Setelah menyelesaikan pekerjaanku di Rumah Sakit, ponselku berbunyi tanda seseorang melakukan panggilan.
"Halo?"
"Apa benar ini Oh Sehun, kerabat dari Park Misun?"
Park Misun, nama dari Ibu Hayoung. Aku memang menaruh nomor teleponku di data miliknya saat aku mengunjunginya di hari kepulangan dari Busan kemarin.
"Nde, benar"
"Aku ingin memberikan kabar duka pada anda, Tuan. Pasien sudah meninggal beberapa menit yang lalu karena pernafasannya yang terganggu"
"Mwo?!"
"Kami harap, anda bisa datang ke Rumah Sakit sekarang"
"N-nde, aku mengerti"
Panggilan berakhir. Aku memang sudah mempunyai firasat mengenai kesehatannya yang semakin memburuk itu. Aku sempat berbicara pada dokter yang menanganinya. Aku melakukannya tanpa sepengetahuan Hayoung karena terakhir kali aku bertemu dengannya, dia masih tidak bisa memaafkanku dan memintaku untuk menjauhinya.
Aku berjalan keluar tempat kerjaku sambil berusaha menghubungi nomor Hayoung yang tidak bisa terhubung. Apa dia sudah di sana sejak tadi?
Aku mulai melajukan mobil dan berharap bisa menenangkan Hayoung saat bertemu dengannya nanti.
Namun harapanku tidak terwujud. Sosok sang anak tidak ada di tempat saat aku sudah tiba. Aku menanyakan hal itu pada perawat dan dia mengatakan kalau nomornya juga tidak bisa dihubungi sejak tadi. Aku mulai mencari nomor kantornya dalam ponselku dan terhubung.
"Dengan Jinhwa cooperation"
"Nde. Bisakah aku berbicara dengan karyawan bernama Oh Hayoung?"
"Nde, tunggu sebentar"
Aku menunggu selama beberapa detik.
"Maaf, panggilan ke ruangan kerjanya tidak terangkat sama sekali. Apa anda ingin mengirimkan pesan untuknya, Tuan?"
"Nde. Bisakah kau memberitahukan padanya sekarang kalau Ibunya sudah meninggal? Dia harus segera datang ke Rumah Sakit"
"Nde. Akan saya sampaikan"
"Terimakasih.."
Aku mengakhiri panggilan dan kembali ke ruang rawat untuk berbicara lebih lanjut dengan dokter yang menangani Ibu Hayoung selama satu bulan ini.
……………
Aku mengecek jam tanganku dan langit sudah gelap di luar. Sosok Hayoung belum juga muncul di tempatku berada sekarang. Aku memutuskan untuk melajukan mobilku ke kantornya. Apa dia belum mendapatkan pesan dariku tadi?
Dugaanku ternyata benar. Dia terkejut saat mendengar kabar itu langsung dariku yang sudah berdiri di depannya saat ini. Dia terus menyangkal kepergian sang Ibu tapi akhirnya tidak bisa lagi menahan perasaannya sendiri. Aku langsung memeluknya dengan erat dan dia kembali menangis dalam dekapanku. Apa tidak ada kebahagiaan yang datang pada wanita ini? Aku benar-benar ingin melupakan kesedihannya dengan menjadi kekasihnya. Tapi karena tindakanku sendiri, hubungan kami berdua tidak bisa berlangsung lebih lama lagi.
Aku sudah membawanya ke Rumah Sakit saat dia sudah lebih tenang. Walaupun dia masih sesekali menangis di dalam mobilku. Aku berkendara dalam keadaan tenang. Radio juga sengaja ku nyalakan untuk memecah keheningan karena suara isak tangisnya itu.
Tidak butuh waktu lama, kami sudah tiba di tempat tujuan. Aku selalu berjalan di belakangnya karena dia selalu menolak berpegangan tangan padaku. Aku hanya takut dia tiba-tiba jatuh pingsan tanpa sepengetahuanku. Wajahnya semakin pucat saat kami turun dari mobil tadi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Heal Me, Save Me
Fanfiction[COMPLETED] Prekuel dari ff Coincidence tentang pertemuan awal Sehun dan Hayoung. Kalau ada yang udah pernah baca, pasti tahu di situ ada karakter mereka berdua di akhir-akhir chapternya. Untuk yang belum baca sama sekali, tidak masalah. Cerita ini...