37. Sehun

579 41 0
                                    

Matahari pagi yang masuk ke sela-sela jendela membuat kedua mataku terbuka perlahan. Hayoung yang berada dalam pelukanku tampak masih tertidur sangat pulas sekarang. Aku mendapati ujung kedua matanya berubah warna menjadi kemerahan dan membuat rasa bersalahku kembali datang. Memikirkan kembali bagaimana persiapanku untuk memberinya kejutan tadi malam sangat membuatku frustasi dan juga hampir menggagalkan semua rencanaku sendiri karena rasa rinduku pada wanita ini. Tapi berkat dukungan kedua orangtuaku, akhirnya aku bisa sukses menjalankan rencana itu dengan harus mengorbankan air mata dari Hayoung semalam. 

Sangat sedih sebenarnya melihat dia menangis kembali tanpa henti. Tapi aku tahu kalau air matanya merupakan air mata bahagia karena dia sudah banyak menyampaikan keluhannya selama 4 bulan tidak berbicara ataupun bertemu denganku. Aku belum memberitahunya kalau aku pernah diam-diam pulang ke Seoul hanya untuk melihat wajah tidurnya dari dekat. Ayahku bahkan sempat memarahiku karena takut Hayoung mengetahui kedatanganku waktu itu. Dia tidak perlu memarahiku seperti itu kalau hanya ingin menegurku saja. Tapi karena rasa sayangnya pada Hayoung sangat besar sekarang, dia ingin aku tetap menjalankan rencanaku dengan baik. 

Aku sangat bersyukur kedua orangtuaku sudah sangat menerima Hayoung seperti anak mereka sendiri. Bahkan mereka sampai melupakanku dan juga Sang-jin hyung sekarang. Kakakku juga pernah bercerita kalau kedatangan Soyoung eonnie dan anak perempuannya yang bernama Siyeon, lebih diterima daripada dirinya. Meskipun begitu, aku sangat senang karena akhirnya aku bisa mempertahankan hubunganku sampai mendapatkan restu dari keluargaku. 

Cincin di jari manisku ini akan digantikan dengan cincin baru dalam waktu satu bulan dari sekarang. Hayoung sempat terkejut saat aku menjelaskan mengenai kapan kami akan menikah nanti. Dia menilai kalau keputusanku terlalu terburu-buru. Tapi menurutku hal itu bisa membuat kami lebih cepat untuk tinggal bersama tanpa khawatir akan berpisah lebih lama lagi. 

Pekerjaanku di Gangnam sudah selesai sejak beberapa hari yang lalu. Aku menetap di pulau Jeju ini untuk mengatur proses lamaranku serta liburanku dengan Hayoung selama beberapa hari ke depan. Aku akan mulai bekerja di Rumah Sakit Seoul seperti biasanya setelah pulang dari sini.

"Eomma......"

Dia masih mengigau seperti ini. Aku merapatkan pelukanku dan sangat tidak ingin beranjak bangun sekarang. 

"O-oppa...."

Aku membuka kedua mataku kembali dan mendapati Hayoung sudah menatapku sekarang. 

"Kau sudah bangun?" Aku merapihkan rambutnya. Wajah bangun tidurnya sangat menggemaskan. Ditambah dengan kedua mata sembabnya ini. Hal itu membuatku memberikan kecupan singkat pada hidungnya.

"Apa kau tidak merasa lapar?" Suara seraknya kembali membuatku tidak bisa berhenti tersenyum sekarang. 

"Semalam kau sudah banyak menghabiskan makanan"

"Tapi aku sudah lapar lagi sekarang"

"Arasseo. Sebentar lagi aku akan bangun dari sini"

Dia menolak pelukan dariku dan segera beranjak menuju ke kamar mandi. Aku mengikutinya dan melihat dia sedang mengecek wajahnya sendiri di depan cermin. 

"Aishh, kedua mataku...."

"Matamu akan sembuh secara sendirinya nanti. Basuhlah wajahmu dengan air hangat"

Hayoung menatap kesal ke arahku tapi perlahan ekspresinya menghilang. Kenapa dia menatapku seperti itu? 

"Oppa, apa yang terjadi pada kedua matamu? Apa kau tidak bisa melihat kejauhan dengan jelas sekarang?"

Aku baru menyadari kalau aku sejak tadi melihat ke arah Hayoung sambil menyipitkan kedua mataku. 

"Nde. Ada cairan kimia yang masuk ke salah satu mataku saat membahas sesuatu dengan para dokter di ruang laboratorium waktu itu" Aku berbicara sambil berjalan kembali ke tempat tidur dan mengambil kacamataku yang tergeletak di atas meja. 

Heal Me, Save MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang