Give Up

1.6K 169 6
                                    

***
“Ini dipotong seperti ini?”, dengan ragu jaemin memotong wortel sambil sesekali bertanya kepada bibik shin. Jaemin sangat ingin belajar memasak sejak dulu dan sekarang dia memiliki kesempatan untuk belajar memasak.

“Jangan terlalu besar… hati-hati dengan tanganmu”, kata bibik shin sambil memperhatikan jaemin yang hendak memotong.

“Aku selalu ingin belajar memasak bibik, tapi jaehyun hyung dan ayah tidak pernah membiarkan aku masuk kedapur… bahkan meski mereka pulang ke korea, mereka akan memantau lewat pelayan-pelayan kami…bibik tahu… pacarku sangat pintar memasak”, cerita jaemin dengan ceria.

“jinja?… dia sering memasak untukmu?”, jaemin mengangguk. Bibik shin sebenarnya kecewa ketika jaemin bercerita jika dia sudah memiliki pacar, tapi bibik shin tahu bahwa keadaan sudah berbeda. Bahkan hina pun sudah memiliki pacar.

“iya… aku tidak pernah tahu rasanya memiliki ibu dan sejak aku mengenal dia, aku merasakan kasih sayang seorang wanita…. dia sudah seperti ibuku juga”, Hina mendengarkan ucapan jaemin ketika dia baru saja pulang dari rumah sakit. Dia ingin mengambil air tapi ternyata jaemin sedang memasak dengan bibik shin di dapur.

Hina hanya terdiam, dia masih beridiri di ambang pintu masuk dapur. Mendengar dan memperhatikan apa yang dilakukan jaemin.

“Apa kau sangat menyukainya?”, tanya bibik shin. Hina ingin menutup telinganya, dia tidak siap mendengar jawaban jaemin.

“sangat… aku sangat menyukainya… dia gadis manisku bik, namanya Kim Lami”, Tetesan air mata terjatuh bergitu saja ketika jaemin mengatakan hal itu. Hina menghapus kasar air matanya lalu buru-buru pergi dari dapur. Dia tidak kuat mendengar jaemin menceritakan Lami dengan begitu antusiasnya, hina bisa merasakan bagaimana jaemin sangat menyukai lami.

“Aku sudah selesai dengan wortelnya bik”, kata jaemin setelah semua wortelnya terpotong.

“Kau bisa memotong kentangnya sayang”, Jaemin mengangguk antusias, mengambil kentangnya dan mulai memotong.

***

Entah apa yang ada dipikiran hina hingga dia berakhir dirumah abu, tempat dimana Na Jaemin disemayamkan. Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam dan Jam kunjungan sudah seharusnya berakhir. Hina menghela nafasnya kasar, menghapus pelan Air mata yang sudah terjatuh sejak saat dia meninggalkan rumah. Tatapan matanya hanya tertuju pada foto jaemin yang tengah tersenyum ke arahnya.

“Kenapa kau melakukan ini padaku?”, tanya hina sedikit emosional.

“Kenapa kau benar-benar melakukan apa yang kau katakan dulu?… apa kau benar-benar tak pernah menyukaiku?, lalu kenapa meminta jeno untuk menjagaku?… kenapa kau peduli pada hidupku?… kau bisa saja pergi tanpa mengatakan apapun padaku… kenapa kau memberiku sebuah kenangan manis sebelum kau pergi?…Aku selalu berpikir jika selama ini kau juga membalasa perasaanku… tapi kenapa kau justru kembali tanpa mengingatku?… kenapa aku harus hilang dari ingatanmu?… dan…. “, Hina terdiam seluruh kesedihan yang ada dihatinya sepertinya ingin meledak. Dia hanya ingin menangis, melupakan semua luka dan kekecewaan dihatinya. Seharusnya dia bahagia jaemin masih hidup, tapi kenapa jaemin harus melupakannya?… tapi kenapa jaemin harus menyukai seseorang dari masa lalu mereka?… Kenapa bukan orang lain saja?,

“Kenapa harus Lami?…. kenapa jaem?… hiks..hiks… Jika…jika saja itu orang lain,,.. aku tidak akan sesakit ini… aku… aku tidak bisa menerimanya”, Hina tidak sanggup untuk berdiri lagi, dia berjongkok sambil terus menangis.

“Jaehyun oppa memintaku untuk memperjuangkanmu… tapi…. Aku memiliki haechan,…. dia mencintaiku dengan tulus… aku,…aku membuatnya menunggu begitu lama….sekarang… aku mendengar sendiri bagaimana kau sangat menyukai lami, kau bahagia jaem…. bagaimana mungkin aku menghancurkan kebahagiaanmu?…. Apa yang harus aku lakukan?… Apa?”, Hina menyembunyikan wajahnya dibalik kedua lututnya. Menangis lebih dalam untuk meluapkan semuanya, meluapkan semua kebimbangan yang ada dihatinya.

-

Hina akhirnya berhenti menangis, rumah abu itu benar-benar sudah sepi. Hanya hina yang masih berada disana dalam kegelapan.

“Kau tidak pernah mau aku menunggumu…. jadi apakah ini adalah saatnya bagiku untuk menyerah?”, Hina menatap Gelang yang sudah menghiasi pergelangan tangannya selama 10 tahun lamanya. Gelang pemberian jaemin sebelum tragedi itu.

“Maafkan aku”, Akhirnya setelah 10 tahun berlalu hina memutuskan untuk menyerah. Lebih baik hanya dia sendiri yang terluka, dia tidak ingin melukai haechan lebih lama, membebani jeno dan merusak kehidupan jaemin yang baru. Dia tidak ingin menyakiti jaemin dengan berusaha membuat hubungannya dengan lami berakhir.
Hina melepaskan gelang pemberian jaemin, meletakkannya di sebuah kantong yang digantung di depan loker abu jaemin.

“Aku Mencintaimu… Kau tahu kan?… Aku menyerah karena aku mencintaimu… Mungkin hanya sampai disini…. Selamat tinggal”, Hina tersenyum untuk terakhir kalinya untuk jaemin sebelum dia meninggalkan jaeminnya, Na Jaemin yang akan selalu ada dihatinya.

***

Jaemin sedang membaca bukunya ketika dia akhirnya mendengar pintu rumah dibuka. Dia sengaja tidak tidur hanya untuk menunggu hina pulang. Sudah lama dia tidak bicara dengan hina dan sekarang jaemin ingin hina mencoba masakan jaemin dan berbicara sebentar dengan hina.

“Hina-ya!”, Jaemin berseru dengan semangatnya ketika dia melihat hina hendak naik kelantai atas. Senyuman jaemin sedikit memudar ketika menyadari wajah sembab hina, bahkan hina tidak membalas senyumannya, dia hanya menatap datar.

“Apa kau sedang sakit?”, tanya jaemin ragu. Hina hanya menggeleng, berat rasanya bagi hina untuk mengacuhkan jaemin.

“Aku belajar memasak dengan bibik shin tadi… aku menyisakan makanan untukmu… kau mau mencicipi masakanku?… Kuharap kau belum makan malam”, Hina menundukkan kepalanya, berpikir apakah dia harus menghindari jaemin lagi atau bicara dengannya agar jaemin tidak sedih.

“Aku belum makan”, jawab hina akhirnya dan jaemin benar-benar senang, dengan langkah ringan jaemin menghampiri hina lalu menariknya ke arah meja makan.

“Ini pertama kalinya aku memasak… aku harap kau suka rasanya,…. Omma bilang masakanku enak”, Oceh jaemin sambil menyiapkan piring, nasi dan berbagai masakan yang sudah dia buat. Hina hanya diam, memperhatikan semua yang jaemin lakukan. Dia sangat bahagia sampai rasanya ingin menangis lagi.

“Cobalah”, pinta jaemin dengan gugup. Dia takut hina tidak akan menyukai masakannya. Dengan tenang hina mencoba masakan jaemin, rasanya enak sama seperti masakan jaemin dulu.

“Enak…Kau memang pintar memasak”, Kata hina ragu sebelum akhirnya menundukkan kepalanya. Dia tidak sanggup melihat wajah jaemin. Rasanya menyakitkan harus menyerah disaat hina tahu jaemin masih hidup.

“Kau kenapa hina-ya?”

“Hiks… hiks…”, sebuah isakan terdengar dan jaemin mendadak panik.

“Kenapa kau menangis?… hina-ya… masakanku tidak enak ya?… kau kenapa?”, Jaemin buru-buru mengambil tempat duduk disamping hina. Menyentuh punggungnya yang bergetar berharap hina berhenti menangis.

“Hina-ya”, dengan perlahan hina mengangkat kepalanya, menatap jaemin tepat didalam matanya. “Kenapa menangis?”, tanya jaemin lembut. “Kau berjanji tidak akan menangis lagi.. kau tahu aku merasa sakit jika kau menangis seperti ini… aku mohon jangan menangis”, pinta jaemin lembut.

“Aku tidak bisa…aku… ini berat untukku…..aku melihatmu setiap hari, Tapi kenyataan bahwa kau bukanlah jaeminku jauh lebih menyakitkan… Aku selalu melihatnya didalam dirimu,…. Aku merindukannya Jaemin-ah… Aku mencintainya”, Hina semakin terisak dan jaemin tidak tahu harus melakukan apa. Dadanya terasa sesak mendengar ucapan hina, salahkah dia jika dia memiliki wajah yang mirip dengan na jaemin?

“Apa aku membuatmu tidak nyaman?”, tanya jaemin akhirnya. Hina menggeleng pelan, tapi dia sendiri bingung harus mengatakan apa.

“Kenapa aku masih tidak bisa merelakannya?… kenapa?”, dengan perlahan jaemin mencakup wajah hina dengan kedua tangannya. Menatap jauh ke dalam manik mata hina.

“Aku memang tidak tahu banyak tentang cinta tapi aku tahu bahwa kau memiliki cinta yang begitu besar untuknya,…kau tidak bisa merelakannya karena kau tidak ingin atau dia yang tidak ingin kau merelakannya….. aku minta maaf karena datang kedalam hidupmu… aku juga tidak berharap memiliki wajah yang mirip dengannya hingga kau kebingungan….sungguh maafkan aku”, Hina menggeleng pelan sambil menjatuhkan kepalanya di bahu jaemin. Jaemin tidak menolak, dia membiarkan hina menangis dibahunya. Sementara tangan jaemin mengusap lembut punggung hina.

***

Jaemin duduk ditepi ranjang yang sudah sangat lama dia tinggalkan, mungkin 10 hari. Jaemin melepaskan alat bantu dengarnya lalu membaringkan tubuhnya yang terasa lelah. Kedua matanya dipejamkan dan bayangan malam kemarin kembali terlintas dipandangannya. Bagaimana jaemin merasa sangat sesak melihat hina menangis seperti itu, bagaimana suara tangisan hina seperti sebuah pisau yang menyayat hatinya. Ketika hina mengucapkan betapa dia sangat mencintai na jaemin. Jaemin bahkan tak bisa tidur, dia memutuskan untuk menelfon jaehyun saat dini hari untuk menjemputnya. Jaemin pikir akan sangat egois jika dia tetap tinggal disana, dia membuat hina bingung dan kesulitan karena wajahnya yang mirip dengan wajah Na Jaemin.

“Kau masih mengantuk?, Sebuah belaian lembut memaksa jaemin untuk membuka matanya, memastikan siapa yang masuk kedalam kamarnya.

“Hyung”, Semarah apapun jaemin pada jaehyun, dia selalu tidak bisa melakukannya dalam waktu yang lama. Jaemin akan selalu bersikap manja pada kakaknya. Jaemin mendekatkan tubuhnya kearah tubuh jaehyun yang sudah berbaring disampingnya dengan setelan jas rapi. Jaehyun sebenarnya harus bekerja tapi dia masih ingin memastikan jika jaemin baik-baik saja kembali ke rumah.

“Aku tidak memakai alat bantu hyung…. jadi dengarkan aku saja ya?”, Jaehyun tidak menjawab. Dia Memeluk tubuh adiknya dan menciumi keningnya berkali-kali, dia sangat merindukan adiknya.

“Jangan bekerja ya hyung… Aku ingin tidur dengan memelukmu seperti ini”, Jaehyun mengangguk pelan, lalu mengusap punggung jaemin.

“Maafkan aku ya hyung… Aku selalu mengatakan jika aku membencimu,… Aku tidak akan melakukannya lagi… Omma dan bibik shin menceramahiku, mengatakan padaku jika aku tidak boleh seperti itu padamu… hyung begitu karena menyayangiku dan aku harusnya bicara baik-baik… hyung tahu?…. Omma menceritakan bagaimana kehidupan Na Jaemin padaku… dia sangat hebat hyung… Aku pikir jika aku adalah anak paling tidak beruntung didunia… tapi ternyata hidupnya jauh lebih sulit dari yang aku bayangkan… aku seharusnya tidak mengeluh dengan keadaanku,,… masih banyak orang diluar sana yang lebih tidak beruntung dariku.. Aku janji tidak akan mengeluh lagi hyung,… Aku mencintaimu hyung… maafkan aku ya”, jaemin mengeratkan pelukkannya dan jaehyun membalasnya.

“Aku juga mencintaimu”, meskipun jaemin tidak bisa mendengarnya tapi jaehyun tetap mengucapkannya. Mencium kening adiknya lebih lama dan menemani adiknya hingga tidur terlelap.

***

Jeno, Renjun, Mark dan Ko eun tidak tahu harus mengatakan apa ketika mereka tahu jaemin sudah meninggalkan rumah hina dan bahkan hina sendiri tidak tahu.

“Dimana gelangmu?”, hal pertama yang menjadi pertanyaan Jeno. Dia selalu berusaha membujuk hina untuk melepaskan gelang itu tapi hina tak pernah mau dan kini tiba-tiba hina sudah tidak memakainya.

“Kau?… kau memutuskan untuk menyerah?”, Tebak Renjun.

“Hina-ya”, gumam ko eun sendu. Dia tak menyangka hina memutuskan untuk menyerah.

“Dia bukanlah jaemin yang aku kenal… Kami sekarang sudah memiliki kehidupan yang berbeda… Meskipun aku masih sangat mencintainya, semuanya akan percuma karena dia tidak pernah mengingatku… aku telah menghilang dari ingatannya… dia mencintai lami, kalian tahu bagaimana bahagianya jaemin ketika menceritakan lami?… Melihat senyumannya membuatku sadar bahwa aku tidak boleh egois dengan masuk kembali ke dalam hidupnya dan bahkan menghancurkan kebahagiaannya… Aku juga harus sadar bahwa aku sudah memiliki haechan,… aku tidak bisa terus menerus menyakitinya…. Sudah saatnya aku merelakan jaemin… Jaemin yang aku cintai sudah mati-”

“Kenapa baru sekarang?… Setelah semua keputusan yang ku ambil kenapa baru sekarang?!”, Bentak Jeno Emosional.

“Jen… Kau selalu mengatakan sesuatu yang tidak kami mengerti… apa yang sebenarnya kau rencanakan?”, Tanya mark lembut.

“Menghancurkan Lee Haechan!”,

“Kau tidak boleh melakukan itu jeno… Kau sudah bebas dari janji itu… apapun kesalahan haechan dimasa lalu, aku mohon jangan melakukan itu”, pinta hina

“Terlambat….. Aku sedang melakukannya…Jangan berpikir karena keputusanmu, aku akan berhenti melakukannya-”

“Karena itu kau mengakuisisi DH entertaiment?”, Tebak Mark.

“Ya… Jika kau memutuskan untuk menyerah pada jaemin dan tetap bersama haechan, maaf hina… aku tidak bisa melindungimu… aku tidak ada dipihakmu lagi… karena aku akan tetap bersama jaemin, aku akan melindunginya sampai mati”, Jeno menatap tajam hina sebelum dia memutuskan untuk pergi dari kafe itu. Meninggalkan teman-temannya dalam kebingungan.

“Apa jaemin dalam bahaya?”, tanya renjun dengan wajah panik. Dia tidak suka dengan tebakan mengerikan seperti itu.

“Akan aku pastikan”, putus mark. Bahkan mark juga tidak suka dengan tebakkannya, dia harus bicara dengan jaehyun.
***

#########

😭😭😭😭😭😭😭😭

Maafkan author ya..

Udah seminggu ngak post eh malah dikit banget partnya...

Lagi mentok imajinasi...

Kasi masukkan dong biar author bisa lanjut...

Maaf ya sekali lagi...

Ngerasa bersalah banget sama kalian yang nungguin... 😭😭😭



Your VoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang