41. Sehun

639 34 0
                                    

Oh Hyeonshin. Seorang anak lelaki yang selalu ku nanti saat jam pulang kerja berakhir. Walaupun aku sedang sibuk mengurus beberapa hal terkait program donasi yang ku ajukan ke Rumah Sakit, tapi aku selalu menyempatkan waktu untuk melakukan video call ke ponsel istriku sebelum kembali bekerja sampai malam nanti. 

"Halo, Hyeonshin'ah...!" Senyumku melebar saat melihat anak berusia 5 bulan sedang tengkurap di atas tempat tidur. 

"Hyeoshin'ah, apa yang sedang kau lakukan?"

Bayi itu merespon dengan tawa menggemaskannya. 

"Apa kau sudah meminum susumu?"

Lagi-lagi tawanya membuat senyumanku tidak memudar sedikitpun. Aku hanya bisa melihatnya dari layar ponsel saja karena saat aku pulang ataupun berangkat bekerja, dia sudah dan masih tertidur sangat pulas. Aku harus mengorbankan waktuku untuk bisa bermain dengannya karena sibuk dengan pekerjaan. Meskipun begitu, aku beruntung mempunyai istri seperti Hayoung. Dia merawat anak kami dengan sangat baik. Hyeonshin tumbuh sehat dan perkembangannya semakin bagus setiap harinya. 

Rumah tangga kami berjalan sangat baik setelah kelahiran anak pertama kami. Itu. Aku tidak tahu kalau proses kelahirannya akan membuatku merasa sangat sedih dan terharu waktu itu. Aku bahkan selalu menangis saat menggendongnya untuk pertama kalinya. Menjadi seorang Ayah ternyata sangat menyenangkan. Awalnya aku merasa takut kalau sampai tidak bisa menggantikan istriku dalam merawat Hyeonshin. Tapi seiring dengan berjalannya waktu, aku dan Hayoung kompak saling membantu satu sama lain sampai akhirnya anak kami tumbuh dengan sehat. 

Depresi yang menimpa istriku di awal kelahiran Hyeonshin, sempat membuatku khawatir. Dia lebih banyak berdiam diri dan tampak murung selama beberapa hari. Aku yang masih mengambil jatah cuti waktu itu, berusaha semaksimal mungkin menjaganya 24 jam penuh sampai rela mengorbankan waktu tidurku untuk menggendong Hyeonshin yang selalu terbangun beberapa jam sekali di setiap malam. Rasa lapar seorang bayi datang lebih cepat dibandingkan orang dewasa. Hal itu tidak membuatku lelah sama sekali, justru aku sangat menikmatinya. Istriku sudah membawa janin sejak awal kehamilan sampai 9 bulan lamanya. Aku juga sudah menyaksikan sendiri betapa menyakitkan nya proses persalinan waktu itu. Jadi, aku tidak boleh mengeluh sementara istriku sudah lebih banyak berkorban untuk keselamatan anak kami. 

"Oppa, kapan kau sampai di rumah?" Hayoung mengarahkan layar ponsel padanya.

"Wae? Kau sudah merindukanku?" 

"Nde. Cepatlah pulang, oppa. Aku tidak akan bisa tertidur dengan tenang tanpamu di sebelahku"

"Arasseo. Aku akan berusaha untuk pulang lebih cepat malam ini"

Senyumku belum memudar sejak tadi. Aku seperti mempunyai dua anak kecil di rumah. Istriku ini menjadi lebih manja dari biasanya. 

"Oppa, sampai kapan kau akan lembur seperti ini?"

"Besok aku sudah bisa pulang seperti biasanya di sore hari. Program donasi yang ku ajukan akan mendapatkan perizinan dari Direktur Rumah Sakit malam ini"

"Apa kau sudah menghubungi nomor pria itu?"

"Pria?"

"Aishh, apa kau lupa untuk mengatur pertemuan dengan orangtua asuh Hani?"

"Tidak. Aku tidak lupa. Aku berencana untuk menghubunginya setelah ini"

"Lebih baik secepatnya, oppa. Aku ingin segera datang ke rumahnya dan membawa Hani ke sini"

"Arasseo. Eoh? Lihat, Hyeonshin sudah bisa duduk sekarang" Aku sempat heboh saat melihat anakku dari belakang Hayoung. 

"Nde. Dia sudah belajar untuk duduk hari ini, oppa. Katakan saranghae pada Ayahmu, Hyeonshin'ah"

Heal Me, Save MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang