Tiga bulan kemudian....
Hani. Nama anak perempuan yang sedang ku tatap sekarang. Aku masih tidak percaya kalau anak mungil dan lucu ini adalah anakku sendiri. Aku bahkan masih merasa terharu sampai saat ini setiap memandang wajah tidurnya. Perasaan bersalah, sedih serta senangku bercampur menjadi satu. Setelah memberi ASI dari botol yang ku bawa dari Rumah Sakit, dia sudah tertidur sekarang. Rasa lelah karena waktu tidurku yang berkurang karenanya selalu bisa tergantikan dengan melihat wajah tenangnya saat sedang tidur. Entah karena apa, tapi semua lelahku terasa langsung menghilang begitu saja.
Besok adalah waktu untukku meninggalkan anakku bersama Ibuku. Aku harus melamar pekerjaan di tempat Yerin bekerja karena janjiku padanya waktu itu. Aku sudah mendapatkan catatan kesehatan dari dokter terkait virus yang ada dalam tubuhku. Dokter itu bisa bekerja sama denganku dengan tidak mencantumkan penyakit yang sedang ku derita saat ini. Tapi lain hal nya dengan Ibuku. Dia tidak bisa seperti dokter itu. Dia masih menentangku yang ingin mencari pekerjaan karena dia juga tidak bisa menjaga cucunya sendiri di rumah. Aku harus beberapa kali berdebat dengannya selama beberapa bulan ini. Akhirnya dia setuju untuk menjaga anakku selama aku bekerja. Dengan syarat hanya sampai gajiku cukup untuk menyewa seorang babysitter. Aku tidak tahu kenapa Ibuku sendiri bisa bersikeras untuk menyuruhku membawa Hani ke panti asuhan. Padahal aku masih hidup dan bisa membiayai kebutuhannya sendiri nanti.
Ponselku bergetar tanda sebuah pesan masuk. Aku mengambilnya dari meja kecil yang berada tepat di samping tempat tidur, lalu mengecek pesan tersebut.
'Jangan lupa untuk besok wawancara yang akan di mulai jam 9. Kemungkinan besar kau pasti akan diterima. Aku sudah membicarakannya dengan Ayahku. Kau hanya perlu melakukan yang terbaik besok. Kau pasti bisa, Hayoung'ah....'
Aku menghela nafas sebentar. Aku harus memberitahukan Yerin kondisiku sebenarnya padanya besok. Aku juga sudah berbohong padanya mengenai status pernikahanku. Aku bahkan tidak terlalu berharap kalau aku akan langsung diterima di tempatnya. Aku hanya ingin bekerja di tempat yang tidak terlalu memakan banyak waktu di sana karena aku harus fokus merawat Hani sekarang.
Keesokan harinya, aku terbangun seperti biasa dengan tangisan dari anakku. Aku melihat ke arah jam dinding dan baru menunjukkan jam 4 pagi. Aku beranjak dari posisi terbaringku saat ini. Aku perlahan mengangkat tubuh mungil Hani dan menggendongnya keluar kamar untuk mengambil susu dari dapur.
"Tunggu sebentar, Eomma akan buatkan susu untukmu"
Sambil masih mendengar tangisannya, aku memanaskan persediaan ASI yang ada di lemari pendingin sebentar sebelum memasukkannya ke dalam sebuah botol. Rasanya sangat sedih karena tidak bisa memberikan ASI langsung pada anakku sendiri. Terkadang, aku merasa belum menjadi Ibu sepenuhnya sekarang.
"Minumlah secara perlahan, Hani'ah...."
Aku sedikit terkejut dengan lahapnya anak ini meminum susu yang sudah ada di mulutnya itu.
Satu jam kemudian, dia kembali tertidur. Aku mulai mempersiapkan apa saja yang akan kubawa nanti untuk pergi melamar pekerjaan.
............
"Eomma, aku berangkat sekarang" Aku menghampiri Ibuku yang sibuk mencuci piring.
Ibuku tidak menanggapi. Jadi aku memutuskan untuk langsung beranjak keluar rumah.
"Hayoung'ah....."
Suara Ibuku membuatku menengok ke belakang. Sekarang dia sudah berdiri di ambang pintu rumah.
"Nde, Eomma?"
"Berhati-hatilah. Semoga kau langsung dapat pekerjaan hari ini"
Aku sedikit tersenyum dan menerima perhatian Ibuku dengan baik.

KAMU SEDANG MEMBACA
Heal Me, Save Me
Fanfiction[COMPLETED] Prekuel dari ff Coincidence tentang pertemuan awal Sehun dan Hayoung. Kalau ada yang udah pernah baca, pasti tahu di situ ada karakter mereka berdua di akhir-akhir chapternya. Untuk yang belum baca sama sekali, tidak masalah. Cerita ini...