Our Lover

1.9K 172 19
                                    

Jaemin menatap pemandangan dari balik kaca pesawat, untuk pertama kalinya dalam hidupnya jaemin naik pesawat sendirian. Dia memang ditemani oleh 2 orang pengawal tapi mereka duduk di kelas ekonomi sementara jaemin duduk di kelas bisnis seorang diri. Jaemin menghela nafasnya pelan, entah kenapa dia merasa cemas. Ini adalah impiannya sejak dulu, dia sangat ingin tinggal di korea untuk waktu yang lama, dia ingin mengenal negaranya sendiri dan jaemin pikir ada sesuatu yang menariknya untuk tinggal disana. Tapi sekarang jaemin merasa cemas, terlebih setelah lami menangis. Lami menangis dan memeluk jaemin begitu erat setelah jaemin member tahunya jika jaemin akan tinggal di korea dalam waktu yang lama.

-

“Kita tidak akan bertemu dalam waktu yang lama… aku pasti akan merindukanmu”, tangis lami sambil memeluk tubuh jaemin begitu erat.

“Maafkan aku… aku juga tidak tahu jika jaehyun hyung akan mengijinkanku tinggal lama di korea…. Aku pasti akan sangat merindukanmu”, jaemin menepuk pelan punggung lami dan sesekali mencium keningnya.

“Kau pasti akan menemukan teman baru disana dan melupakanku’, tangis lami lagi.

“kau tahu bahwa sejak dulu aku sangat ingin memiliki teman… tapi… aku tidak akan melupakanmu meskipun aku memiliki teman baru disana”, jaemin memeluk lami lebih erat untuk meyakinkannya tapi lami mendorong pelan tubuh jaemin. Mencakup wajah jaemin dengan kedua tangan mungilnya.

“Kau berjanji?”, jaemin mengangguk yakin.

“Ijinkan aku bertanya satu hal lagi padamu”,

“apa itu?”,

“Apa… apakah kita benar-benar hanya berteman?”, jaemin menyerjitkan kedua alisnya, dia tidak mengerti dengan pertanyaan lami.

“Aku tahu kau tidak tahu bagaimana kehidupan diluar sesungguhnya… tapi aku ingin member tahumu jika teman tidak melakukan hal seperti ini”,

“seperti ini?... maksudmu berpelukan?”, lami mengangguk pelan lalu mencium pipi jaemin.

“Melakukan ini juga”, lami mencium kening jaemin pelan.

“Tapi bukankah di amerika hal seperti ini biasa dilakukan oleh seorang teman?”, tanya jaemin polos.

“kau benar… Tapi tidak dikorea… kau mengenalku selama 3 tahun.. apakah kau tidak pernah berebar saat bersamaku?.... katakan padaku bagaimana perasaanmu padaku?”, jaemin menyerjap pelan.

“Aku selalu berdebar jika kau duduk dipangkuanku seperti ini dan memelukku… aku selalu senang jika bertemu denganmu dan aku akan sangat merindukanmu jika kita tidak bertemu… dan aku sangat menyukai senyuman manismu”, Lami tersenyum dan memeluk jaemin sekali lagi. Lami memang duduk dipangkuan jaemin sejak dia menangis. Mereka sudah biasa melakukan hal itu, bahkan terkadang jaemin akan tidur dalam pelukkan lami saat jaemin harus sendirian dirumah dan lami bisa datang untuk menginap.

“Aku mencintaimu jaemin-ah… Kau merasakan hal yang sama denganku…. Kau mencintaiku… Ayo kita berkencan!”, seru lami

“Memangnya apa bedanya jika kita berkencan?”, lami mencubit pelan pipi jaemin dengan gemas. Jaemin benar-benar masih polos jika itu tentang cinta. Sekalipun lami sering memberikan novel tentang cinta, bahkan mengajak jaemin menonton film romantic. Jaemin sepertinya tidak tertarik dan dia tidak mengerti tentang cinta.

“Jika kita berkencan itu berarti, aku adalah milikmu dan kau adalah milikku… kau tidak boleh macam-macam dengan gadis lain… dan aku juga tidak boleh macam-macam dengan laki-laki lain… jika kita berkencan, kita boleh berpelukkan, saling bergenggaman tangan, bahkan berciuman”, jelas lami dan jaemin hanya mengangguk-ngangguk lucu.

Your VoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang