23. Sehun

418 35 0
                                    

Kesal. Hanya itu yang ku rasakan saat Hayoung berani berkata jujur terkait kehidupannya. Aku berencana untuk membicarakannya hanya dengan kedua orangtuaku hari ini. Tapi karena kehadiran Lisa di rumahku, membuatku enggan memotong ucapan Hayoung tadi. 

"Kau membawa penyakit datang ke keluarga ini. Semakin lama kau mempertahankannya, kau akan menderita karenanya, Sehun'ah"

Ucapan Ayahku membuatku hampir tertawa lepas di hadapannya. 

"Ahbeoji, HIV tidak akan menular hanya dengan berbicara dengannya. Aku juga tidak akan menderita dengan kehadirannya"

"Sehun'ah, kenapa kau harus berkencan dengan wanita sepertinya?"

"Eomma, perasaanku hanya tertuju untuknya. Aku tidak bisa mengalihkannya kepada orang lain begitu saja. Apa kau pernah bertanya pada dirimu sendiri kenapa akhirnya kau memilih Ahbeoji untuk menjadi suamimu?"

"Oh Sehun, pertanyaan macam apa itu? Kau seharusnya membawa wanita yang mempunyai derajat sama atau lebih tinggi dari Lisa. Kenapa kau membawa wanita murahan sepertinya?"

Pertanyaan Ayahku membuat amarahku muncul. Aku langsung mengambil tas kecil Hayoung yang dia tinggalkan dan beranjak dari meja makan tanpa mengucapkan apapun. 

Aku menemukan Hayoung berdiri di balik tembok sambil melamun. Sudah berapa kali aku melihatnya seperti ini hari ini? Apa dia mendengar pembicaraanku dengan kedua orangtuaku tadi? 

"Ada apa?"

Mata sendunya menatap ke arahku. 

"I-ibuku......." Suaranya terdengar gemetar. 

"Ada apa dengan Ibumu?"

Dia tidak menjawab. Justru panggilan dari Ayahku yang membuatku langsung membawa kekasihku ini meninggalkan rumah. Tapi ternyata emosiku kembali di uji dengan munculnya Lisa saat kami ingin menaiki mobilku. 

"Mengenai pertunangan kita berdua, kau harus memikirkannya lagi"

"Tidak akan pernah terjadi, Lisa'ssi. Berhentilah mengunjungi rumah ini sesuka hatimu" Hanya itu yang bisa ku ucapkan sebelum masuk ke dalam mobil. 

Aku melajukannya menjauhi kawasan rumah. Hayoung pasti sedang memikirkan ucapan Lisa tadi karena aku sama sekali belum menceritakan apapun mengenai rencana pertunanganku dengannya. 

"Bi-bisakah kau membawaku ke Rumah Sakit, dokter?"

"Mwo? Wae?" Aku sesekali menengok ke arah Hayoung. 

"I-ibuku sedang berada di sana sekarang"

"Mwo? Bagaimana bisa?"

Hayoung tidak menjawab. Mungkin panggilan telepon tadi memberitahukan keberadaan Ibunya saat ini. Aku langsung melajukan mobilku ke arah sana. 

……………

"Eo-eomma..... Eomma........" Hayoung terkejut mendapati keadaan Ibunya terbaring lemah di atas ranjang Rumah Sakit. 

"Apa yang terjadi dengannya?" Aku bertanya pada seorang dokter yang ada di sebelahnya. 

"Dari hasil CT scan, pasien memiliki tumor di paru-parunya. Kami menduga kalau pasien juga memiliki sel kanker di bagian itu. Hal itu di perkuat dengan batuk darah dan kondisi lemahnya saat dibawa ke sini tadi"

"Mwo?"

"Kami harus melakukan perawatan padanya lebih cepat. Apa kalian berdua keluarga darinya?"

"Nde"

"Kalau begitu, kami akan melanjutkan prosedur perawatan lebih lanjut. Kalau hasil tes lainnya mengalami positif kanker, kami harus menjalankan prosedur operasi untuk pengangkatan jaringan kankernya"

Heal Me, Save MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang