21. Sehun

467 41 1
                                    

Perasaanku selama beberapa hari ini mulai membaik setelah mendengar jawaban dari kekasihku di malam itu. Aku bahkan tidak berhenti tersenyum sekarang saat mengecek pembicaraan kami lewat pesan teks. Meskipun dia masih segan untuk mengirim pesan lebih dulu, tapi dia selalu membalas pesanku dengan lengkap. Seperti apa yang akan dimakannya saat makan siang nanti, dia menjawab dengan detail mengenai tempat makan yang ada di dekat tempat bekerjanya sekaligus makanan yang tersedia di sana. Dia bisa tahu hal-hal seperti itu di saat dirinya sendiri selalu memesan roti isi untuk makan siangnya. Aku juga selalu menanyakan mengenai teman-teman kerjanya, khususnya pria yang sudah melecehkannya waktu itu. Dia meyakinkanku kalau pria itu sudah meminta maaf padanya dan tidak mengganggunya lagi. Yang bisa ku lakukan hanya mempercayainya karena dia selalu berjanji untuk mengabariku lebih dulu kalau ada sesuatu yang membahayakannya.

"Rupanya malaikat maut kita sedang senang sekarang...."

Aku menengok ke arah Sejeong yang masuk ke dalam ruanganku tanpa mengetuk terlebih dulu.

"Apa yang membuatmu tersenyum seperti itu? Apa kau sudah menemukan korban lagi?"

Aku memudarkan senyumanku dan menaruh ponselku.

"Ada apa? Kau bekerja di shift pagi lagi sekarang?"

"Nde. Apa kau tidak senang melihatku?"

"Tidak. Apa yang ingin kau berikan padaku?" Aku melihat sebuah papan jalan yang selalu di pegang olehnya.

"Ada beberapa pasien yang sudah mendaftar hari ini. Dan Lee Yoojin, pasien HIV mu akan melakukan tes rutinnya juga nanti"

Aku melihat kertas yang diberikan Sejeong padaku. Aku lupa kalau pria itu masih terdapat dalam daftar pasienku. Rasanya sangat malas bertemu dengannya lagi setelah kejadian waktu itu.

"Ku dengar, kau memukul wajahnya di area lobby waktu itu. Apa itu benar?"

"Nde..." Aku mencatat sesuatu pada kertas itu.

"Kau pandai berkelahi rupanya. Tapi aku mendengar rumor baru sejak kemarin mengenaimu"

Aku tidak menanggapi.

"Apa benar dokter spesialis anak yang baru adalah kekasihmu?"

Aku mulai menengok ke arah Sejeong.

"Dokter Lisa? Kau sudah bertemu dengannya?"

"Direktur akan memperkenalkannya secara resmi besok. Apa kau belum mendapatkan kabar mengenai hal itu?"

"Mwo? Besok?"

"Nde"

Kenapa dia masuk ke sini lebih cepat dari yang direncanakannya? Tapi kedua orangtuaku tidak berbicara apapun mengenai penyerahan tempat tinggal untuknya semalam. Apa mereka sengaja menutupinya dariku dan akan berbuat sesuatu di belakangku? Aku harus membawa Hayoung untuk menemui kedua orangtuaku secepatnya. Kalau tidak, pertunangan itu akan tetap berjalan dan aku akan berakhir seperti Kakakku.


............

"Jadi, bagaimana hasil pemeriksaan ku hari ini, dokter?"

Aku memilih untuk mencatat resep obat dalam diam saat pasien bernama Lee Yoojin bertanya padaku. Bagaimana bisa kondisinya semakin sehat dan virus dalam tubuhnya sudah sangat berkurang?

"Dokter Sehun, apa kau mendengarkanku?"

"Hasil tes darah mu bagus. Aku hanya akan memberikan obat untuk flu mu saja. Selebihnya, kau tidak perlu melakukan pemeriksaan rutin untuk virus HIV lagi"

"Nde? Apa itu berarti aku dinyatakan sembuh dari penyakitku itu?"

"Aku tidak bisa mengatakan hal itu secepat ini. Kalau kau mengalami tanda-tanda demam tinggi atau sakit kepala setelah meminum obat yang akan ku berikan, kau harus memeriksakan diri lagi. Jangan terlalu sering keluar rumah tanpa menggunakan masker kalau tidak ingin menyebarkan virus flu mu kepada orang lain"

Heal Me, Save MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang