanya bisa tersenyum.

“ Kalian akan berangkat besok”

“oppa??.. kenapa terburu-buru??”, pekik hina. Dia bahkan belum menberi tahu orang tuanya.

“Aku tidak perlu menjelaskan lagi hina”, iya hina tahu jika jaehyun ingin memastikan bahwa jaemin benar-benar baik-baik saja dan jaehyun juga ingin jaemin menjauh sementara dari masa lalunya.

-

Jaemin dan hina belum bicara sepatah katapun sejak mereka masuk kedalam pesawat. Hina masih sibuk dengan ponsel dan juga buku ditangannya sementara jaemin hanya bisa memperhatikan tanpa tahu apa yang harus dia katakan.

“Kau benar-benar memakainya lagi”, kata jaemin akhirnya setelah melihat gelang pemberian jaemin yang kembali menghiasi pergelangan tangan hina.

“Aku sudah bilang-“,

“aku tidak akan memintamu untuk melepaskannya lagi.... kau pemiliknya dan aku tidak berhak ikut campur”, hina meletakkan ponselnya diatas meja kecil diantara kursinya dan jaemin. Membuka bukunya dan lebih memilih sibuk membaca.

“Kau masih marah padaku??”, tebak jaemin. Hina menurunkan bukunya dan menggeleng.

“Aku tidak pernah marah padamu”,

“aku memaksamu melepaskan gelang itu... aku sungguh minta maaf”,

“Aku tidak marah dan sebaiknya kita tidak membicarakan hal itu... kau perlu istirahat... kau tidak boleh banyak pikiran untuk saat ini”, omel hina.

Jaemin akhirnya memilih untuk mengalah, dia juga tidak ingin hina merasa seemakin tidak nyaman didekatnya. Sementara hina tenggelam dengan bukunya, jaemin memilih sibuk dengan ponselnya. Kemarin malam dia berhasil menyimpan file yang dia kirimkan dari komputer jaemin disekolah. Jadi sekarang dia bisa membacanya dengan mode terbang.

Aku sebenarnya tidak suka menulis sesuatu yang biasa disebut dengan diary tapi entah kenapa aku ingin menulis ceritaku hari ini. Karena aku tidak bisa memastikan jika aku bisa datang ke sekolah ini lagi. Meskipun aku tidak yakin akan ada yang membaca ceritaku ini, tapi aku berharap jeno atau hina akan membaca ceritaku ini”,

Jaemin menatap hina yang masih serius membaca bukunya sebentar, Jaemin pasti sangat mencintai dan mempercayai hina. Dia menyebut nama hina didalam ceritanya.

Aku ingin memulai ceritaku ini dengan pertemuan pertamaku kembali dengan kakak kandungku Jung Jaehyun, pertemuan pertama yang terlalu menyedihkan. Hari itu ketika untuk kedua kalinya mark hyung dan teman-temannya memukuliku hingga rasanya seluruh tulangku patah”,

Jaemin dengan cepat menutup bibirnya agar hina tidak mendengar isakan tangisnya. Bahkan hanya dengan membaca 1 kalimat itu, sosok jaemin dengan seragam yang kotor, wajah lebam dan berdarah kembali tergiang diingatannya. Jaemin tak bisa percaya bahwa mark yang dia kenal sebagai kakak yang hangat dan bertanggung jawab melakukan hal sekejam itu pada adiknya. Meskipun mark tidak tahu jaemin adalah adik sepupunya mark seharusnya tidak berbuat sekejam itu.

Bukan hal yang mengejutkan... mark hyung membenciku.. dia merasa aku merebut posisinya sebagai atlet bulutangkis dan kesalahanku hari itu adalah datang ke sekolah bersama hina... mark hyung mengincar hina untuk dikencani”, sontak jaemin kembali menatap hina gak percaya.

kau ingin menjadi temanku... dan aku tidak boleh menolak seseorang yang telah menolongku”,

“Aghhh”, erang jaemin,  tanpa sengaja jaemin menjatuhkan ponselnya ketika suara itu membuat kepalanya kembali sakit.

“Jaemin-ah??... gwaenchana??”, hina mendadak panik, dia mengambil ponsel jaemin yang terjatuh lalu meraih wajah jaemin.

“Kepalamu sakit lagi??”, jaemin tidak bisa menjawab, dia terlalu sibuk menekan sisi samping kepalanya berharap rasa sakitnya menghilang.

Kita berteman... karena kita berteman bukankah sudah seharusnya aku membelamu ketika mark sunbae merendahkanmu??”,

Jaemin terdiam sebentar, jelas-jelas itu adalah suara hina. Bagaimana mungkin dia selalu mendengarkan suara hina yang dia yakini terkait dengan adiknya.

“Masih sakit??”, tanya hina lagi dengan wajah khawatirnya. Jaemin menggeleng pelan, meraih kedua tangan hina yang mencakup wajahnya.

“Aku lelah...aku ingin tidur tapi aku takut bermimpi buruk lagi”, lirih jaemin. Hina mengangguk pelan. Dia mendorong pelan tubuh jaemin agar berbaring. Jaemin belum ingin menanyakan apakah memang mark yang membully jaemin dulu. Jika benar kenapa jaehyun masih memaafkannya?, dia telah menyiksa adik jaemin.

“Tidurlah... aku akan menemanimu, kau tidak akan bermimpi buruk lagi”, bujuk hina sambil mengenggam erat tangan jaemin.

“Selama aku tidur dirumahmu... aku tidak pernah bermimpi buruk lagi... tapi setelah aku kembali ke rumah aku bermimpi buruk... apakah jaemin sangat menyukai rumahmu??”,

“mungkin saja... tapi kenyataannya jaemin tidak mau tinggal lama dirumahku... dia bilang tidak mau menyusahkan keluargaku”, hina tersenyum kecil mengingat betapa keras kepalanya jaemin dulu.

“Dia pasti sangat mandiri”, hina mengangguk kecil dan jaemin memberikan senyuman terbaiknya untuk hina sebelum menutup matanya mencoba untuk tidur dan melupakan mimpi buruknya. Jaemin berharap apa yang dia ketahui hari ini adalah mimpi, jaemin tak yakin bisa memaafkan mark jika semua itu memang sebuah kebenaran. Dia mungkin tak bisa bicara baik-baik saja ketika dia bertemu dengan mark lagi.
***

######

Semoga kalian bisa membayangkan gimana sebenernya perasaan lami... 🤣🤣🤣🤣

Sifatnya lami sengaja author mikir agak ngambang... hehhehe

Your VoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang