16. Hayoung

515 47 0
                                        

Aku pergi dari Rumah Sakit dan memutuskan untuk mengakhiri bantuan dari dokter Sehun hari ini. Aku tidak tahu kalau rasa bersalahku semakin besar padanya setelah dia membawaku ke sebuah rumah tadi malam dan membuatnya meninggalkan pekerjaannya. Aku mungkin menjadi alasan kenapa dokter itu tidak pergi ke Rumah Sakit semalam sampai membuat pasiennya meninggal dunia. Aku menjadi semakin tidak nyaman karena dia bisa dengan mudahnya menuruti permintaanku yang ingin mencari Hani hari ini. Aku juga menyalahkan diriku sendiri karena sudah bergantung padanya untuk menemukan keberadaan anakku.

Alamat panti asuhan yang diberikan Ibuku salah. Aku tidak tahu alasan dia bisa menuliskan alamat palsu itu padaku. Apa dia sangat tidak menginginkan kehadiran Hani lagi di antara kami berdua? Apa dia sangat membencinya sampai menaruhnya begitu saja di panti asuhan tanpa membawa semua pakaiannya bersamanya? Apa dia tahu kalau tidak semua anak-anak yang dititipkan di sana bisa mendapatkan kehidupan yang lebih layak dariku saat ini? Kepalaku terasa sakit memikirkan itu semua. Terlebih kondisiku yang memang sangat lemah saat ini karena aku merasa bingung harus mencarinya kemana lagi. Aku bahkan tidak ingat kalau aku sudah bolos kerja tanpa memberikan keterangan apapun pada rekan-rekan kerjaku. Aku mungkin akan merasa tenang setelah menemukan Hani dan membawanya pulang kembali.

"Noona, ponselmu berbunyi sejak tadi..."

Penumpang di sebelahku membuyarkan lamunanku. Aku memang sedang menyandarkan kepalaku pada kaca jendela bus yang ku naiki sekarang. Bagaimana bisa aku tidak tersadar dengan suara ponselku sendiri?

"Halo?" Aku langsung menjawab tanpa melihat nama sang pemanggil.

"Kau dimana sekarang?"

Aku melihat ke layar ponselku dan tertera nama dokter Sehun di sana. Aku ingin langsung mematikan panggilan karena masih merasa bersalah padanya.

"A-aku sudah di dalam bus sekarang"

"Ahh, benarkah?"

"Waeyeo?"

"Tidak. Aku hanya ingin memastikan keberadaanmu sekarang. Aku meminta maaf karena harus meninggalkanmu tadi"

"Tidak apa-apa, dokter. Aku yang seharusnya meminta maaf padamu"

"Lebih baik kau segera pulang sekarang dan tidak kemanapun lagi hari ini. Kau harus memulihkan keadaanmu terlebih dulu"

"N-nde..."

"Arasseo, aku tutup teleponnya sekarang. Kabari aku kalau kau sudah sampai di rumah nanti"

Panggilan berakhir. Aku menurunkan ponselku dan menghela nafas sejenak. Untuk apa aku mengabarinya? Aku juga tidak akan meneleponnya lebih dulu ataupun mengirimnya pesan lagi sekarang. Aku tidak ingin pria itu ikut campur dalam masalah pribadiku lagi. Sudah cukup dengan aku mengakhiri pengobatan darinya. Hanya saja kemarin aku merasa sangat bodoh dengan mengandalkannya. Aku sudah tidak menjadi pasiennya lagi. Jadi aku tidak seharusnya melakukan itu lagi padanya.

...............

Malam harinya, aku mematikan volume ponselku karena sejak tadi berbunyi karena panggilan dari dokter itu. Aku sengaja tidak mengangkatnya karena aku tidak ingin dia mengetahui keberadaanku sekarang yang masih mengelilingi kota Seoul sejak tadi siang. Aku sudah mengunjungi beberapa panti asuhan dan tidak mendapatkan informasi apapun mengenai keberadaan anakku.

Saat tiba di rumah, aku langsung menghampiri Ibuku yang sedang memasak di dapur. Dia menatapku dengan ekspresi datarnya. Dia tahu kalau aku marah padanya karena sudah memberikan alamat panti yang salah tadi pagi.

"Mandilah terlebih dulu. Makan malam akan siap sebentar lagi" Hanya itu kata-kata yang keluar dari mulutnya.

"Eomma, kita perlu bicara"

Heal Me, Save MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang