Entah apa yang ada dipikirannya, tapi jaehyun akhirnya berakhir di daegu. Ditempat peristirahatan terakhir sang ibu. Jaehyun terduduk dilantai, menyandarkan tubuhnya didinding dekat lemari penyimpanan abu ibunya.
“Omma”, Jaehyun mengeratkan pelukkan dilututnya. “Apakah aku sudah keterlaluan?”, air mata jaehyun perlahan mengalir membasahi wajahnya.
“Aku hanya takut kehilangan jaemin lagi… aku takut… bagaimana jika orang-orang dimasa lalu maupun musuh-musuh bisnisku menjadikan jaemin sebagai alat untuk menghancurkanku?…Bisakah aku melindunginya?… dulu aku tidak bisa melakukan itu…aku membiarkan jaemin terluka omma… aku hampir kehilangan dia… dan aku tidak mau itu terjadi…”, Jaehyun menenggelamkan kepalanya dibalik lututnya. Dia menangis dan membiarkan dirinya larut dalam pikirannya sendiri.
Sebenarnya Siwon selalu memberi tahu jaehyun untuk melanjutkan pengobatan depresinya, tapi jaehyun selalu menolak. Ketika dia tahu jaemin masih hidup, Jaehyun secara tegas menolak pengobatan untuk depresinya. Jaehyun hanya ingin berada disisi adiknya setiap detik, dia selalu dihantui ketakutan. Takut jika jaemin akan meninggalkannya. Ketika Jaehyun kembali ke korea, tiffany secara rutin mengantar jaehyun ke rumah sakit untuk berobat tapi sayangnya jaehyun masih tetap sama. Dia selalu berpikir jaemin bisa meninggalkannya kapan saja. Jaehyun akhirnya benar-benar berhenti berobat karena pekerjaannya yang menumpuk dan jaehyun tidak punya waktu untuk berobat. Dia tidak mau mengorbankan waktu yang seharusnya untuk jaehwan dan jaemin menjadi terbuang sia-sia.
Jaehyun masih setia duduk dilantai selama 2 jam lamanya, hanya duduk tanpa melakukan apapun. Merenungi semua keputusannya dalam kesunyian. Jaehyun menatap jam ditangannya, sudah pukul 10 malam dan jaehyun belum tahu apa jaemin sudah makan atau belum. Jaehyun bergegas kembali ke dalam mobilnya untuk memeriksa ponselnya. Dia sengaja meninggalkan ponselnya agar tidak ada yang menganggunya.
10 Missed Call dari Ayahnya
6 Missed Call Dari Tiffany dan 9 Missed Call dari Mark.
Jaehyun menghela nafas pelan, mungkin mereka berpikir jaehyun akan melakukan hal-hal yang menakutkan. Jaehyun memakai sabuk pengamannya sebelum sebuah panggilan masuk dari mark muncul di ponselnya.
“Iya”
“Hyung!… astaga akhirnya hyung menjawab telfonku.,.. hyung kemana saja?, hyung sudah makan?, hyung akan pulangkan?, hyung tidak melakukan hal yang tidak-”
“Mark”, potong jaehyun sebelum mark mencecarnya dengan lebih banyak pertanyaan.
“Aku baik-baik saja… aku tahu apa yang aku lakukan jadi berhentilah untuk khawatir”,
“Hyung sudah pergi selama 5 jam… paman memberi tahuku jika kalian bertengkar bagaimana mungkin aku tidak khawatir”
“Aku hanya ingin bertemu ibu, aku perlu waktu sendiri”
“Hyung sedang di daegu?”, tebak mark dengan suara terkejut.
“ya-”
“Astaga Hyung!… Kenapa pergi sejauh itu sementara disini sedang kacau… ayahmu sangat panik sekarang hyung…. aku mohon pulanglah”, pinta mark
“Aku akan kembali ke seoul sekarang tapi aku akan tidur dikantor saja… aku belum ingin bertemu ayah”
“Hyung!…. kau juga seorang ayah kenapa masih bersikap kekanakan!… cepatlah pulang hyung… aku juga panik!”, jaehyun menautkan kedua alisnya bingung. Kenapa mark harus sepanik itu sementara sekarang dia sudah tahu dimana jaehyun.
“Aku tahu!… berhentilah panik!, kau sudah tahu dimana aku dan aku juga akan pulang!... katakan saja pada ayah jika aku baik-baik saja!”, kesal jaehyun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Voice
FanfictionAku tidak bisa mendengar semua suara didunia, tapi kenapa aku selalu mendengar suaramu dipikiran dan bahkan dihatiku??