Heal Me, Save Me

2. Sehun

Kebanyakan orang di usianya yang menginjak 21 tahun, pasti sedang menikmati waktu mereka dengan berkuliah ataupun mencoba beberapa pekerjaan kecil untuk kebutuhan sehari-hari. Semua hal itu sudah pernah ku lewati sebelumnya. Aku sekarang bekerja di salah satu Rumah Sakit sebagai dokter termuda di sana. Lulus SMA di usia 17 tahun dan berhasil menyelesaikan pendidikan universitas pada usia 20 tahun, merupakan pencapaian yang sudah biasa dalam lingkungan keluargaku. Kedua orangtuaku juga tidak terkejut saat aku diterima bekerja di salah satu Rumah Sakit di sekitar kota Seoul setelah lulus kuliah satu tahun yang lalu. Karena Kakakku juga berprofesi sebagai dokter di tempat lain. Bahkan dia mempunyai banyak prestasi lainnya melebihiku.

Mempunyai kedua orangtua yang sangat mementingkan pendidikan, membuatku selalu bersyukur. Tapi aku pernah beberapa kali merasa bosan untuk belajar dan memilih induk bersenang-senang dengan beberapa temanku di bar. Walaupun aku sangat membenci alkohol, aku hanya membutuhkan suasana baru dan jauh dari buku-buku serta komputerku yang selalu ku temui setiap harinya. Kesibukanku menjadi seorang dokter semakin membuatku mudah merasa jenuh. Banyak pasien serta suster yang bekerja padaku mengenalku sebagai pribadi yang dingin dan tidak mudah untuk tersenyum.

Keahlian yang ku ambil adalah spesialis penyakit dalam dengan sub-spesialnya penyakit tropik-infeksi. Sangat rumit memang menjalani pekerjaan ini karena harus menangani banyak pasien yang terkena virus, bakteri, jamur, dan parasit. Aku sering mendapati pasien datang padaku dengan penyakit demam berdarah, malaria, infeksi cacing, tetanus, bahkan sampai HIV/AIDS juga. Beberapa penyakit itu sangat rentan dalam penanganannya. Tidak sedikit juga yang sudah ku prediksikan lama sisa waktu hidupnya setelah melakukan banyak pemeriksaan denganku. Hal-hal seperti itu bukan hanya sulit dihadapi oleh para pasien, tapi dokter juga kadang stress dan merasa tertekan dengan harapan yang sudah tidak bisa lagi dia berikan kepada mereka.

"Hey, malaikat maut....." Seorang perawat menyadarkan lamunanku yang sedang terduduk di meja kerjaku.

"Ada apa?" Aku memang terbiasa dengan panggilan itu karena banyak pasien yang sudah meninggal setelah datang menemuiku. Bahkan para dokter senior juga ikut memanggilku seperti itu karena keisengan perawat satu ini.

"Apa kau sedang menulis buku kematian yang baru? Kenapa wajahmu serius sekali sejak tadi? Bahkan kau tidak menyadari kedatanganku beberapa menit yang lalu" Perawat itu memberikan buku laporannya padaku.

"Aku hanya sedang jenuh. Apa tidak ada pasien yang bisa ku periksa hari ini?"

"Apa kau memerlukan korban lagi supaya bisa menaikkan suasana hatimu?"

"Berhentilah berbicara seperti itu, Kim Sejeong. Aku sedang tidak ingin bercanda denganmu" Aku mengecek tulisan tangan rapih perawat itu. Dia sudah bekerja denganku selama satu tahun ini. Bahkan kami sering disangka sebagai sepasang kekasih karena dia sangat mudah dekat denganku sejak awal kami berdua bertemu.

"Aiiee, maafkan aku, dokter. Aku akan bertanya pada petugas lobby untuk mendapatkan informasi apakah ada pasien yang akan masuk ke dalam ruanganmu ini atau tidak. Aku sudah melihat ada beberapa yang datang tadi, tapi aku belum mengetahui penyakit apa yang diderita pasien itu"

"Tidak perlu. Usahamu akan sia-sia saja. Laporanmu bagus seperti biasanya. Sekarang keluarlah. Kau pasti harus banyak membantu para dokter lain. Ku dengar ada suara beberapa sirine ambulans tadi. Mungkin mereka lebih membutuhkan bantuanmu di bawah sana"

"Ruanganmu ini berada di lantai 3, tapi pendengaranmu sangat tajam. Apa kau mempunyai semacam kekuatan super untuk mendengar jarak jauh?"

"Kim Sejeong, cepat keluar.."

"Baiklah, baiklah. Aku hanya berusaha untuk membuatmu tersenyum hari ini. Mungkin aku perlu menghubungi nomor pasien waktu itu untuk menghiburmu lagi. Dia sudah sangat sehat sekarang, kemarin aku tidak sengaja bertemu dengannya. Kau harus menemuinya. Sepertinya dia juga menyukaimu"