14. Hayoung

533 51 2
                                    

Jaeyoon oppa. Akhirnya aku bisa bertemu dengannya lagi tadi di Rumah Sakit. Dia semakin sehat dari terakhir kali aku melihatnya satu tahun yang lalu. Senyumannya yang ditunjukkan padaku tidak berubah sama sekali saat dia melihat bayi yang sedang ku gendong saat ini. Aku sangat terluka saat mendengar dia senang bertemu denganku. Dia seperti tidak ingat dengan kesalahan yang sudah dilakukannya padaku. Kesalahan itu yang membuatku harus berjuang mempertahankan Hani sampai akhirnya dia terlahir dengan selamat tanpa membawa virus apapun pada tubuhnya. Dia bahkan tidak pernah berusaha untuk bertemu atau meminta maaf sebelumnya padaku sampai kami berdua bertemu hari ini.

Rasa sedih, marah, serta takut ku sudah terbayarkan tadi dengan dokter yang sedang mengemudikan mobilnya entah kemana sekarang. Aku tidak bisa berhenti menangis sejak tadi sambil menggendong Hani yang masih pulas tertidur. Aku berusaha untuk meredam isak tangisku supaya tidak membangunkannya. Dokter di sebelahku memberikan sapu tangannya dan ku gunakan untuk menutup mulutku.

Setelah beberapa menit kemudian, akhirnya aku sudah bisa tenang dan menghapus sisa air mataku sendiri dengan sapu tangan itu.

"Kalau kau tidak keberatan, aku akan membawamu ke suatu tempat terlebih dulu sebelum mengantarmu pulang ke rumah"

Aku hanya menjawab dengan anggukan di kepalaku. Aku memang tidak berniat untuk pulang sekarang karena aku juga sengaja mengundur jam pulangku tadi dengan berbincang-bincang bersama para perawat di sana lebih dulu. Sampai akhirnya aku bertemu dengan Jaeyoon oppa yang sedang berjalan sambil membawa tiang infus nya.

Keadaan di rumahku sedang tidak baik karena Ibuku sudah kembali berjualan sambil membawa Hani bersamanya. Aku tidak tahu seberapa keras kepalanya dia sampai membuat lelah badannya sendiri dengan melakukan hal itu. Aku memang belum bisa menyewa tenaga babysitter karena gajiku habis untuk membeli kebutuhan makan sehari-hari kami bertiga lalu dengan pengobatanku di Rumah Sakit. Karena hasil dari tes ku yang tidak mengalami perubahan sama sekali, jadi aku mengakhirinya hari ini. Aku membutuhkan tenaga pekerja itu untuk menjaga Hani sementara aku akan terus bekerja untuk menghasilkan uang yang banyak.

"Aku akan berhenti di sebuah restoran karena ini sudah lewat jam makan siang dan aku belum makan apapun sejak pagi tadi"

Aku menengok sebentar saat dokter itu berbicara. Kenapa dia harus memberitahuku? Dia bisa saja langsung mengemudikannya langsung ke sana.

"Kau tidak keberatan kan?"

"N-nde..." Aku melihat ke arah tangan dokter itu yang sedang memegang stir. Ada tanda merah di sana. Aku tidak tahu seberapa keras pukulannya tadi sampai dia bisa membuat Yoojin oppa tidak sadarkan diri.

...............

"Pesanlah. Aku akan mentraktirmu" Ucap dokter ini saat kami sudah duduk berhadapan di dalam sebuah restoran.

"Ti-tidak perlu, dokter"

"Makanlah. Kau pasti juga belum makan siang. Di sini juga tersedia bubur supaya Hani bisa ikut makan dengan kita berdua"

Aku melihatnya yang masih sibuk mendudukkan anakku di bangku khusus. Aku baru mendengarnya menyebut nama anakku hari ini dan itu terdengar sangat aneh.

"Pelayan..!"

Aku langsung melihat ke arah buku menu saat dokter itu memanggil karyawan yang tidak jauh dari meja kami.

"Kalian sudah siap memesan?"

"Nde......" Dokter itu menyebut pesanannya dengan lancar. Aku bisa mendapati makanan yang di ucapkannya mempunyai porsi yang banyak dan harganya yang mahal.

"Nde, terimakasih..."

Mwoya? Dia sudah selesai memesan tanpa menanyakannya terlebih dulu padaku? Apa dia mengurungkan niatnya untuk mentraktirku? Padahal aku memang sudah merasa sangat lapar sekarang.

Heal Me, Save MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang