32. Hayoung

501 37 2
                                    

Aku tidak tahu kalau degup jantungku selalu tidak bisa berjalan dengan normal setiap berada di dekatnya. Aku sekarang masih berada dalam dekapannya dengan posisi wajahku berada di depan wajahnya. Tanganku menjadi pembatas antara tubuhku dan pria ini. Kedua matanya tampak masih menutup rapat. Aku ingin beranjak bangun sejak tadi tapi selalu mengurungkan niatku karena tidak ingin membangunkannya sama sekali. Sudah berapa lama kami tertidur dalam posisi ini? 

Suara ponselnya yang bergetar di kantung celananya tidak membuatnya bergerak sedikitpun. Apa dia sangat lelah hari ini? Aku seharusnya bisa lebih jujur pada perasaanku sendiri waktu itu. Aku hanya tidak ingin dia mempunyai kekasih yang hanya bisa memanfaatkannya saja. Pemberiannya lebih besar dari yang sudah ku berikan selama ini. Menyukainya saja tentu tidak akan cukup untuk membalas semua yang sudah dia lakukan untukku. Dan aku kembali menambah hutangku dengan mengakhiri hubungan lebih dulu. Meskipun begitu, pria ini tetap bisa mempertahankan perasaannya padaku meskipun sudah beberapa kali ini aku mencoba untuk menjauhinya. 

Perlahan kedua matanya terbuka. Degup jantungnya masih bisa kurasakan dari tanganku yang tidak sengaja menempel pada dadanya yang tertutupi oleh kemejanya. Kami saling menatap dalam diam. 

"Kau bangun lebih dulu?" Suara seraknya memulai pembicaraan. 

"N-nde...."

Ponselnya kembali berbunyi. Apa dia tidak ingin menjawab panggilan itu? Padahal suara getaran ponselnya juga bisa ku dengar sekarang. 

Dia melepaskan tangannya yang memangku kepalaku dan segera beranjak ke posisi duduk. Aku pun juga melakukan hal yang sama. 

"Halo?"

Dia akhirnya mengangkat ponselnya dan membuatku langsung beranjak dari tempat tidur untuk mencuci wajahku di dalam kamar mandi. Suasana hatiku menjadi lebih baik sekarang karena tidak merasa kesepian lagi. Dokter itu rela menginap dan tidur bersamaku sejak semalam. Kami tidak melakukan apapun, hanya saling berpelukan karena dia ingin membuatku merasa aman dengan berada di dekatnya. Biasanya kehadirannya tidak bisa membuat tidurku nyenyak. Tapi semalam terasa berbeda. Aku bisa merasa nyaman dan tidurku terasa lebih lelap dari biasanya. 

Saat membasahi kedua tanganku, aku lupa kalau perban yang melilit pergelangan tangan ku tidak seharusnya terkena air. Aku langsung mengambil handuk dan mengeringkannya. Tiba-tiba sesuatu melingkar di perutku sekarang. Saat aku berusaha untuk menengok, kepala dokter Sehun sudah berada di sebelah pundakku. 

"Ba-bagaimana kau bisa masuk, dokter?"

Dia tidak menjawab. Hanya helaan nafas yang terdengar sangat berat di telingaku. Tubuhku merinding saat nafasnya terasa di pundakku. 

"Aku harus pergi sekarang" 

Mungkin karena itu dia merasa berat untuk meninggalkanku. 

"N-nde. Pergilah, dokter"

"Kau tidak perlu bekerja hari ini. Beristirahatlah lagi"

"Nde...."

"Jangan melakukan hal bodoh lagi atau aku akan sangat marah padamu"

Hal bodoh. Dengan mengakhiri hidupku sendiri? Aku bisa melihat wajahnya yang masih berada di sebelah pundakku dari cermin di depanku. Dia terlihat sangat lelah. Aku merasa menyesal karena tidak ada ucapan terima kasih dari mulutku di saat dia selalu berusaha menyelamatkanku sampai saat ini. 

Dia mulai menegakkan berdirinya dan meninggalkanku yang masih terdiam mematung di sana. Aku keluar dari kamar mandi untuk mengantar kepergiannya. 

"Jangan abaikan panggilan telepon dariku lagi. Aku akan menghubungimu nanti. Maaf karena tidak bisa terlalu lama bersamamu hari ini"

Kenapa dia meminta maaf? Kedatangannya semalam sudah membuatku senang, ditambah dengan selalu menjagaku di sini sampai kami berdua tertidur. 

Heal Me, Save MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang