Aku melihat Hayoung langsung masuk ke dalam rumahnya. Kenapa dia hanya mengucapkan terima kasih tanpa ingin berbicara apapun lagi denganku? Tadi juga selama di perjalanan, dia terlihat gugup dengan selalu menggerakkan jari-jemarinya sendiri. Apa dia tidak senang dengan kehadiranku saat makan siang dan menjemputnya hari ini? Aku hanya merasa jenuh karena tidak ada pasien yang baru hari ini, maka dari itu setelah melakukan pemeriksaan rutin pada beberapa pasien rawat inapku, aku langsung melesat ke gedung tempat bekerjanya tadi siang. Aku mengetahui tanggal lahirnya sejak kemarin. Aku tidak sengaja melihat biodatanya yang masih tertumpuk dengan biodata pasienku yang lain.
Aku sebenarnya ingin langsung kembali melajukan mobilku saat melihat Hayoung sudah berada di dalam rumahnya, tapi karena adanya pesan dari Mina yang masuk ke dalam ponselku, membuatku mengurungkan niatku sebentar. Dia kembali menanyakan hubunganku dengan Hayoung setelah dia memergoki ku makan siang bersamanya bulan lalu. Aku tahu dia masih mempunyai perasaan padaku. Tapi aku sudah tidak menyukainya lagi setelah dia mengakhiri hubungan lebih dulu. Aku hanya tidak bisa kembali menyukainya lagi. Mungkin ucapan Ayahku memang benar kalau aku terbawa oleh sikapnya yang masih kekanak-kanakan. Dia merupakan cinta pertamaku. Tapi perasaanku tidak bisa mempertahankannya lebih lama lagi.
"Eomma...."
Aku menengok dan mendapati Hayoung sudah berdiri tidak jauh dariku. Dia berhadapan dengan wanita paruh baya yang pasti adalah Ibunya. Mereka berbicara dengan suara yang bisa ku dengar dari jarakku berdiri sekarang. Aku pun ikut terkejut dengan tindakan Ibunya itu yang menaruh Hani di panti asuhan. Aku juga yakin kalau hasil tesnya negatif dari HIV. Tapi kenapa Ibunya masih tidak mempercayainya? Kali ini dia masuk lebih dulu meninggalkan Hayoung yang pasti merasa sangat tertekan. Aku menghampirinya yang tidak bergerak sedikitpun sejak tadi.
"Kau baik-baik saja?"
Aku melihat air matanya mulai mengalir. Kesedihan kembali datang padanya. Tiba-tiba tubuhnya hampir jatuh ke bawah sebelum akhirnya aku berhasil menangkapnya lebih dulu. Dia sudah tidak sadarkan diri dengan masih mengeluarkan air mata. Aishhh, kenapa aku selalu mendapati keadaan dia yang seperti ini? Aku memutuskan untuk langsung membawanya ke dalam rumahnya. Tapi saat aku mengetuk pintu sambil menggendong tubuh wanita ini, tidak ada jawaban sama sekali dari dalam. Jadi aku membawanya ke dalam mobilku dan melaju ke arah Rumah Sakit.
Selama di perjalanan, aku bisa melihat Hayoung perlahan membuka kedua matanya.
"Di-dimana aku?"
"Tenanglah. Aku akan membawamu ke Rumah Sakit sekarang"
Dia langsung membuka sabuk pengaman dan membuka pintu mobil dengan paksa.
"Keluarkan aku dari sini. Aku harus mencari anakku sekarang"
"Tidak. Kau masih dalam keadaan shock. Tenangkan dirimu terlebih dulu..."
"Ku mohon... Aku harus menemukan Hani sekarang juga"
Sekarang dia meronta-ronta sambil menangis kembali. Aku memutuskan untuk menepi di pinggir jalan dan membiarkan dia keluar dari mobil lebih dulu.
"Kemana kau akan mencarinya?" Aku menyusul Hayoung yang sudah berjalan di trotoar.
Wanita ini tidak menjawab. Dia masih menangis sambil terus melangkahkan kakinya entah kemana.
"Kau bisa menanyakan hal itu pada Ibumu besok. Sekarang aku harus memeriksamu terlebih dulu"
Dia menghempaskan genggaman tanganku dan kembali berjalan.
"Biar ku antar kau pulang sekarang"
Dia masih tidak menanggapi. Aku berjalan lebih dulu dan berdiri di depannya untuk menghentikan langkahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heal Me, Save Me
Fanfic[COMPLETED] Prekuel dari ff Coincidence tentang pertemuan awal Sehun dan Hayoung. Kalau ada yang udah pernah baca, pasti tahu di situ ada karakter mereka berdua di akhir-akhir chapternya. Untuk yang belum baca sama sekali, tidak masalah. Cerita ini...