11. Sehun

501 44 1
                                    

Aku menaruh ponselku di atas meja kerjaku setelah mengirim pesan pada perempuan itu. Aku mulai duduk bersandar dan memejamkan kedua mataku. Pikiranku melayang pada pembicaraanku dengan kedua orangtuaku di saat makan malam beberapa hari yang lalu. Mereka menentang hubunganku dengan Mina dan menyuruhku untuk mengakhirinya secepatnya.

"Kau sangat kekanak-kanakan. Bagaimana bisa kau berkencan dengan perempuan yang masih menjalani pendidikan sekolahnya? Kau harus mencari wanita pekerja yang lebih dewasa supaya kau bisa fokus pada masa depanmu..."

Kalimat itu yang paling ku ingat saat ini. Bahkan suara Ayahku seakan masih berdengung di kedua telingaku sekarang. Apa aku akan berakhir seperti Kakakku? Apa mereka juga ingin menjodohkanku dengan wanita yang tidak ku kenal? Kenapa mereka tidak pernah menyetujui keinginan anaknya seperti ini? Bagaimana bisa aku mengakhiri hubunganku dengan Mina?

Di saat pikiranku melayang ke beberapa pertanyaan itu, ponselku berbunyi tanda seseorang menelepon. Aku melihat nama yang baru pertama kali menghubungiku saat ini. Aku langsung menjawabnya karena takut panggilan itu mengarah pada hal yang penting.

"Halo?"

"N-nde, dokter Sehun. Ini aku Oh Hayoung..."

"Nde, aku tahu"

"Ma-maaf karena menghubungimu lebih dulu. Apa kau sedang sibuk?"

Pertanyaan perempuan ini berbarengan dengan datangnya Sejeong dari arah pintu. Aku menyuruh Sejeong untuk tidak berbicara terlebih dulu dengan isyarat tanganku.

"Aku tidak sibuk. Ada apa?"

"Me-mengenai pemeriksaanku besok. Apa kau tidak bisa membatalkannya?"

"Nde? Waeyeo?" Aku melihat Sejeong menaruh daftar pasien di depanku dan menyuruhku untuk memeriksanya. Dia berbicara tanpa membuka suaranya tapi aku bisa menangkap gerakan mulutnya.

"A-aku sudah melakukan wawancara hari ini dan besok adalah hari pertamaku bekerja"

"Aahh benarkah?" Aku berbicara sambil melihat daftar pasien yang diberikan Sejeong tadi. Salah satunya ada yang menderita virus HIV dan membuatku langsung melihat ke arah Sejeong lagi.

"N-nde. Jadi, aku ingin kau memundurkan jadwalnya"

"Arasseo. Aku akan mengatur waktunya lagi. Hubungi aku di saat kau mempunyai waktu luang"

"N-nde?"

"Wae? Apa kau tidak ingin menjalani tes yang ku sarankan tadi?"

"Ti-tidak. Hanya saja, aku tidak bisa membayar biayanya langsung nanti. Aku baru mulai bekerja dan baru mendapatkan bayarannya di akhir bulan"

"Kau masih memikirkan biaya di saat kesehatanmu masih belum pulih total?" Aku mendapati Sejeong menunjuk ke arah pintu dan mengatakan kalau satu pasien yang menarik perhatianku tadi sudah menunggu di luar.

"Ta-tapi dokter, aku tidak bisa......."

"Aku akan menghubungimu lagi nanti" Aku langsung memutuskan panggilan dan menaruh ponselku di atas meja.

"Apa harus ku panggil sekarang?" Tanya Sejeong yang masih berdiri di depanku.

"Nde. Dia juga ada di daftar pertama hari ini. Jadi aku akan langsung memeriksakannya sekarang"

"Arasseo..."

Aku melihat datanya dan tercantum kalau pria ini terkena virus sudah hampir satu tahun lebih. Bagaimana bisa dia belum mendapatkan pengobatan sebelumnya?

Perhatianku teralihkan saat pintu kembali terbuka dan masuklah seorang pria tinggi yang wajahnya sangat pucat. Tidak hanya dia saja, tapi ada kedua pasangan paruh baya yang datang bersamanya.

Heal Me, Save MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang