33. Sehun

496 42 14
                                    

Rencanaku awalnya untuk berlibur selama satu minggu rupanya harus mengalami perpanjangan waktu. Aku sudah berada di pulau Jeju bersama dengan kekasihku lebih dari 7 hari sekarang. Kami berdua benar-benar menikmati waktu bersama layaknya pasangan yang berbulan madu. Hanya saja aku harus menahan sesuatu yang tidak boleh ku lakukan selama tidur dalam satu kamar bersamanya. Aku sengaja memesan hanya satu kamar di sebuah penginapan karena ingin melihat bagaimana respon kekasihku ini. Tapi dia selalu membuatku terkejut, karena dia sama sekali tidak merasa terganggu dan bahkan merasa nyaman selama tidur berdekatan denganku. 

Keraguanku akan perasaannya sepertinya sudah menghilang seiring berjalannya waktu. Awalnya aku merasa Hayoung masih sungkan menunjukkan perasaannya padaku, tapi sekarang tidak lagi. Kami benar-benar sudah saling mempercayai satu sama lain sampai dia berani bercerita apa saja padaku mengenai banyak hal. Sama seperti di saat kami menjalin hubungan waktu itu. Kami juga memutuskan untuk kembali menjadi sepasang kekasih setelah hari pertama aku membawanya ke sini. 

"Berhentilah menengok ke sana" Aku melihat pandangan Hayoung selalu tertuju pada beberapa pria yang sedang berjalan sambil membawa papan selancar. 

"Waeyeo?" 

"Aku seharusnya tidak mengajakmu ke tempat ini kalau yang kau lakukan hanya memandangi mereka saja" Aku mulai melihat ke arah pantai di sebelah kami. 

"Apa aku juga tidak diperbolehkan untuk melihat keluarga itu?"

"Mwo? Keluarga?" Aku kembali memusatkan mataku ke arah Hayoung memandang. Satu keluarga yang terdiri dari Ayah, Ibu, serta anak perempuan tampak sedang bermain pasir sambil tertawa bersama. 

"Sejak tadi kau memperhatikan mereka?"

"Nde..."

"Mwoya? Ku pikir kau melirik ke arah beberapa pria itu"

Hayoung sedikit tertawa sambil melihat ke arahku. 

"Oppa, bagaimana bisa aku mengalihkan pandanganku pada mereka sementara kau mempunyai bentuk tubuh yang lebih bagus?"

Apa dia sedang menggodaku lagi? Aku sudah terbiasa dengan sifatnya yang seperti ini. Tapi sekarang dia lebih berani dengan mengemukakan pemikirannya sendiri padaku. Mungkin dia sudah merasa lebih nyaman di dekatku sekarang. Aku kembali mendapati Hayoung memperhatikan satu keluarga yang sedang bermain dari tempat kami berdua duduk saat ini. 

"Apa kau senang dengan cuaca hari ini?" Aku berhasil membuatnya menengok ke arahku dengan memegang salah satu tangannya. 

"Nde. Kapan kita akan pulang?"

"Apa kau rindu dengan rumahmu? Nikmatilah waktu selagi kita masih di sini"

"Tidak. Aku mengkhawatirkanmu, oppa. Aku tahu kedua orangtuamu selalu menelepon tapi kau tidak pernah menjawabnya sama sekali"

Aku menghela nafas pelan. Sambil memainkan tangannya yang sudah melepas perbannya ini, aku kembali mengingat perginya aku dari rumah di hari itu. Aku sudah membatalkan semua rencana kedua orangtuaku untuk menjodohkanku dengan Lisa dan langsung izin dari tempat kerjaku untuk mengambil jatah liburku selama dua minggu. Aku memang sudah merencanakan kepergianku bersama Hayoung secara diam-diam. Aku tahu kalau kedua orangtuaku sampai kapanpun tidak akan menyetujui hubunganku dengan wanita ini. Tapi aku bersikeras untuk tetap mempertahankannya meskipun harus menikah tanpa restu mereka berdua. 

"Oppa, ponselmu berbunyi lagi"

Aku menengok ke arah meja di antara kami berdua dan melihat Ayahku kembali menelepon. Aku langsung mematikannya dan mendapat tatapan aneh dari Hayoung. 

"Wae?"

"Apa sebaiknya kita mengakhiri liburan hari ini? Kedua orangtuamu pasti khawatir padamu, oppa"

Heal Me, Save MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang